Senin esoknya, pagi-pagi sekali, Damian Abizard Sky sudah memarkirkan mobil sport merahnya di halaman depan gerbang kampus.
Usai mendapat nasihat dari Eric Luo, pria dingin bermantel hitam itu akhirnya meredakan kegelisahannya yang sudah lama tidak berbicara dengan Claris cupu.
Satu-satunya ide cemerlang yang dimilikinya saat ini, selain mencari tahu dengan koneksinya, yang kata Eric bisa saja membuat Claris cupu takut kepadanya, maka dia hanya bisa bersabar seperti sekarang.
Damian sudah menunggu di dalam mobil sejak pukul 6 pagi, padahal jadwal perkuliahan di tempatnya biasanya baru akan mulai pada pukul 8 pagi.
Ketika matanya memindai banyak orang berlalu lalang di luar sana, mata pria ini sangat jeli dan tajam bagaikan burung elang yang siap mencengkeram mangsanya.
“Claris!” bisik
