Entah apa yang merasuki Clarisha Wira Atmaja. Sekarang, dia berjalan menuju pintu ruang rawat VIP Damian Abizard Sky. Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Rasanya, setiap langkah kaki yang dilakukan oleh Claris bagaikan kedua betisnya ditempeli oleh plat besi yang semakin berat dan berat. “Kamu yakin mau ikut masuk ke sana, Claris?” bisik Moli di telinga sang sahabat, mendekat seraya menggaet sebelah lengannya. Wajah pucat sang wanita cupu sangat kelam, bibir bawah digigit gugup. Yah, sebenarnya kalau mau jujur, dia juga tidak mau datang ke tempat ini. Bukankah sama saja menyerahkan diri ke rumah penjagalan di tangan Damian? Sayangnya, kalau tidak datang menjenguknya, apalagi saat sudah mendengar dan mengetahui penyebab jatuh sakitnya sang tunangan kejamnya itu, dia pasti di