Merah Darah

1869 Kata

"Lepas!" Aku terus berusaha memberontak dan mencoba melepaskan cengkeraman tangan Mas Irham meskipun sulit. "Tidak akan. Aku tidak akan melepaskanmu lagi, Najwa. Aku sudah cukup bersabar selama dua bulan ini. Ayo kita pulang sekarang," ucapnya masih sambil menarik tanganku menuju tempat di mana mobil miliknya diparkirkan. Aku berjengit kaget. "Pulang? Aku nggak mau!" "Ya, pulang. Suka tidak suka kau harus ikut pulang denganku sekarang," ujar suamiku seperti tak ingin mendengar kata penolakan. Benar-benar otoriter! Pandangan dari beberapa orang yang sedang berlalu lalang di area parkir yang terletak di basement mall, seperti tak mengganggu suamiku sama sekali. Laki-laki ini tetap berjalan mantap menuju di mana mobilnya terparkir sambil terus mencengkeram kuat pergelangan tanganku. "A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN