Abi, umi dan Mas Alif sekarang sedang berada di depan kami. Muka Mas Alif tampak memerah, terlihat sekali berusaha menahan emosi. Kami, aku dan Mas Nino, hanya bisa menunduk. Kulihat wajah Mas Nino yang tampak pasrah. Kuraih tangannya, kugenggam erat, berusaha memberi kekuatan. Mas Nino menoleh ke arahku, tersenyum kecut. Dan akhirnya memberanikan diri untuk menatap ke Abi, yang menunggu jawaban kami sedari tadi. "Kenapa kamu minta cerai, nduk?" Tanya Abi, matanya tajam menatapku. Kutarik nafas panjang sebelum menjawab, "Rania tak mau dimadu, bi. Maaf, itu keputusan Rania. Dan Mas Nino sudah setuju akan hal ini." "Kamu tahu kan nduk, di agama kita, sah-sah saja jika seorang lelaki ingin berpoligami, bahkan tanpa perlu ijin dari istri pertama. Sebentar Lif, abi belum selesai bicara...!