6. Pernikahan

1646 Kata
“Kamu harus tahu bahwa orang yang aku cintai itu cuma kamu, Gin.” Lucas memeluk Regina erat. Malam ini mungkin adalah malam terakhir keduanya bersama sebelum lelaki itu berubah status menjadi suami orang. Keduanya sudah setuju dengan ide gila Lucas yaitu menikahi Luna kemudian akan bercerai dengan wanita itu secepatnya. Bagi Lucas, dia hanya berkewajiban menikah untuk membahagiakan ayahnya, bukan untuk mempertahankan pernikahan itu. Bagi Lucas, wanita yang membahagiakannya adalah Regina, hanya Regina. *** Hari Pernikahan, jam 4 pagi. Luna baru saja bangun dari tidurnya yang singkat, dia hanya dapat terlelap 2 jam saking gugupnya. Padahal aktivitasnya kemarin sangat padat, dia harus ngebut rapat untuk proyek baru perusahaannya. Tapi badannya menolak untuk istirahat. Dia tetap terjaga walau ibunya berulang kali mengingatkannya untuk istirahat. Maka sampai jam 2 subuh dia baru dapat terlelap. Tapi sayangnya jam 4 pagi dia harus segera bangun untuk memulai rangkaian acara untuk salah satu pernikahan paling megah di negeri ini. “Gimana tidurnya,” tanya Nabila pada anaknya. “Baru bisa tidur jam 2,” jawab Luna. Dia kemudian duduk di meja rias. “Tolong beliin kopi dong,” kata Luna. Kemudian salah satu asisten mereka langsung pergi keluar ruangan. “Gugup ya kamu?” tanya Ibunya lagi. “Ya menurut Ibu aja. Masa ada orang mau nikah gak gugup,” kata Luna lagi. “Ini jam delapan ada pengambilan video lagi ya.” Tiba-tiba salah satu staf WO untuk pernikahan Luna dan Lucas muncul sambil membawa catatan di papan kecil miliknya. “Video apaan lagi?” tanya Luna. Dia sudah lumayan lelah dengan banyaknya dokumentasi yang dilakukannya dengan Lucas. Seminggu kemarin dia dan Lucas sudah melakukan sesi pre-wedding di salah satu studio fotografer ternama. Belum ditambah lagi pengambilan gambar VT di kantor dan rumah Luna yang membuat pekerjaannya semakin tidak terkejar. “Untuk video di depan gedung, Mbak.” Si staf WO melirik ibu Luna. “Udah, ikutin aja. Kan pengalaman sekali seumur hidup,” bujuk Mama lagi. Luna menarik nafas panjang dan membuangnya kasar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sudah biasanya menangani berbagai macam acara bahkan acara besar untuk perusahaannya tapi dia tidak menyangka bahwa mengurus sebuah acara pernikahan akan sangat ribet dan melelahkan seperti ini. Luna sudah menyelesaikan riasan wajahnya. Dirinya terlihat sangat cantik dalam balutan riasan hasil karya pembuat riasan wajah ternama. Luna yang aslinya sudah cantik menjadi lebih menawan membuat banyak dari mereka memuji kecantikan dari wanita itu. Dia kemudian mendengar salah satu staf WO yang sibuk membacakan tata acara agar dia tidak melakukan kesalahan. Luna mendengarkan dengan saksama, dia ingin terlihat sempurna di hari bahagianya itu. *** Lucas menarik nafas panjang, pintu gedung itu dibuka. Dengan langkah gagah dan senyum di bibirnya lelaki itu melangkah masuk. Dilihatnya kenalan-kenalannya, beberapa temannya, dan juga banyak orang yang tidak dikenalnya kini tengah menatapnya. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang karena merasa diperhatikan. Lucas tiba di altar, dari sini dia dapat melihat hampir seluruh tamu. Dia kemudian baru memperhatikan dekorasi yang sangat indah bahkan untuk Lucas yang tidak pernah memperhatikan dekorasi. Banyak lampu-lampu gantung di langit-langit gedung itu. Di sepanjang jalan yang ia lewati banyak bunga kering yang dipadukan dengan bunga berwarna ungu, entah bunga apa Lucas juga tidak tahu jenis bunganya. Yang pasti dekorasinya sangat indah. Sederhana tapi terlihat glamor di saat yang bersamaan. Beberapa saat kemudian, pintu gedung itu kembali dibuka. Di sana Lucas dapat melihat sosok wanita dengan gaun pengantin yang sangat indah sedang berdiri. Di sampingnya ada sosok pria tinggi tegap. Dentingan piano tiba-tiba berubah nada seiring dengan mulainya mereka melangkah menuju altar tempat Lucas berada. Lucas terpana ketika lampu yang mulai redup dan lampu-lampu yang menggantung di atas mereka mulai menyala. Cahaya lampu itu membuat suasana menjadi hangat tapi gaun pengantin yang dikenakan Luna menjadi semakin menyala karena pantulan kristal di gaun itu membuatnya menjadi perhatian seisi ruangan. Lucas tersenyum menyadari bahwa Luna telah merancangkan sebuah pernikahan terbaik yang pernah dilihat oleh Lucas. Lucas juga tahu bahwa Luna menghapus semua nama keluarga yang lain karena Lucas yang protes tentang keluarganya. Luna dan ayahnya kini sudah sampai di depan altar. Lucas langsung turun untuk menjemput pengantinnya. Ayah Luna tampak agak berat melepas putri kesayangannya itu. Dia tampak masih menggenggam erat tangan putrinya saat Lucas memberikan tangannya. Semua tamu nampak menahan haru melihat momen itu. Ayah Luna tampak berkaca-kaca begitu juga Luna. “Ayah.” Luna memegang tangan Ayahnya. Keduanya kemudian berpelukan dengan penuh haru. Lucas membiarkan mereka merasakan momen ayah dan anak gadisnya. Setelahnya Luna dan ayahnya melepaskan pelukan singkat itu. Luna sudah tampak menangis. “Sstt anak Ayah jangan menangis.” Ayah Luna kemudian membelai lembut bahu Luna. Pria itu kemudian beralih pada Lucas. Dia kemudian memeluk Lucas. “Ayah titip anak Ayah ya, Lucas. Tolong dijaga, tolong dibahagiakan. Ayah percaya sama kamu,” kata Ayahnya Luna lagi. Lucas mengangguk mantap. Kemudian memberikan tangannya lagi yang kemudian disambut oleh Luna. Keduanya dengan perlahan menuju ke altar untuk pemberkatan pernikahan. Kali ini Lucas baru dapat melihat betapa cantiknya pengantinnya ini. Luna yang sehari-harinya sudah cantik menjadi lebih cantik dengan riasan wajah pengantin ini. “Kenapa?” tanya Luna karena merasa diperhatikan. Lucas menggeleng, “Kamu cantik,” bisik Lucas lagi membuat Luna tersipu malu. “Saudara-saudara yang kekasih, kita berkumpul di sini di hadapan Allah dan sidang jemaatnya, untuk menyaksikan pemberkatan pernikahan antara saudara Lucas Edwin Alexa dan saudari Luna Narnia Irawan. Dengarlah sekarang penjelasan-penjelasan tentang nikah sebagaimana Allah tetapkan sejak semula untuk mewujudkan suami-istri yang beriman, berkemenangan demi kasih setia Allah.” Sang Pembicara memulai rangkaian acara pernikahan Lucas dan Luna. “Baiklah, saat ini kita akan mendengar janji suci dari kedua pengantin, dan acara pemasangan cincin.” Lucas dan Luna kemudian saling berhadapan. Lucas tersenyum ke arah Luna sambil menggenggam tangan Luna. “Kamu gugup?” tanya Lucas, Luna mengangguk. “Aku takut lupa hafalan janjinya,” kata Luna. Kemudian dia merasa jari-jari Lucas sedang membelai tangannya seolah menenangkan Luna. “Semuanya bakalan baik-baik aja kok,” kata Lucas lagi sambil tersenyum. Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Regina sedang berdiri bersama dengan rekan-rekan Dokter mereka. Hatinya tiba-tiba saja menjadi berat. Dia memandang ke arah Luna dan juga kemudian memandang Regina yang tampak sekali bersedih. Sungguh, Lucas tidak tega melihatnya. Dia melepaskan genggamannya dari tangan Luna, Luna yang bingung memandang Lucas yang tiba-tiba saja air mukanya menjadi sangat berbeda. Dia tampak memandang ke arah lain dan matanya berkaca-kaca. “Lucas!,” panggil Luna. Lelaki itu kemudian tersadar dan kemudian memandangi Luna. “Kamu kenapa?” tanya Luna lagi. Lucas terlihat gamang. Dia terlihat bingung. Beberapa staf WO yang sadar akan hal itu pun harus memanggil namanya. Lucas bingung untuk beberapa saat kemudian melihat Papanya yang juga terlihat kebingungan melihatnya. “Lucas...,” panggil Luna lembut. Dengan susah payah Lucas membuyarkan segala keraguannya. Dia hanya perlu mengikuti rencananya saja dan kemudian dia akan hidup bahagia bersama Regina. Kalau saat ini dia gagal, maka kemungkinannya bersama Regina pun akan hilang. “Maaf.” “Aku juga tiba-tiba lupa hafalan aku,” kata Lucas sambil tersenyum ke arah Luna membuat wajah tegang Luna menjadi lega seketika. Begitu juga dengan yang lainnya. Lucas kembali melirik ke arah Regina tadi tapi wanita itu sudah ada. “Aku mohon Regina, jangan lihat aku yang saat ini. Tapi bertahanlah sampai nanti kamu yang ada di altar ini bersamaku,” batin Lucas. Dentingan piano kembali berdenting saat pintu kembali dibuka dan sosok Nana, adik bungsu Luna muncul bersama dengan satu anak laki-laki sebayanya. Keduanya berjalan sambil membawa keranjang kecil yang dihiasi bunga. Tamu-tamu pun gemas melihat bocah itu berjalan dengan bergandengan tangan menuju ke altar pemberkatan. Nana kemudian menyodorkan keranjang itu ke arah Lucas. Pria itu kemudian membungkukkan badannya mengambil kotak cincin di dalam keranjang itu kemudian membelai lembut rambut Nara. Anak itu sudah terlihat cantik sejak sekecil ini. “Tolong jaga kakakku,” kata Nana pada Lucas. Lucas agak terkejut tapi kemudian dia tersenyum dan mengajak Nana tos sebelum anak itu kembali berlari menuju ke Ibunya. Lucas kemudian berdiri tegap dan langsung menghadap lagi ke arah Luna. “Saudara Lucas Edwin Alexa, apakah saudara bersedia menerima saudari Luna Narnia Irawan sebagai istri, sebagai pendamping hidup saudara di saat suka maupun duka, di saat sakit maupun sehat, saat senang maupun senang?” “Saya bersedia, menerima Luna Narnia Irawan sebagai istri saya, bersamanya di saat suka maupun duka, di saat sakit maupun sehat, saat senang maupun senang. Saya berjanji akan setia mencintai istri saya sampai maut memisahkan,” kata Lucas. “Saudari Luna Narnia Irawan, apakah saudara bersedia menerima saudara Lucas Edwin Alexa sebagai suami, sebagai pendamping hidup saudara di saat suka maupun duka, di saat sakit maupun sehat, saat senang maupun senang?” “Saya bersedia, menerima Lucas Edwin Alexa sebagai suami saya, bersamanya di saat suka maupun duka, di saat sakit maupun sehat, saat senang maupun senang. Saya berjanji akan setia mencintai istri suami sampai maut memisahkan,” kata Luna. “Jika ada yang keberatan dengan pemberkatan ini, ada baiknya mengungkapkan hal itu sekarang,” kata pemimpin itu lagi. Hening. Jujur saja, Lucas masih berharap Regina atau siapa pun akan berteriak tidak setuju dengan pernikahan ini agar ia bisa bebas pergi tapi nyatanya, keadaan tetap hening. “Saudara-saudara sekalian, kita sudah menjadi saksi akan janji pasangan ini untuk bersatu dalam Tuhan. Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." “Silakan pengantin untuk berciuman,” lanjutnya. Tangan Lucas kemudian terarah untuk membuka tudung perawan Luna. “Cium! cium! cium!” Suara riuh mulai memenuhi ruangan. Lucas kemudian mendekatkan dirinya dan kemudian mencium bibir Luna. Keduanya harus menahan ciuman itu karena sang fotografer sedang mengambil gambar dari segala arah. Lucas kemudian tersenyum ketika dia selesai mencium Luna, wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu kemudian tersenyum manis. Tapi hati Lucas tidak bahagia. Sebagian hatinya masih berharap bahwa wanita yang menjadi istrinya adalah Regina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN