24. Sepercik Rindu

1201 Kata

Bira menekan tombol OK untuk membuka kelima pesan dari Roni. "Rin, abang sudah di depan." "Kamu masih di kos 'kan, Rin?" "Kamu sudah berangkat, Rin?" "Kok, enggak diangkat teleponnya, Rin?" "Kamu di mana, Rin?" Bira menghela napas dalam lalu mengembalikan ponsel pada Arini. Jujur saja, hatinya bergejolak. Dia tidak suka Arini menjalin hubungan dengan mahasiswanya itu. Akan tetapi, Bira sadar jika tidak punya hak untuk melarang. Saat ini dia bukan siapa-siapa Arini. "Kamu janjian sama Roni?" tanyanya mencoba tenang. Dia tidak mau terlihat terlalu menekan, khawatir Arini justru akan menjauh karena merasa tidak nyaman. "Enggak janjian," sahut Arini pelan. "Terus?" "Tadi pagi Bang Roni SMS, katanya mau jemput." "Terus?" "Saya bilang enggak usah." "Kenapa?" Arini terdiam sebe

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN