“Sejak lahir aku tidak tahu siapa papaku dan aku hidup dalam kebingungan dan hampa—“ Fiza menghela napas panjang, dia tetap menatap lurus ke depan dan fokus menyetir. Itu adalah kata-kata yang membosankan dari Alana, selalu saja mengeluhkan keberadaan papanya. Fiza menggerutu dalam hati bahwa Alana adalah sosok yang tidak tahu diuntung, hidupnya penuh dengan kemewahan dan keberuntungan. Seharusnya dia tidak perlu memikirkan lebih jauh tentang papanya, atau sekalipun benar, dia tidak boleh mengganggu keluarga papanya. Alana kali ini sudah keterlaluan. Alana tiba-tiba menangis sesenggukan. “Alana, sudahlah—“ “Aku nggak bisa menemui papaku lagi,” lirih Alana yang mengingat kata-kata Damian bahwa dia tidak bisa lagi magang di kantornya. “Dia bukan papamu, Alana. Lagi pula kamu masih puny