Veronica sudah merasakan bahwa mereka tidak akan percaya pada pengakuannya. Namun, hal itu tidak mengganggu pikirannya.
“Aku tidak peduli dengan hinaan yang kau katakan padaku. Karena hinaan itu sudah biasa aku dengar. Selama tiga tahun ini, saat masih menjadi bagian dari keluarga kalian!”
Dengan sikap teguh, Veronica memilih untuk tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Dia hanya menunggu ibunya keluar dari kandang, yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengkonfirmasi bahwa Veronica adalah pemilik sebenarnya dari hotel tersebut.
“Sudah, Agnes. Jangan ladeni wanita gila ini!”
Medina menghampiri Veronica dengan pandangan hinanya. “Hei! Wanita hina tidak tahu diri, sebaiknya cepat pergi dari pesta ini. Kau tahu? Tempat ini benar-benar tidak pantas untukmu!”
Medina kembali mengusir Veronica, menginginkannya pergi dari tempat itu. Namun, Veronica semakin meradang karena perlakuan yang terus menerus diusir di acara pesta miliknya sendiri. Keinginannya untuk menegaskan identitasnya semakin kuat.
“Ajudan!”
Dengan langkah mantap, Veronica memanggil salah satu ajudannya. Kehadiran ajudan itu kembali mengundang keheranan dari para tamu, terutama dari keluarga Brandon.
“Ada yang bisa kami bantu, Nona?” tanya Ajudan itu setelah menghampiri Veronica.
Mereka tidak bisa menahan kebingungan, bagaimana mungkin Veronica memiliki seorang ajudan?
“Tolong panggil Ibu agar segera kemari. Pesta akan segera dimulai!” Veronica dengan tegas meminta agar ibunya datang ke tempat itu dan memulai pesta dansa yang sedang berlangsung.
“Baik, Nona! Saya akan segera menemui Nyonya besar agar segera memulai pesta.” Sang ajudan dengan cepat berlari hendak memanggil Samara agar segera muncul di tengah pesta itu.
Dia yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengakhiri semua keraguan dan menetapkan kebenaran tentang identitasnya sebagai pemilik hotel tersebut.
Samara melangkah dengan gemulai, memancarkan keanggunan dalam setiap langkahnya, saat menuju dengan lembut ke arah sang anak.
Sorotan mata Veronica memancar senyuman hangat ketika dirinya disambut oleh kehadiran Samara.
“Permainan akan segera dimulai, wahai manusia sombong tak berperikemanusiaan!” gumam Veronika amat sangat membenci keluarga Brandon.
Pemandangan itu memukau, membuat Medina, Agnes, dan Brandon tak dapat menahan kekaguman mereka.
“Lihatlah, pemilik hotel ini. Dia berjalan ke arah gadis desa itu. Apakah benar, wanita itu adalah anak pemilik hotel ini”
Bisikan dari para tamu yang hadir membuat suasana di sana semakin tegang. Ditambah Samara telah datang di pesta tersebut.
Dalam keanggunan dan kehadiran yang disertai dengan pesona, Samara, sang pemilik hotel, melangkah dengan penuh keyakinan menuju Veronica.
“Tidak! Tidak mungkin. Aku tidak percaya, kalau wanita itu adalah ibu kandung Veronica. Ini pasti mimpi, kan?” ucap Medina tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya itu.
“Apa maksudmu, Medina? Kau meragukanku bahwa aku memiliki seorang anak? Ya! Veronica adalah anakku, menantu yang telah kau buang!”
“Apa? Bagaimana mungkin?” Medina masih tetap tidak percaya dengan ucapan Samara tadi.
Namun, ketika kabar tentang identitas sejati Veronica mulai tersebar di antara tamu-tamu yang hadir, keheranan mereka berubah menjadi kekaguman dan kekaguman.
Tiba-tiba, gadis yang selama ini mereka remehkan dan hina itu ternyata adalah bagian dari keluarga yang sangat berpengaruh dan kaya raya.
“Tentu saja sangat mungkin. Kau pikir, pesta ini diadakan hanya untuk merayakan ulang tahun hotel ini? Tentu saja lebih dari sekadar itu.
“Pesta ini, aku buat untuk mengumumkan pada semuanya, bahwa mulai malam ini, hotel ini sepenuhnya akan dikelola oleh anakku, anak semata wayangku. Veronica!”
Dengan tegas, Samara memberi tahu pada semuanya tentang identitas Veronica juga pengumuman pemegang hotel terbaru adalah Veronica.
Medina, yang sebelumnya merendahkan dan meremehkannya, kini terdiam dalam kekaguman yang tidak terkatakan.
Dia menyadari kesalahannya dan berusaha untuk mendekati Veronica. “Oh, Veronica. Aku meminta maaf atas semua perlakuan buruk yang aku lakukan sebelumnya. Aku benar-benar tidak menyadari hal ini.”
Bukan hanya Medina dan keluarganya saja, orang-orang yang dulu mengejek dan mencemoohnya juga terdiam dalam malu.
Mereka sadar bahwa kecantikan dan keberhasilan Veronica jauh melampaui apa yang pernah mereka bayangkan.
Mereka pun berusaha untuk mendekatinya, memohon pengampunan atas segala ketidakadilan yang pernah mereka lakukan.
Dan kemudian, di antara kerumunan yang terkesan itu, Brandon, mantan suami Veronica, melangkah mendekatinya dengan tatapan penuh penyesalan dan penyesalan.
Dia menyadari betapa besar kesalahan yang telah dia lakukan, meninggalkan cinta sejati yang telah selama ini bersamanya.
“Veronica. Mengapa selama ini kau diam saja dan tidak memberi tahu padaku tentang semua ini?”
Veronica menatap Brandon dengan tatapan datarnya. “Karena aku ingin tahu, apakah kau tulus, atau hanya mengejar apa yang aku miliki selama ini!”
Brandon menunduk malu. “Maafkan aku, Veronica. Aku benar-benar bersalah padamu.”
“Aku sudah memaafkanmu. Tapi, bukan karena aku ingin kembali padamu. Tetapi karena aku ingin melepaskan diriku dari beban dendam dan kebencian yang telah lama meracuniku.”
Pesta dansa yang seharusnya menjadi ajang kemegahan dan kebanggaan bagi para elit masyarakat itu berubah menjadi panggung rekonsiliasi dan kesempatan kedua bagi Veronica.
Di bawah cahaya gemerlap dan melodi yang mengalun, Veronica menemukan dirinya sendiri, menemukan kekuatan untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan dan harapan yang baru.
Dia merasa bahwa tidak ada lagi alasan untuk menyembunyikan kebenaran, bahwa kebenaran adalah kunci untuk kebebasan dan kedamaian yang sejati.
Dengan hati yang penuh keyakinan dan suara yang tegas, Veronica memutuskan untuk mengumpulkan semua orang yang sudah datang di acara pesta itu.
Di sana, di tengah suasana yang hangat dan penuh kasih sayang, dia berdiri tegar di hadapan mereka semua, siap untuk memberi tahu mereka siapa sebenarnya dia.
Dengan suara yang mantap namun lembut, Veronica memulai kisahnya.
“Aku ingin menceritakan tentang masa laluku yang tersembunyi, tentang bagaimana aku tumbuh dalam keheningan desa yang jauh dari sorotan dunia luar.
“Aku ingin menceritakan tentang perjalanan hidupku, tentang penderitaan dan kebahagiaan yang telah aku temui di sepanjang jalan. Aku sengaja datang ke desa itu untuk membantu nenek yang sudah menolongku saat aku kecelakaan.
“Cucunya telah mendonorkan darahnya untukku. Aku ingin membalas budi padanya. Namun, ketika aku melihat sosok lelaki tampan dan gagah, tiba-tiba aku jatuh hati padanya. Tapi, setelah tiga tahun pernikahan kami, aku selalu diperlakukan seperti pembantu.
“Bukan menantu di dalam keluarga itu. Hingga kemudian lelaki itu sudah mulai bosan karena menunggu kapan aku memberi tahu jika aku memiliki sesuatu yang membuatnya bertahan selama ini.
“Kami berpisah, karena ketidaksabarannya, ketamakan dan kesombongannya. Namun, aku sama sekali tidak menyesal telah berpisah dengannya. Bagiku, itu hal yang mesti aku rayakan!”
Ketika dia menyebutkan tentang identitas sejatinya, sebuah keheningan turun di antara mereka.
Tidak ada yang bisa menyangka bahwa gadis yang selama ini mereka anggap remeh itu sebenarnya adalah bagian dari keluarga yang begitu berpengaruh dan kaya raya.
Namun, di balik kejutan yang mereka rasakan, ada juga rasa hormat dan penghargaan yang tumbuh di antara mereka.
Mereka mulai melihat Veronica dengan mata yang baru, melihat kekuatan dan keberanian yang tersembunyi di balik wajahnya yang lembut dan anggun.
“Sungguh mengejutkan,” ucap salah satu tamu pesta itu.