"Kenapa kau gak bilang?" Suara gradak-gruduk usai pintu apartemennya terbanting ternyata pertanda kedatangan saudara kembarnya yang memasang wajah panik. Kening Hasan malah mengerut. Seolah tak terjadi apapun. Ia sedang memasak di dapur tapi Husein tiba di apartemennya dengan wajah tegang. "San!" "Kenapa?" Ia bertanya dengan sangat santai. Husein menghela nafas. Lelaki itu menaruh tasnya di dekat sofa kemudian menarik lengan kemejanya. "Ku dengar kau nyaris mati!" tuturnya dengan nada yang sangat serius. Biasanya Husein memang serius tapi kali ini jauh lebih serius. "Siapa yang bilang begitu?" Hasan justru terheran. Terdengar helaan nafas milik Husein sebagai pertanda frustasi. Ia sudah panik begitu mendapat kabar itu lalu saat tiba di sini, orang yang ia kira sudah hampir mat