Kinanti memasuki sebuah ruangan bernuansa serba putih.Di lihatnya ruangan itu sangat sepi. Ia mengehela nafasnya lalu berjalan ke arah sofa, duduk sebelum merebahkan dirinya di sana. Berkali-kali menarik panjang nafasnya dan menghembuskannya perlahan.
Sungguh apa yang terjadi semalam sangat tak pernah ia duga sebelumnya saat dirinya memutuskan untuk datang ke ibu kota. Jika saja dia tidak membutuhkan pekerjaan dengan gaji tinggi, dia lebih baik tak datang ke kota yang begitu penuh dengan kenangan pahit untuknya itu.
"Orang bilang dunia tak selebar daun kelor,tapi kenapa itu tidak berlaku untukku,”gumam Kinan.
"Apa yang tidak berlaku untukmu?"tanya seseorang yang baru saja masuk ke ruangan serba putih itu.
Kinan menoleh tanpa bangkit dari tidurnya."Dari mana saja kau? "
Seseorang dengan rok hitam di bawah lutut serta jas putih ciri khas seorang dokter itu lalu mendudukan dirinya di sofa sebelah Kinan.
"Ada pasien baru mengamuk tadi."Wanita itu melepas kacamatanya lalu duduk bersandar pada Sofa."ceritakan apa yang terjadi?"
Kinan menghela nafasnya lalu ia mulai menceritakan semua yang terjadi padanya.
"Astaga!Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
Kinan segera duduk."Apa lagi?Kamu tahu seberapa besar aku membutuhkan uang untuk pengobatan mama juga untuk operasi itu.”
"Kenapa kamu tak memberitahu yang sebenarnya padanya?Dari ceritamu aku yakin dia bersedia melakukan apapun demi kamu,apa lagi di tambah kalian-"
"Tidak bisa seperti itu Jenar."Kinan berdiri lalu menuju ke arah jendela dan menatap jauh ke pemandangan kota.
"Kami baru bertemu lagi, dan aku tidak tahu bagaimana kehidupannya baik dulu ataupun sekarang,aku sama sekali tidak mengenalnya, dia orang lain, dia bukan Fano. " Kinan tersenyum kecut."bahkan aku juga tak mengenal siapa Fano, dasar Kinan yang naif. "
Jenar berdiri lalu menghampiri sahabatnya dulu sejak di panti asuhan.
"Tapi dia memang benar mencarimu dulu Kinan, untung saja ibu panti mengerti dirimu dan dia membantu menyembunyikan keberadaanmu dan ...."
"Sudah lah,sekarang lebih baik kamu bantu aku mensugesti pikiranku lagi, gara-gara semalam pikiranku sangat kacau. "
Jenar menghela nafasnya."Aku ini dokter rumah sakit jiwa, Jika kau terus datang ke mari apa kau tidak takut di sangka gila? "
"Aku memang sudah gila dari awal,”jawab Kinan.
"Lebih baik kamu mencoba menerima Defan saja dan tinggal kamu buktikan apa dia layak menjadi-"
"Jangan terlalu cerewet bu dokter, dan cepat lakukan tugasmu, Kamu tahu dari pagi aku terus mencoba menghindar darinya, aku tidak mau menunjukan sisi lemahku di depannya. "
"Ya baiklah, kau tiduran di sana dulu, aku akan siapkan alat-alatnya. "
...
Pukul 4 sore Defan baru saja kembali ke apartemennya, setelah menurunkan Kinan di jalan pria itu berusaha mengikuti Kinan tapi sayang sekali dia harus kehilangan jejak taxi yang di naiki oleh wanitanya.
"Dia belum pulang? "lirih Defan saat melihat kamar Kinan yang kosong, tak ada wanita itu di manapun.Menghela nafasnya panjang Defan menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.
Baru saja keluar kamar Kinan dia mendengar suara pintu apartemen baru saja terbuka dari luar, matanya berbinar."Itu pasti Kinan." Segera ia turun menyambut kedatangan wanitanya.
"Kin ... bunda,"lirihnya.
"Kenapa mukamu lesu? Kamu sakit sayang? "
Defan menggeleng lalu segera menghambur ke pelukan bunda Sifa."Ada apa bunda kemari?Defan bisa kok pulang,biar Defan yang ke rumah,bunda tidak boleh lelah."
"Kapan kamu pulang hmm? Putra bungsuku ini sudah lupa rumah. "
"Tidak bunda, Defan hanya sedikit sibuk akhir-akhir ini. "
"Sudah, lihat bunda tadi masak makanan kesukaanmu. "
"Wah ... kebetulan Defan lapar. "
"Ya sudah cepat bunda siapkan makanmu," Seru bunda Sifa antusias.
.
.
Beberapa saat kemudian Defan baru saja selesai menghabiskan makanan buatan bundanya."Masakan bunda memang yang terbaik."
"Hmm kamu sekarang bilang begitu nanti kalau kamu punya istri pasti lupa masakan bunda."
Defan tersenyum tipis."Tidak akan masakan bunda tetap yang terbaik."
"Ya kalau istrimu seperti kakak iparmu tentu saja masakan bunda yang terbaik."
Defan terkekeh."Tidak akan bunda, calon istriku pandai masak tidak seperti kak Siena. "
"Ya kamu benar.Tapi jangan mengejek kakak iparmu seperti itu, dia juga istri dan ibu yang baik."
"Ya kecuali koki yang baik."
Sifa menggeleng lalu melihat jam di tangannya."Ya sudah ya,bunda mau pulang dulu, sudah sore tadi bunda hanya izin sebentar pada ayahmu."
"Yah Defan masih kangen bunda. "
"Makanya pulang. "
"Iya deh Defan usahakan secepatnya ya bun. "
"Ya sudah bunda tunggu ya... "
.
.
Tak lama setelah bunda Sifa pulang dan Defan selesai membersihkan dirinya ia turun ke bawah, menghela nafasnya lagi karena Kinan belum juga pulang.
"Awas kalau kamu berani kabur dariku." Kesal Defan.Ia mondar mandir di ruang tamu apartemen, menunggu kepulangan Kinan.
Klik....
Defan menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Seketika dia merasa lega.
"Syukurlah." Tanpa menunggu segera ia menghampiri Kinan dan memeluknya."akhirnya kamu pulang juga,"ucap Defan sambil membelai rambut belakang Kinan dan mengecup puncak kepala wanita dalam dekapannya.
"Lepas Defan,"seru Kinan.
Defanpun melepas pelukannya lalu di tatapnya Kinan dengan lembut."Kamu masih marah soal Citra?"
Kinan mengerutkan keningnya."Kenapa aku harus marah? "
"Ya cemburu? "
"Siapa yang cemburu? Memangnya kita punya hubungan special?”tanya Kinan sambil melewati Defan.”enggak,kan?”
Defan menggeleng lalu ia berbalik dan menarik tangan Kinan hingga wanita itu berbalik menghadapnya."Apa maksudmu Kinan? Apa kamu lupa semalam kita."
Blush...
Pipi Kinan bersemu karena pria itu mengingatkan kejadian semalam."Me ... memangnya kenapa ka-kalau kita itu semalam,”ucap Kinan gugup.
Defan tersenyum melihat kegugupan Kinan, lalu ia menarik Kinan dalam pelukannnya lagi."Itu artinya sejak semalam kamu adalah wanitaku. "
Cup....
Defan tanpa izin langsung meraup bibir Kinan ke dalam ciumannya yang begitu lembut hingga membuat Kinan kembali terbuai.Sesaat,hanya sesaat sebelum Kinan kembali pada kesadarannya dan melepas ciuman mereka.
"Jangan terlalu berlebihan Defan, tak ada hal seperti itu di antara kita selain bos dan sekretaris pribadinya,”ucap Kinan memalingkan wajah memerahnya dan masih dengan Defan yang memeluk pinggangnya.
Defan sedikit terkekeh melihat kegugupan wanitanya."Bibirmu dan hatimu berkata lain sayang."
"Omong kosong, lepaskan aku.”ucap Kinan ketus.
"Ya baiklah." Defan melepas pelukannya lalu mengangkat kedua tangannya.
Kinan bernafas lega dan langsung berbalik dan lari dari hadapan Defan.
"Lucu sekali,”gumam Defan melihat tingkah Kinan.
...
Malam harinya setelah makan malam,Kinan berdiri di balkon kamarnya menatap pemandangan malam ibukota dari ketinggian apartemen Defan.Menarik nafasnya panjang dan mengingat saran Jenar tadi sore jika tak ada salahnya dia memberi kesempatan pada Defan membuktikan cintanya.
"Apa aku harus mencoba menerimanya, tapi apakah dia tulus padaku?”gumam Kinan.
Sungguh dia belum percaya pada Defan, bahkan pada dirinya sendiri.Terlalu banyak luka yang ia lewati sepanjang hidupnya.
"Dan apakah dia mau menerima kehadiran? Tidak bagaimana dengan keluarganya? Apakah mereka akan menerimanya,mereka orang kaya, tidak aku tidak siap..."
"Tidak siap apa sayang? "tanya Defan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Eh ... Defan,"lirihnya gugup.'Apa tadi dia mendengar apa yang ku katakan?'batin Kinan.
Defan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kinan dan mengendusnya, menghirup aroma mawar yang begitu memabukan dari tubuh Kinan.
"De ... Defan, a.. apa kamu membutuhkan sesuatu?”tanya Kinan sambil berusaha melepaskan diri dari pria itu.
"Ya ... aku butuh dirimu." Tanpa kata lagi Defan langsung mengangkat tubuh Kinan dan membawanya masuk ke dalam kamar.
.
.
myAmymy