"Reva sudah hamil? ya sudah nikah di KUA saja, simpel kan? sudah nggak perlu banyak gaya, udah bunting juga, kalau Reva menolak menikah di KUA, nggak usah jadi menikah saja, toh yang Malu dia bukan kamu Ra...!" kata Mak Supiah semakin tak suka dengan calon mantu ke duanya.
"Tidak bisa begitu Mak, Raja Tetap harus bertanggung jawab, meskipun itu hanya sekedar menikah di KUA saja...!" bantah Raja dengan pendapat sang Ibu. emak Supiah yang mendengar bantahan dari Anaknya terlihat menahan geram, lalu menoyor kepala anaknya tersebut.
"Dari tadi kan juga sudah emak bilang, Nikah di KUA saja tak perlu ada acara pernikahan yang mewah-mewah, buang-buang duit saja. kalau kalian mau nikah sudah sana nikah saja, untuk biaya ke KUA paling berapa sih? gitu aja masih mau ngerepotin orang tua," cecar Mak Supiah geram dengan 2 orang di depannya.
"Mak, setelah kami menikah, kami nanti tinggal disini ya Mak?" belum sempat Raja menyelesaikan kalimatnya, dah pun di potong oleh Mak Supiah.
"Enak saja, emangnya kenapa kok malah tinggal disini? rumah istrimu itu kan cukup lumayan besar? kenapa pula malah minta tinggal disini? nggak, emak nggak mau, kalian tinggal saja dirumahnya si putri, lagian Reva ini kan adiknya si putri kan? apa salahnya kalau dia tinggal disana saja." cicit emak Supiah kepada mereka berdua dan tak terima kalau Reva dan raja akan tinggal dirumahnya.
"Nggak boleh sama putri, putri mau memberikan tanda tangannya tapi dengan syarat Reva dan raja tak boleh tinggal disana dan juga nafkah untuk Reva juga tak boleh dari usaha putri." kata Raja menjelaskan duduk permasalahannya.
"Appaaaaa???" Teriak pak Iwan dan Mak Supiah berbarengan. mereka kaget dengan pernyataan yang barusan mereka dengar,
"Lantas bagaimana dengan jatah bulanan untuk kami? jangan bilang juga di tiadakan karena ulah kalian ini ya Ra? emak dan Bapak nggak mau kalau jatah kami di tiadakan." Kata Bapak khawatir jika ketakutannya terjadi.
"Nggak tau pak, nanti coba Bapak dan emak tanyakan sendiri ke putri, putri benar-benar lepas tangan dengan urusan pernikahan kami, dia cuma memberikan tanda tangan saja untuk kami bisa menikah secara sah secara hukum dan agama." kata Raja merasa frustasi.
"Pak, ayo kita ke rumah Putri sekarang, emak nggak mau kalau jatah kita di pangkas apalagi di tiadakan karena ulah mereka berdua ini. ayo pak keburu semua terlambat." ajak Mak Supiah kepada suaminya.
Tanpa memperdulikan keadaan sang anak, kini Mak Supiah dan raja segera berlalu meninggalkan rumah menuju ke rumah sang menantu kesayangan, kesayangan jika di biarkan tak memberi uang maksudnya.
Tak berapa lama mereka dah pun sampai di rumah sang menantu, karena mereka pergi dengan mengendarai motor jadi sangat cepat sampai di rumah putri. Tanpa mengucap salam mereka pun langsung menerobos masuk ke rumah tersebut.
Putri yang menyadari kedatangan sang mertua sudah bisa memperkirakan apa tujuannya datang.
"Bapak, Emak, ada apa kemari? Tumben? ada yang penting kah?" Tanya putri sambil mencium takzim tangan kedua mertuanya.
Bukan tanpa sebab putri menanyakan hal tersebut, pasalnya mereka selama ini tak pernah menyambanginya ke rumah untuk sekedar menanyakan keadaan sang cucu yaitu Kayla, kecuali jika uang bulanan lupa/telat di berikan, pasti mereka akan datang ke rumah dengan mencak-mencak.
"Ada hal yang ingin kami bicarakan kepadamu nduk, mari duduk dulu, ini sangat penting sekali soalnya" kata emak semangat 45.
"Gini nduk, tentang pernikahan Reva dan Raja, apakah kamu benar mengizinkan mereka untuk menikah?" Tanya pak Iwan lembut.
"Benar pak, kenapa emangnya?" tanya putri pura-pura keheranan, Putri sangat faham sifat dari kedua mertuanya tersebut. putri tahu bukan perasaan putri disini yang di pertanyakan tapi lebih ke jatah bulanan yang selama ini mereka terima.
"Terus, bagaimana dengan biayanya put? Kamu tidak memberi raja biayanya?" tanya emak tak tahu malu.
"Oh itu? Itu bukan urusan putri, yang mau menikah kan bukan putri Mak, ya biarin saja mas raja mencari dananya sendiri, Putri sih bodo' amat" jawab Putri sedikit ketus.
"Mana bisa begitu put, Reva itu adikmu dan raja adalah suamimu, tentu kamu juga harus ikut andil di dalamnya, termasuk tentang Biayanya." kata emak enteng.
"Ya bisa lah Mak, tugas Putri itu cuma menandatangani surat persetujuan untuk di poligami saja, untuk urusan yang lain, putri angkat tangan, terserah mas raja mau dapat dari mana, oh ya hampir saja lupa, Mas Raja kan putra emak, jadi lebih baik emak yang biayain pernikahan mereka, kan mamak mau mendapatkan mantu baru + cucu baru, jadi wajar lah bila emak dan bapak membiayai mereka." kata putri telak membuat mereka seketika membisu.
"Oh ya pak satu lagi, mulai bulan depan tak ada jatah bulanan lagi untuk Bapak dan emak, uangnya mau putri investasikan sebagai tabungan pendidikan untuk Kayla. sebagai gantinya itu nanti menjadi urusan Mas Raja dan juga Reva sebagai anak dan menantu kalian." mendengar hal itu, semakin menganga saja mereka, pasalnya ketakutan mereka kini benar menjadi kenyataan.
"Kok begitu put? Emangnya kamu nggak kasihan dengan kami? lagian Raja mau menjatah kami darimana put? dia saja nggak punya usaha sepertimu." jawab Emak lagi mencoba menggali rasa simpati dari putri.
"Nah itu emak pinter, kenapa anaknya bodoh ya? Sudah tahu pengangguran dan tidak memiliki penghasilan, kenapa pula Sampai hamilin anak orang? Maaf ya Mak , sudah cukup hasil keringat putri selama ini mengalir ke kalian semua, putri nggak mau bodoh lagi, mending uang putri di habisin sama anaknya putri saja yaitu Kayla, daripada putri bagi-bagi kepada yang lain, unfaidah deh kayaknya" Putri berkata dengan sedikit menyindir.
"Terus nanti Reva dan raja masih tetap tinggal disini kan put? Rumah ini lumayan cukup besar jika di huni untuk kalian semua, lagian Reva juga kan adikmu kan ya? jadi tidak apa dong mereka setelah nikah nanti tetap tinggal disini" kata Mak Supiah mencoba mencari celah lagi.
"Maaf Mak, rumah ini tidak putri sediakan untuk seorang madu dan suami penghianat, jadi setelah mereka menikah, mereka tidak boleh tinggal disini, mereka boleh tinggal di rumah emak dan Bapak saja."jawab putri tegas.
"Tapi di rumah Bapak dan emak cuma ada 2 kamar, nanti mereka mau tidur dimana? masak pengantin baru tidurnya di ruang tamu? Yo nggak lucu to put." kata Bapak mencoba bercanda. mendengar itu putri berpura-pura berfikir, kemudian berkata.
"Begini saja karena Winda masih sekolah dan aku juga sangat menyayanginya, maka Winda nanti biar tinggal disini saja, tinggal di salah satu kamar di sini. dan untuk biaya sekolah nanti akan aku tanggung kalau Winda juga mau membantu usaha putri, adil kan?" kata putri santai, mendengar Winda akan di ajak tinggal disini mereka pun minta untuk tinggal disini juga dirumah putri.
"Kalau begitu kami tinggal disini saja ya put, kan kamarnya masih ada yang kosong" tawar Mak Supiah.
"Tidak" jawab putri tak bertele-tele.