Zanan Hawkins alias Keenan mengerutkan kening mengamati tingkah Claris sejak tadi. Pria tampan dalam balutan kasual dan berapron hitam itu duduk bersandar di depan konter seraya bersedekap santai, mata terus mengawasi wanita cupu yang hilir mudik dengan lesu membersihkan meja-meja tamu. “Kak Keenan, sebenarnya Claris kenapa, ya? Sejak datang tadi siang, sikapnya lesu begitu. Apa ada masalah dengan ayahnya lagi?” tanya salah seorang karyawan wanita berambut pendek. Keenan mengedikkan bahunya pelan, “entahlah. Claris selalu menyimpan masalahnya sendiri. Aku pikir hanya perasaanku saja, ternyata memang sikapnya ada yang aneh, ya?” “Ya, ampun. Jelas seperti itu masih tidak bilang ada apa-apa? Kak Keenan benar-benar, ya!” balasnya gemas, memukul pelan sebelah bahunya. Keenan hanya tertawa