Prolog

342 Kata
Pagi ini entah ada angin apa, sang ayah memilih mengantar Ulya menggunakan motor, katanya beliau sedang ingin menikmati angin pagi sekaligus mengenang masa-masa saat Ulya SD dulu, saat perekonomian mereka bisa dibilang tak sebagus sekarang. Ulya turun dari atas motor lalu menyalami tangan ayahnya. "Ulya kuliah dulu ya Yah, Assalamualaikum," pamit gadis itu. Sang ayah tersenyum sembari mendoakan Ulya dalam hati. "Waalaikumsalam," jawabnya. Ulya mengangguk, gadis itu melepas kepergian ayahnya, dia sendiri selanjutnya melangkah memasuki pekarangan kampusnya. Tangannya memegang tali totebag yang menggantung di bahu kanannya. Ulya berjalan dengan riangnya, dia baru beberapa bulan ini menjadi mahasiswa, rasanya cukup menyenangkan, setiap ada mata kuliah di satu hari, Ulya selalu exited untuk berangkat ke kampus. Saat sedang berjalan Ulya dikagetkan dengan tangan seseorang yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Sungguh ini gila, Ulya menunduk untuk melihat dan ternyata tangan itu tangan laki-laki, dia sama sekali belum pernah bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahram sebelumnya bahkan ketika umurnya menginjak usia tujuh belas tahun. "Emmm, gimana ya." Ulya menoleh dan mendapati laki-laki yang lancang memeluk pinggangnya itu sedang salah tingkah. "Apa..." Ulya langsung tak bisa melanjutkan kata-katanya, jantungnya mencelos seperti pindah tempat ke lambung karena laki-laki di sebelahnya mendekatkan wajah ke telinganya. "Lo tembus," ujar laki-laki tersebut. Ulya langsung membelalakkan matanya. "Tapi nggak usah takut udah gue tutup pake jaket." Sekarang laki-laki itu pindah ke depan Ulya mengikatkan tangan jaketnya ke tubuh gadis itu. Ulya yang menunduk perlahan mengangkat wajahnya, dia mendapati sebuah wajah tampan sedang tersenyum menatapnya. "Maaf ya gue lancang pegang-pegang lo," ucap laki-laki di hadapannya setelah melihat penampilan Ulya benar-benar tertutup. "Eh, nggg, nggak apa-apa, makasih ya," balas Ulya. "Iya sama-sama, mending lo pulang aja deh, gue anterin mau?" tanya laki-laki di depannya. "Eungg, tapi baru sampe," keluh Ulya. "Emangnya lo bawa rok ganti?" tanya laki-laki di depannya. Ulya menggeleng. "Ya udah gue anterin, jangan takut gue dari fakultas tehnik, semester lima. Nanti izinnya sama temen sekelas aja, titip absen, nggak bakal masalah kok.” Mendengar itu membuat perasaan Ulya sedikit tenang. Ulya hanya tersenyum kemudian mengikuti langkah laki-laki itu. ***                                                      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN