9. Perang!

1814 Kata
Luna terbangun dengan bunyi alarmnya yang entah sudah berdering untuk ke berapa kalinya. Matanya terbuka secara perlahan-lahan, sinar matahari memasuki ruangan itu. Luna menggeliat dan kemudian tangannya tanpa sengaja mengenai tubuh seseorang. Luna dengan panik langsung berbalik dan menemukan Lucas berada di sampingnya sedang tertidur pulas. Luna membuang nafas lega kemudian mengingat semalam saat mereka sampai sudah jam 2 pagi membuat mereka berdua langsung menuju hotel dan tanpa berdebat seperti sebelumnya, keduanya tidur satu ranjang. Luna menatap wajah Lucas yang sedang tertidur pulas dengan nafasnya yang teratur. Lucas terlihat lebih menarik jika lelaki itu tertidur, Luna menyukainya. Luna tidak suka wajah Lucas yang cuek pada Luna atau saat lelaki itu terlihat kesal dan marah padanya. Itu melunturkan ketampanan wajah Lucas. Luna segera keluar dari selimut dan bergegas mandi. Mobil yang akan membawa mereka akan datang menjemput jam 10 pagi sedangkan ini sudah jam 9. Selesai mandi, Luna melihat ke arah kasur dan menemukan suaminya itu masih asyik tertidur. Luna kemudian menuju ke arah Lucas dan membangunkan pria tersebut. “Lucas,” panggil Luna lembut. “Lucas! Ayo bangun,” kata Luna lagi karena Lucas tidak bergerak sama sekali. "Hmm?" Lucas mengerjap mencoba meraih kesadarannya. "Ayo Lucas, orangnya pasti udah nunggu kita,” kata Luna lagi. “OK, 5 menit lagi,” kata Lucas lagi. “Gak!! Gak ada!! Ayo buruan bangun sebelum kamu aku tinggal!!” ancam Luna. “Ya udah pergi aja sana!” balas Lucas dan kembali berbalik untuk kembali tidur. “Ya udah terserah!” kata Luna sambil keluar dari ruangan. Beberapa saat kemudian suasana menjadi hening. Mata Lucas terbuka mencoba mencari Luna, telinganya mencoba untuk mendengar sebanyak mungkin suara Luna tapi nihil. Dia tidak menemukan adanya kehadiran manusia lain. Dengan cepat dia bangkit dan kemudian mencari Luna ke seluruh area kamar hotel. Dia kemudian kembali ke kamar dan menemukan hanya ada kopernya yang tersisa, sementara koper milik Luna sudah tidak ada. Gadis itu benar-benar meninggalkannya!. Dengan cepat-cepat dan penuh rasa kesal, Lucas segera bersiap. Baru 2 hari Luna menjadi istrinya tapi wanita sombong sudah semena-mena padanya. Setelah mandi, Lucas segera menuju lobi dan menemukan seorang pria berbadan kekar sedang duduk sambil membawa tag nama bertuliskan namanya. Lucas langsung menghampiri pria itu. "Maaf, apa Anda menunggu Lucas Alexa?" tanya Lucas dalam bahasa inggris. Pria itu langsung berdiri dan terlihat bersemangat. “Iya, Pak. Apa Anda Tuan Alexa?” tanya pria itu. Lucas mengangguk. “Baik kalau begitu, kita bisa pergi sekarang,” kata si pria itu lagi. “Wah, dia benar-benar meninggalkanku,” batin Lucas. Tapi tiba-tiba saja dia punya rencana untuk kembali. Dia hanya akan bilang kalau Luna meninggalkannya dan akhirnya dia kembali, bahkan mungkin ini bisa jadi alasan yang bagus untuk bercerai. “Aku gak akan pergi dengan dia, bisakah kamu mengantarkanku ke bandara saja?” kata Lucas. Si pria itu memandang heran ke arah Lucas. “Apa Anda berniat pergi?” tanya si pria itu lagi. “Iya,” jawab Lucas. “Maaf, Tuan tapi pesawatnya sudah pergi dan akan kembali nanti setelah sepuluh hari,” kata si pria itu lagi. Lucas meninju telapak tangannya dengan kesal. Dia membuang nafas kasar dan mendapatkan sebuah ide baru. “Bagaimana dengan penerbangan reguler? Aku ingin beli tiketnya,” kata Lucas lagi. Pria itu tampak berpikir sedikit. “Tapi dokumen Anda ada pada istri Anda.” “Sialan!” umpat Lucas. Wanita itu benar-benar keji. “Ayo kita pergi,” kata si pria itu kemudian menyeret koper Lucas menuju ke mobil mereka, di ikuti Lucas dengan langkah gontai di belakangnya. Perjalanan mereka memakan waktu hampir setengah jam. Lucas memanfaatkan waktu itu untuk mengirimi pesan pada Regina namun wanita itu belum juga membalas satu pun pesannya. Lucas juga mencoba menghubungi Regina tapi wanita itu tidak mengangkat panggilan teleponnya. Lucas menjadi bertambah frustrasi. Lucas kembali memperhatikan jalan ketika mobil itu memasuki sebuah area pelabuhan kecil. “Apa kita harus menggunakan kapal?” tanya Lucas. “Iya, Tua. Untuk ke pulau sana harus menggunakan kapal selama satu jam,” kata si pria itu lagi. “Wah ini sih namanya bener-bener ngerjain. Apa mereka gak tahu aku gampang mabuk laut?” Lucas berkata pada dirinya sendiri. “Iya, Tuan?” tanya si pria itu mengira Lucas mengatakan sesuatu padanya. Lucas hanya melambaikan tangannya pada pria itu. Tidak lama kemudian mobil itu berhenti. Lucas kemudian turun dari mobil itu dan menunggu si pria itu menurunkan kopernya. Keduanya kemudian berjalan menuju ke arah dermaga. Si pria itu tampak berbicara dengan seorang penduduk lokal di sana, entah untuk berbicara apa. Tiba-tiba Lucas melihat sebuah yacht melintas di depannya. Lucas terkagum-kagum melihat kapal kecil itu sampai matanya menangkap sosok yang sedang asyik berjemur di bagian belakang yacht tersebut. Di sana ada sosok Luna yang memakai bikini dan sedang membaca majalah. “Luna!!!” panggil Lucas dengan berteriak. Luna melepas kacamata hitamnya dan kemudian melihat ke sekitarnya mencoba mencari sumber suara. Dia kemudian memicingkan matanya karena melihat seseorang sedang melambai-lambai ke arahnya, itu adalah Lucas suaminya. Suami yang tidak bisa diajak kerja sama dan memilih untuk telat menuju pulau bulan madu mereka. Dengan santainya Luna membalas lambaian tangan Lucas sambil tersenyum miring. Lucas masih melambai pada Luna saat kemudian dia sadar bahwa Luna bukanlah melambai menyapanya tapi melambai sebagai ucapan selamat tinggal. Lucas sangat kesal melihat itu, ditambah lagi senyum sombong Luna yang mengesalkan itu. Lucas meraih sebuah batu dan kemudian mencoba melemparkannya ke arah kapal Luna tapi tentu saja batu itu tidak dapat meraih Luna. Melihat hal itu malah semakin membuat Luna gembira. Dia kemudian menjulurkan lidahnya mengejek Lucas yang semakin emosi karena tidak bisa membalas Luna yang semakin menjauh dengan yacht mewahnya itu. Tiba-tiba si pria itu kembali dan memberitahu Lucas bahwa mereka sudah bisa berangkat. Lucas kembali bersemangat, dia akan membalas Luna secepatnya. Dia kemudian mengikuti langkah si pria itu sampai kemudian langkahnya terhenti karena melihat kapal yang akan di tumpanginya bukanlah yacht mewah seperti Luna melainkan sebuah kapal ikan. “Luna sialan!!” umpat Lucas. *** Lucas tiba sejam kemudian. Wajahnya pucat pasi karena mabuk lautnya dan juga bau anyir ikan di kapal tersebut. Dia bahkan tidak dapat berjalan dengan tegap sehingga si pria tadi harus membantunya untuk berjalan. Luna yang sedang membaca majalah di depan kamar mereka itu langsung menghampiri mereka dengan wajah khawatir. Luna kemudian membantu pria itu membawa Lucas menuju tempat tidur. Lucas sudah tertidur, wajahnya masih kelihatan pucat. Luna menanyakan apa yang terjadi pada si pria itu dan pria itu menceritakan semuanya. Luna agak menyesali tindakannya tadi jika melihat kondisi Lucas yang sekarang. Hampir 2 jam kemudian Lucas perlahan-lahan dari tidurnya. Dia melihat ke sekitarnya, dan mendapati dirinya sekarang sudah ada di dalam sebuah kamar dengan pencahayaan remang. Dia dapat mendengar suara deburan ombak di dekatnya. Dengan perlahan dia turun dari tempat tidur, kepalanya masih sangat pusing. “Kamu udah bangun?” tanya Luna yang muncul dari depan pintu. Lucas membuang muka setelah melihat Luna. Wanita itu berjalan menuju ke arahnya dan mencoba meraba dahi Lucas tapi dengan cepat Lucas menepis tangan Luna. Luna terdiam sejenak setelah mendapatkan perlakuan seperti itu. Hatinya sakit. “Kamar ini gak ada layanan kamar, kita harus pergi makan di restoran,” kata Luna lagi mencoba tenang padahal dia sudah ingin menangis. “Aku gak makan, biar aja kalau mau mati ya mati aja!” kata Lucas lagi kemudian kembali ke kasur dan membelakangi Luna. “Aku minta maaf, aku gak tahu kamu bakalan mabuk laut separah ini,” kata Luna pelan. Lucas diam. Luna kemudian berjalan keluar meninggalkan Lucas di kamar itu. “Cih, benar kan apa aku bilang? Wanita itu selain sombong juga gak punya hati. Suami lagi sakit bukannya diurusin malah pergi makan,” kata Lucas pada dirinya sendiri. Dirinya bukan tidak merasa lapar, tapi dia hanya tidak ingin melihat wajah Luna, dia masih kesal pada wanita itu. Biar saja, besok pagi saja dia akan pergi makan. Lagi pula tubuhnya masih sangat lemah sekarang, rasanya tadi dia sudah mengeluarkan isi perutnya sehingga sekarang dia tidak punya tenaga. Sebaiknya sekarang dia tidur lagi untuk memulihkan tenaganya. *** “Permisi ... Permisi!” Lucas terbangun karena suara itu diiringi dengan suara ketukan pintu di depan kamarnya. “Hm... sebentar,” balas Lucas sambil mencoba bangkit dari tidurnya. Tapi kemudian seorang bocah masuk ke kamar itu. Ditangannya ada sebuah kotak berwarna putih. “Hei! Siapa yang memberi kamu izin untuk masuk ke dalam kamarku?” kata Lucas setengah membentak. Tapi anak itu malah terlihat santai dan kemudian meletakan kotak tadi di atas meja. “Wanita yang mengirim makanan ini yang bilang. Katanya kalau tidak ada jawaban, aku boleh masuk karena mungkin Anda tidak bisa bangun,” jelas si anak itu lagi. “Di mana wanita itu?” tanya Lucas lagi, dia tahu bahwa yang menyuruh anak ini adalah Luna. “Di restoran kami. Dia sedang menikmati makan malamnya di sana dan meminta kami untuk mengantarkan makanan ke sini,” kata si anak itu. “Lalu ...,” si anak itu kemudian memotret Lucas dengan makanan itu dan kemudian bergegas pergi. “Dan Tuan. Saya harap Anda bisa cepat sehat karena kami tidak punya layanan antar makanan.” Si anak itu kemudian menutup pintu kamar itu dan meninggalkan Lucas sendirian lagi. Lucas terdiam untuk beberapa saat Lucas terdiam sambil menatap kotak putih besar yang dibawa anak tadi. Dengan perlahan dia mencoba untuk membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah lobster besar lengkap dengan nasi dan sayuran. Lucas sebenarnya enggan untuk memakan makanan ini tapi rasa lapar dan rasa sukanya pada seafood apalagi lobster mengalahkan egonya. Dengan lahap Lucas menghabiskan hidangan itu. *** Luna terdiam di depan pintu kamarnya. Dia masih merasa bersalah pada Lucas apalagi dia masih sakit hati atas sikap Lucas tadi. Dengan perlahan Luna membuka pintu kamarnya. Dia menemukan Lucas sedang duduk di kasur sambil membaca majalah milik Luna. Keduanya hanya saling menatap dan tidak saling bertegur sapa apalagi berbicara. Luna kemudian duduk di sofa di depan kasur itu. Situasinya menjadi sangat canggung. “Ehm, kamu udah makan?” tanya Luna. Lucas menangguk tanpa melihat ke arah Luna. “Vitaminnya udah diminum?” tanya Luna lagi. Lucas jelas kaget mendengar soal vitamin karena dia tidak melihat ada vitamin di kotak makanan itu, tapi dia juga tidak mau berdebat lagi dengan Luna, setidaknya tidak untuk malam ini. “I-iya,” kata Lucas lagi. Luna mengangguk-anggukan kepalanya. “Kamu tidur di kasur aja, aku bakalan tidur di sofa,” kata Luna lagi sambil berdiri mengambil bantal dan kembali tiduran di sofa. Sebenarnya Lucas ingin melarang wanita itu untuk tidur di sofa tapi entah kenapa dia tidak dapat mengatakannya. Hingga pada akhirnya dia tidak bisa tidur karena terus memperhatikan Luna yang tampak sudah lelap di sofa sana. Lucas mencari ponselnya, dia ingin menghubungi Regina lagi. Sialnya, tidak ada sinyal di ponselnya. Hanya ada 1 pesan masuk dari Regina yang menjelaskan bahwa wanita itu sedang sibuk karena akan ada seminar di rumah sakit mereka. Lucas tersenyum melihat pesan itu karena setidaknya Lucas tahu bahwa wanita itu masih mau membalas pesan Lucas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN