Mukmin dan Kafir Saat Meninggal

2398 Kata
Orang Mukmin dan Kafir Saat Meninggal Suatu saat, Rasulullah SAW menghadiri sebuah pemakaman jenazah dari kaum Anshar. Sesampainya di kuburan, beliau menerangkan tentang keadaan ruh orang mukmin dan kafir saat meninggal Saat itu, Rasulullah SAW keluar dari masjid bersama Bara’ bin Azib untuk menghadiri pemakaman jenazah seseorang dari kaum Anshar. Setelah tiba di kuburan, dan mayat sudah dibujurkan di liang lahat kubur. Beliau pun duduk dan para sahabat pun duduk pula di sekitarnya. Tangan beliau memegang ranting dan memukul-mukulkannya ke tanah. Para sahabat memperhatikannya dengan seksama, tanpa ada yang berani berkata-kata kepada beliau. Tiba-tiba beliau menengadahkan kepala ke langit dan bersabda sampai tiga kali,”Berlindunglah dari siksa kubur!” Kemudian dia melanjutkan sabdanya,”Jika hamba yang mukmin meninggalkan dunia dan menuju ke akhirat, maka para malaikat turun dari langit. Wajah mereka putih seakan-akan seperti warna matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan minyak wangi untuk mayat dari surga. Mereka duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut dating hingga duduk di dekat kepalanya, seraya berkata,’Wahai jiwa yang tenang. Keluarlah kepada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya!” Beliau kemudian menjelaskan keadaan ruh,”Maka ruh si mayat akan keluar, mengalir seperti aliran tetesan air di mulut geriba. Malaikat maut kemudian mengambilnya. Jika dia sudah mengambilnya, para malaikat yang lain tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya. Mereka meletakannya di dalam kain kafan itu dan di dalam usungan. Lalu ruhnya keluar dari dunia dengan aroma yang sangat harum, seharum hembusan minyak kasturi yang ada di dunia. Mereka membawanya naik ke atas. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata,’Siapa ruh yang harum ini?’” Para malaikat yang membawanya menjawab,”Fulan bin Fulan,” dengan menyebut namanya yang paling indah ketika mereka menamakannya di dunia, hingga mereka tiba di langit dunia. Mereka meminta agar dibukakan pintu baginya. Maka kemudian dibukakan pintu baginya. Dia dibawa para malaikat yang mendekatkannya ke langit berikutnya hingga tiba di langit ketujuh. ”Tulislah kitab hamba-Ku di Illiyin dan kembalikan dia ke bumi, karena darinya aku menciptakan mereka. Kepadanya Aku mengembalikan mereka, dan darinya Aku mengeluarkan mereka sekali lagi,” firman Allah Jala Jalalluhu Wa Rahmatuhu kepada para malaikat. Rasulullah SAW melanjutkan kembali sabdanya,”Lalu ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dia didekati dua malaikat dan mendudukkannya, lalu bertanya,’Siapa Rabb-mu?’ Dia menjawab,’Rabb-ku adalah Allah.’ ‘Apa agamamu?’ ‘Agamaku Islam,’ Siapakah orang yang diutus di tengah kalian ini?’ ‘Rasul Allah,’ ‘Apa ilmumu?’ ‘Aku membaca Kitab Allah lalu aku beriman kepadanya dan membenarkannya,’ Lalu ada Penyeru yang berseru dari langit,’Hamba-Ku benar. Maka bentangkan surga baginya, kenakanlah pakaian dari surga kepadanya dan bukakan baginya satu pintu dari surga’.” Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya,”Dia datang dengan aroma yang harum dan kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang. Dia didatangi seorang lelaki yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya. Lelaki itu berkata,’Bergembiralah karena sesuatu yang memberikan kemudahan kepadamu pada hari yang dijanjikan ini.’ Hamba itu berkata,’Siapa engkau? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan.’ ‘Aku adalah amalmu yang shalih,’ jawabnya. Hamba itu lalu berkata,’Ya Rabbi, datangkanlah hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.’ Orang Kafir Sedangkan hamba yang kafir, jika meninggalkan dunia dan menuju akhirat, maka para malaikat turun. Wajah mereka hitam sambil membawa kain wool yang kasar. Mereka duduk sejauh mata memandang banyak. Kemudian malaikat maut datang hingga duduk di dekat kepalanya, seraya berkata,”Wahai jiwa yang buruk! Keluarlah kepada kemurkaan dari Allah dan kemarahan-Nya.” Beliau melanjutkan kembali sabdanya,”Lalu ia menyebar di dalam jasadnya dan mencabutnya dengan sekali cabutan sebagaimana besi pembakar daging dicabut dari sutera yang dibasahi air, lalu mengambilnya. Ketika malaikat maut sudah mengambilnya, para malaikat lain tidak membiarkannya sekejap mata pun, hingga mereka meletakkannya di atas kain wool yang kasar itu. Ruhnya dibawa keluar dengan bau yang sangat busuk, sebusuk bau bangkai yang ada di dunia. Mereka lalu membawanya naik ke atas. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka bertanya,’Apakah bau busuk ini?’” Mereka menjawab,’Fulan bin Fulan,’ dengan namanya yang paling buruk sebagaimana dia dipanggil di dunia, hingga sampai langit dunia. Lalu diminta agar dibukakan pintu baginya, namun pintu itu tidak dibukakan baginya. Rasulullah SAW terdiam sejenak, beliau kemudian membacakan ayat,”Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya. Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.”(QS Al-A’raf:40) Allah SWT berfirman,”Tulislah kitabnya di dalam Sijjin di bumi yang paling rendah.” Lalu ruhnya dilemparkan dengan sekali lemparan. Rasulullah SAW membaca QS Al-Hajj:31, ”Dan, barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat mendatanginya, mendudukkannya dan bertanya kepadanya,’Siapa Rabb-mu?’ ‘Hah, hah, aku tidak tahu,’ jawab si mayat. ‘Apa agamamu?’ ‘Hah, hah, aku tidak tahu.’ ‘Siapa orang ini yang diutus di tengah kalian?’ ‘Hah, hah, aku tidak tahu.’ Lalu ada Penyeru yang berseru dari langit,’Dia dusta. Maka gelarkan baginya neraka dan bukakan baginya pintu neraka!’ Lalu didatangkan kepadanya dari panasnya api neraka, racunnya dan kuburannya menyempit hingga sendi-sendinya berserakan. Kemudian ia didatangi seorang lelaki yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan mengeluarkan aroma yang busuk, seraya berkata,’Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.’ ‘Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.’ ‘Aku amalmu yang buruk.’ Rasulullah SAW kemudian menceritakan tentang permohonan dari hamba yang kafir itu,”Ya, Rabb! Janganlah Engkau datangkan hari Kiamat.” (Musnad Imam Ahmad). AST Kunci Kegaiban dan Kejadian Sesudah Kematian “Sesungguhnya Allah mengutus seorang Nabi pada akhir setiap tujuh umat. Siapa yang durhaka kepada nabinya, maka dia termasuk orang-orang yang sesat, dan siapa yang menaati nabinya, maka dia termasuk yang mendapat petunjuk.” (HR. Thabrany) Suatu ketika, Luqait bin Amir bersama seorang temannya yang bernama Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq menemui Rasulullah SAW. Waktu itu beliau baru saja selesai menunaikan shalat Subuh. Selepas salam, beliau bersabda, ”Wahai manusia, selama empat hari ini aku tidak berbicara dengan kalian dan banyak mendengarkan suara-suara kalian. Adakah seseorang diantara kalian di sini yang menjadi utusan kaumnya? Mereka ada yang berkata, ’Beritahukanlah kepada kami apa yang lupa karena bisikan hatinya atau pembicaraan temannya atau dia dilalaikan kesesatan. Ketahuilah, sesungguhnya aku akan dimintai tanggung jawab, apakah aku sudah menyampaikan? Ketahuilah, dengarkanlah niscaya kalian tetap hidup.Ketahuilah, hendaklah kalian duduk. Ingatlah, hendaklah kalian duduk.” Orang-orang kembali duduk di tempatnya semula. Semua pandangan mata jamaah tertunduk, tak berani menatap wajah baginda Rasulullah SAW yang sangat mulia bermandikan cahaya. Luqait bin Amir kemudian memberanikan diri bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang engkau ketahui tentang ilmu gaib?” Beliau tersenyum mendengar pertanyaan itu sambil menggerak-gerakan kepala. Beliau tahu, kalau Luqait saat itu membuat pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Setelah diam sejenak, Rasulullah SAW kemudian bersabda, ”Rabb-mu menjamin lima kunci ilmu gaib yang tidak diketahui kecuali Allah SWT semata.” Tangan beliau lalu diangkat dan memberikan kode isyarat. “Apa itu?” tanya Luqait penuh penasaran. “Itulah ilmu kematian. Allah SWT mengetahui kapan kematian salah seorang di antara kalian, sedang kalian tidak mengetahuinya. Dia tahu apa yang terjadi esok hari, apakah kamu bisa makan sedang kamu tidak mengetahuinya. Dia mengetahui hari turunnya hujan, yang sebelumnya kalian dalam keadaan susah dan takut. Dia tersenyum karena sudah tahu sebentar lagi akan turun hujan.” Luqait kembali berkata,”Kami tidak menganggap mustahil bahwa Allah tersenyum karena suatu kebaikan.” “Dia mengetahui datangnya kiamat,” sabda beliau lagi. “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada kami apa yang engkau ajarkan kepada manusia, karena kami berasal dari suatu kaum yang tidak mudah mau membenarkan seseorang karena persahabatan kami, tidak pula kaum kerabat di antara kami,” kata Luqait kembali. “Kalian hidup sesuai dengan umur kalian, lalu Nabi kalian meninggal dunia. Kemudian kalian hidup sesuai dengan umur kalian. Kemudian dibangkitkan tiupan yang pertama. Demi Allah, tidak ada yang hidup di permukaan bumi, melainkan mati. Begitu pula para malaikat yang bersama Rabb-mu. Kemudian Rabb-mu berjalan di muka bumi dan Dia sendirian di sana. Kemudian Dia mengutus langit membawa hujan dari sisi ‘Arsy-Nya. Demi Rabb-mu, tidak ada tempat terpendamnya mayat dan tidak pula mayat yang dikubur melainkan kuburan itu terbelah hingga menyembulkan kepalanya lalu duduk tegak. Rabb-mu bertanya, ’Bagaimana keadaanmu setelah sekian lama di dalam kubur?’.” Rasulullah SAW kemudian menceritakan jawaban dari mayat yang dibangkitkan itu. “Wahai Rabbi, aku masih dapat merasakan hari itu. Seakan-akan dia baru saja berkumpul dengan keluarganya.” Luqait tampak belum puas dengan cerita itu, ia kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah mengumpulkan kami setelah kami dicecerkan angin, bencana dan binatang buas?” Beliau bersabda,”Aku akan memberitahukan kepadamu perumpamaan hal itu dalam karunia dan nikmat Allah Jala Jalalluhu Wa Rahmatuhu. Tadinya, bumi itu tandus dan kering serta tidak hidup. Kemudian, Rabb-mu mengirim hujan. Selang beberapa lama kemudian bumi itu hidup dan banyak air yang menggenang untuk minum. Demi Rabb-mu, Dia benar-benar berkuasa mengumpulkan kalian dari air, sebagaimana Dia mengumpulkan tanaman bumi. Lalu, kalian keluar dari kubur dan dari tempat kalian terbunuh. Lalu kalian melihat Allah dan Allah SWT melihat kalian.” “Wahai Rasulullah, bagaimana itu terjadi? Padahal kita memenuhi bumi ini. Padahal Allah SWT adalah satu diri yang kita lihat?” Luqait kembali bertanya. “Akan kuberitahukan yang demikian itu dalam nikmat Allah. Matahari dan rembulan adalah satu tanda kekuasaan Allah. Keduanya terlihat kecil dalam pandangan kalian, namun keduanya dapat melihat kalian, dan toh kalian tidak apa-apa ketika melihatnya. Demi Rabb-mu, Dia benar-benar berkuasa melihat kalian semua dan kalian dapat melihat-Nya sebagaimana kalian dapat melihat matahari dan rembulan,” jawab beliau. “Wahai Rasulullah, apa yang akan diperbuat Rabb kami terhadap kami setelah bersua dengan-Nya?” tanya Luqait. “Kalian dihadapkan kepada-Nya dengan menunjukkan catatan kalian. Tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari kalian. Kemudian Rabb-mu mengambil segayung air dengan Tangan-Nya, lalu memercikannya ke arah kalian. Demi Rabb-mu, wajah masing-masing orang di antara kalian terkena percikan air itu. Ada pun bila mengenai wajah orang Muslim, maka air itu membuat wajahnya seperti kain putih yang halus. Sedang bagi orang Kafir, bila air itu mengenai hidungnya maka air itu akan menimbulkan bercak hitam. Ketahuilah, kemudian Nabi kalian akan menghadap Allah, dan orang-orang shalih mengikutinya dari belakang. Lalu mereka melewati jembatan hingga salah seorang di antara kalian menginjak bara sambil berkata,”Aduh”. Mereka melewati taman Rasulullah SAW hingga mereka menjadi kehausan. Demi Rabb-mu, tidaklah seseorang di antara kalian mengulurkan tangannya melainkan dia memegang bejana yang dia gunakan untuk membersihkan kotoran dan kencing. Matahari dan rembulan disembunyikan, sehingga kalian tidak melihat keduanya,” sabda Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah, lalu dengan apa agar kita dapat melihat?” “Dengan penglihatanmu saat ini. Yang demikian itu terjadi sebelum terbitnya matahari, pada hari diterbitkan bumi di balik gunung.” “Wahai Rasulullah, dengan apa kita diberi balasan atas keburukan kami?” tanya Luqait kembali. “Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan satu keburukan dibalas dengan satu keburukan yang serupa, kecuali dimaafkan.” “Wahai Rasulullah, bagaimana surga dan neraka?” “Demi Rabb-mu, neraka itu memiliki tujuh pintu. Tidak ada jarak antara dua pintunya melainkan seperti pengelana yang mengadakan perjalanan selama tujuh puluh tahun,” jawab beliau. “Wahai Rasulullah SAW, di atas apa kami dapat melihat surga?” Beliau menjawab,”Dari atas sungai-sungai madu yang dipilih, sungai-sungai dari khamr yang tidak memusingkan jika diminum dan tidak pula membuat menyesal dan sungai-sungai dari s**u yang tidak berubah-ubah rasanya, air yang tidak berubah-ubah warnanya dan buah-buahan. Demi Rabb-mu, kalian tidak tahu yang lebih baik dari itu, di samping istri-istri yang disucikan.” “Wahai Rasulullah, apakah kami akan mempunyai isteri di sana? Ataukah di antara mereka ada wanita-wanita yang shalih?” tanya Luqait dengan nada malu-malu, hingga para jemaah di masjid itu tersenyum simpul dibuatnya. “Para wanita shalihah bagi para lelaki yang shalih. Kalian mendapatkan kenikmatan dari mereka seperti kalian rasakan di dunia dan mereka tidak melahirkan,” jawab baginda Rasulullah SAW. “Bagaimana puncak kenikmatan yang kami dapatkan di sana?” Tanya Luqait kembali dengan penuh penasaran. Namun, beliau tidak diam dan tidak menjawabnya. Semua hening. Luqait kembali memecah kesunyian masjid itu dengan bertanya,”Wahai Rasulullah, atas apa aku berbaiat kepada engkau?” Beliau kemudian membentangkan tangan dan bersabda,”Dengan engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, memisahkan diri dari orang-orang musyrik dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun selain-Nya.” “Sesungguhnya bagi kami apa yang ada di antara timur dan barat.” Beliau lalu memegang tangannya sendiri dan membeberkan jari-jarinya. Rupanya Rasulullah SAW mengira Luqait meminta syarat yang tidak mungkin juga dapat Rasulullah penuhi. Luqait kembali berkata,”Artinya, kami menghalalkan apa pun yang kami kehendaki darinya dan tidak ada yang menimpa seseorang dari apa yang dilakukannya kecuali dirinya sendiri.” Sambil membeberkan tangan, beliau bersabda,”Yang demikian itu bagimu. Engkau dapat menghalalkan apa pun menurut kehendakmu dan tidak ada yang menimpa, kecuali dirimu sendiri.” Luqait bin Amir dan Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq tampak puas mendengar jawaban dari Rasulullah SAW, mereka berdua lalu berlalu dari majelis. Beliau lalu bersabda,”Demi Rabb-mu, aku ingin memberitahukan bahwa mereka adalah termasuk orang-orang yang paling bertaqwa di dunia dan akhirat.” Ka’b bin Al-Khidariyah, salah seorang dari Bani Ka’b bin Kilab, bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?” Beliau menjawab,“ Mereka adalah Bani Al-Muntafiq. Mereka adalah orang-orang yang layak melakukannya.” Tak lama berselang, Luqait bin Amir dan Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq kembali menghadap Rasulullah SAW, dan Luqait bin Amir bertanya pada beliau,”Wahai Rasulullah, apakah seseorang mendapatkan pahala kebaikan yang dia kerjakan pada masa jahiliyah?” Seseorang dari pemuka Quraisy menjawab,”Demi Allah, ayahmu, Al-Muntafiq berada di neraka.” Mendengar pernyataan dari salah seorang pemuka Quraisy itu, wajah Luqait merah padam. Ia kembali bertanya,”Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keluarga engkau?” Rasulullah SAW kemudian mejawab,“Tentang keluargaku, demi Allah, ketika engkau melewati kuburan seseorang dari keturunan Amiry atau Quraisy, maka katakanlah,’Aku diutus Muhammad kepadamu untuk mengatakan,’Terimalah kabar tentang keburukanmu, yang membuat wajah dan perutnya ditelungkupkan ke neraka’.” “Wahai Rasulullah, apa yang diperbuat Allah terhadap mereka, sementara mereka pernah berbuat kebaikan, dan mereka mengira bahwa mereka juga telah berbuat kebaikan?” tanya Luqait. Beliau lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus seorang Nabi pada setiap tujuh umat. Siapa yang durhaka kepada nabinya, maka dia termasuk orang-orang yang sesat, dan siapa yang menaati nabinya, maka dia termasuk yang mendapat petunjuk.” AST

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN