"Fina.. Berhenti! Jangan mengemudi dengan keadaan mabuk." Kino yang duduk di depan samping Fina. Dia mencoba menghentikan laju mobil yang dikemudi Fina.
"Jangan mencoba menggangguku. Diam saja dan nikmati perjalanan. Aku akan antar kamu pulang!" tegas Fina. Sedikit meninggikan suaranya.
"Fina… Aku mohon! Kali ini saja kamu nurut sama aku. Aku tidak mau kamu dan yang lainya kenapa-napa." Kino memegang tangan Fina.
"Kamu tidak yakin denganku?" tanya Fina, menajamkan matanya. Kedua mata mereka saling menatap.
"Fina… Awas.. " teriak Vivi dari belakang. Membuat Fina dan Vino terkejut. Fina menginjak rem sangat keras. Mencoba membanting setir, Dan..
Braaakkkk…..
Belum sempat banting setir ke kanan
Fina menabrak seorang wanita cantik. Hingga tergeletak berlumuran cairan merah kental di aspal. Seketika semua keluar memastikan keadaan wanita itu. Melihat wanita itu begitu menyedihkan. Beberapa temannya hanya bisa memejamkan matanya menatap tak tega. Sementara Fina dengan sekujur tubuh gemetar. Dia mencoba untuk keluar dari mobilnya. Bibirnya masih gemetar. Dia menarik bibir bawahnya ke dalam. Menarik napasnya dalam-dalam, mencoba memberanikan dirinya melihat keadaan wanita itu. Melihat darah begitu banyak. Seketika Fina lemas, dia hanya tertunduk menangis sejadi-jadinya.
"Aaarrrggg… Kenapa! Kenapa aku membunuhnya. Kenapa. Sekarang aku jadi pembunuh." ucap Fina menyesali semuanya. Kedua tangannya terus memukul kepalanya. Dengan cepat, Kino memegang tangannya. Mencegah dia memukuli dirinya sendiri. Kino memeluk tubuh Fina dari belakang duduk jongkok di sampingnya.
"Kino... Aku takut... Aku takut..." ucap Fina. Dalam isakan tangis yang masih menjadi.
"Aku akan menemani kamu apapun yang terjadi. Jangan takut!" bisik Kino. Menempelkan kepalanya berbagi kesedihan. Fina merasa sangat nyaman. Dia memeluk tubuh Kino sangat erat.
Fina melepaskan pelukannya. Dia menatap ke arah Kino.
"Maafkan aku! Aku tidak menuruti apa yang kamu katakan. Aku memang egois… Aku wanita egois." geram Fina, mencoba memukul lagi kepalanya.
"Fina.. Tenanglah!" Kino mencoba memeluk tubuh Fina lagi, menyandarkan kepalanya di d**a Kino.
Hikss.. Hikss.
Kino mengusap punggung Fina. "Tenanglah!"
"Fina.. Tenanglan! Lagian kita tidak sengaja juga kan, kita bisa bicara baik-baik pada keluarganya nanti." timpal Gio, menepuk punggung Fina.
"Semua pasti baik-baik saja. Kita semua akan menemani kamu apapun yang terjadi." ucap Gio. Dan yang lainya.
"Aku seorang pembunuh. Apa kalian tetap berteman denganku."
"Kita tidak peduli. Itu juga tidak sengaja. Jadi, stop menyalahkan diri kamu sendiri Fina." saut Vivi mengusap punggung Fina.
"Iya.. Kita akan selalu ada buat kamu. Apapun yang terjadi nantinya. Kita hadapi sama-sama." timpal Virgo kekasih vivi. Mereka saling berpelukan. Mencoba berbagi kesedihan satu sama lain. Sementara itu mereka juga tidak berani melihat jazad wanita itu. Semua masih menunggu ambulan datang menjemput wanita yang tergeletak itu.
***
Tak lama polisi dan ambulan datang mengevakuasi korban. Dan polisi segera mengamankan semua yang terlibat.
Hingga dirinya harus dibawa ke kantor polisi bersama beberapa temannya.
"Fina.. Tenang saja. Apapun yang terjadi aku bersama dengan kamu." ucap Gio mencoba menguatkan Fina lagi. Dia tahu jika Fina sangat takut. Apalagi saat polisi datang. Dia mencoba untuk tetap tenang tapi tidak bisa.
"Kita juga, dan. Aku sudah menghubungi orang tua kamu. Dia pasti datang menjemput kita nantinya." saut Vivi, tersenyum tipis ke arah Fina.
"Pak, polisi… Tolong jangan menyentuhku. Aku bisa jalan sendiri. Dan, pertemukan aku dengan anggota keluarganya. Biar aku yang akan minta maaf padanya." tegas Fina menatap ke arah polisi yang sudah siap memborgol kedua tangannya.
Polisi itu hanya menghela nafasnya. "Baiklah! Tidak masalah, jika memang kamu mau pergi sendiri. Tapi, kita tetap akan memprosesnya. Karena kalian juga mengemudi dalam keadaan mabuk."
"Baiklah!" ucap pasrah Fina. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Dan mulai melangkahkan kakinya berjalan masuk ke dalam mobil polisi.
Hampir beberapa jam di kantor polisi. Fina berada dalam satu sel bersama dengan Kino. Meski dia tidak terbukti bersalah. Tetapi, Kino juga tetap ingin menemani Fina di dalam. Kino tidak mau pisah dengannya.
Fina di tahan satu hari. Sedangkan temannya di pulangkan. Kino menani masuk ke dalam penjara meski harus memohon-mohon pada polisi. Hingga tetap saja tak mengijinkannya satu sel dengannya. Meski Kini sekarang hanya bisa berhadapan dengannya. Melihat dia dari jauh rasanya sudah sangat senang.
******
Sudah hampir satu hari, orang tua sang wanita menyerahkan semuanya pada hukum. Sementara, calon suami wanita yang ditabrak tidak terima. Dia mencoba mencari tahu di mana wanita yang sangat berani menabrak calon istrinya.
Seorang laki-laki tampan dengan setelan jas lengkap berjalan dengan penuh percaya diri masuk ke dalam ruangan sel dimana polisi memenjarakan tersangka.
"Anda hanya bisa melihat selama 10 menit. Selebihnya, anda segera keluar." ucap pak polisi.
"Baiklah!" jawab laki-laki itu datar.
Fina yang semula duduk menundukkan menyembunyikan wajahnya di balik kedua lutut yang sengaja di tekuk. Kedua matanya terlihat sembab, sepertinya wanita itu sudah hampir 1 hari terus menangis menyesali semuanya. Mendengar ada suara orang yang datang. Dia mengira jika itu orang tuanya. Dengan penuh senyuman, Fina mengangkat kepalanya. Menatap ke depan. Senyum hang semula terukir di bibirnya perlahan mulai pudar saat melihat siapa.yang datang di depannya. Seorang laki-laki yang asing baginya.
"Kamu yang membuat calon istriku meninggal?" tanya saya laki-laki itu.
"Aku tidak bermaksud. Aku tidak sengaja menabraknya. Maafkan aku." Fina merangkak mendekati laki-laki itu. Dia mencoba memegang tangannya, saat laki-laki itu duduk jongkok di depannya.
"Aku Bagas!" tegasnya. "Aku baru tahu jika kamu yang sudah menabrak calon istriku" lanjutnya dengan pemandangan yang semula datar mulai menajam.
"Fina terus merangkak mencoba memegang tangannya lagi. Meski terus ditepis oleh Bagas.
"Maafkan aku! Maaf! Aku rela memohon padamu. Tolong maafkan aku!"
"Maaf... Katamu? Kamu pikir nyawa bisa kembali hanya ada kata maaf, kamu menghancurkan segalanya. Impian dan harapannya." Bagas mencengkeram erat rahang Fina. dan hampir saja membunuhnya perlahan.
"Eh.. Sialan! Lepaskan Fina. Apa kamu membunuhnya." teriak Kino dari sel lainya.
"Pacar kamu ternyata pembunuh juga ya. Dia kerja sama dengan kamu ya." Bagas melemparnya kasar rahang Fina. Meski dia merasa sangat sakit, Fina hanya bisa diam dan menyembunyikan kebenarannya.
"Aku mau kamu menikah denganku." ucap terus terang Bagas. Seketika membuat Fina yang masih memegang rahangnya yang masih sakit. Perlahan rasa sakit itu berubah menjadi sebuah hal yang mengejutkan baginya.
"Menikah?" tanya Fina memastikan.
"Iya.. Menikah denganku. Aku mau kamu menikah menggantikan calon istriku yang kamu tabrak. Jika kamu mau, maka aku akan bantu kamu lepas dari penjara ini." Bagas mulai mendekatkan wajahnya. Meski dia terlihat serius. Tetapi dalam otaknya sudah dipenuhi dengan berbagai rencana licik untuk membalas semuanya.
"Fina.. Jangan! Aku mohon jangan terima tawaran itu. Aku yakin dia hanya memanfaatkan kamu. Agar kamu bisa masuk ke dalam jebakannya." teriak Kino mencoba mencegahnya. Sementara Fina dia hanya diam tertunduk. Mencoba untuk menimang-nimang apa yang dikatakan oleh laki-laki di depannya.
"Mungkin polisi akan menjatuhkan hukuman beberapa tahun di penjara. Dan, jika kamu menerimanya. Maka aku akan membebaskanmu besok. Dan, aku yang akan menjemput kamu. Lalu pulang ke rumahku. Karena pernikahan akan dilakukan 3 hari lagi." jelas Bagas. Meraih tangan Fina, mencengkeram sangat erat. Sepertinya tulangnya perlahan terasa remuk jika Bagas meneruskannya semakin erat.
Fina mengangkat kepalanya, menatap ke arah Kino. Temannya itu terus menggelengkan kepalanya. Dia berharap jika Fina menolaknya. Apalagi jika dirinya melihat orang yang paling dia cintai menikah dengan orang lain.
Bagas menatap ke arah Fina. Dia mengerutkan matanya. Melirik sekilas ke arah Kino.
"Aku tahu kamu punya kekasih. Tapi, karena kesalahan kamu. Jadi kamu juga harus bertanggung jawab atas semuanya. Maka menikahlah denganku. Dan terimalah konsekuensinya saat pernikahan kita sudah sah." bisik Bagas.
Fina kembali lagi menatap ke arah Kino. Meski sempat dia mencintainya. Tapi, sekarang ini adalah keputusan yang harus dia ambil. Dia juga merasa sangat bersalah. Dan, apapun yang terjadi nanti. Ini untuk menebus semua kesalahanku. Agar tidak dihantui rasa bersalah lagi.
"Maaf!" ucap Fina lirih. Ia menghela nafasnya. Dan mulai menatap ke arah Bagas.
"Baiklah aku akan terima. Kapan kita menikah?" tanya Fina antusias. Bagas menarik sudut bibirnya sinis. Perlahan dia mulai melepaskan cengkeramannya. Untuk kedua kalinya, Fina merasakan tangannya mulai membiru akibat bekas cengkeramannya yang sangat kuat.
"Dan, bersiaplah. Kamu melayaniku dengan baik. Jangan pernah membantahku. Atau bahkan berani kabur dariku." Bagas bangkit dari duduknya. Dia mengangkat tangannya, melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sudah hampir 10 menit berlalu. Dan, Bagas segera berjalan keluar dari ruangan itu. Tanpa mendengar ucapan dari Fina lebih dulu.
"Besok aku akan jemput kamu." ucap Bagas terakhir tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Fina semakin tertunduk lemas, dia mencengkeram besi sel yang masih menghalanginya untuk pergi.
"Fina.. Kenapa kamu ambil keputusan itu. Jika dia bertindak kasar seperti tadi lagi padamu gimana? Apa kamu mau mempertaruhkan nyawa kamu sendiri?" tanya Kino meninggikan suaranya.
"Diamlah! Ini sudah keputusanku." jawab Fina lirih.