"Kita ... kita ke rumah sakit sekarang, ya?" ucap Mas Irham terlihat panik. Bersama hati yang terasa remuk, aku menggelengkan kepala saat menatapnya. Laki-laki yang selalu punya cara untuk mematahkan hatiku. "Aku tidak mungkin pergi ke rumah sakit dalam keadaan junub seperti ini. Aku harus mandi," ucapku dengan perasaan sesak. Rasa takut kehilangan akan dia yang selama ini membuatku kuat bertahan, begitu sukses membuatku tertekan. "Ta-tapi —." Mas Irham menatap tetes-tetes darah di lantai masih dengan wajahnya yang terlihat memucat. Tak menghiraukannya, aku bergegas masuk ke kamar mandi saat rasa kram di perut berangsur berkurang. Bertahanlah demi Ibu, Nak. Bertahanlah, Sayang. Jangan buat Ibu khawatir. Dan ... aku baru hendak menutup pintu kamar mandi saat laki-laki egois itu menaha