Semalaman hanya penuh dengan rontaan Ria dan desahan Farhan. Ria yang sudah lemas tidak dipedulikan oleh suaminya. Farhan seakan memang mengejar kepuasannya sendiri.
Setelah selesai pergulatan panas mereka, Ria segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia marah dengan suaminya yang seenaknya sendiri. Andai dia tega, dia ingin menghantam kepala Farhan dengan vas bunga. Ria tidak peduli saat ini Farhan memeluk tubuhnya erat sambil menggodanya.
"Sayang, makasih ya. Enak banget," puji Farhan menciumi leher Ria. Ria tidak menjawab, perempuan itu hanya menggerutu dalam hati.
"Jadi pengen lagi, deh."
"Rasanya belum puas. Pengen nananinu lagi."
"Lagi yuk!"
"Anget-anget yahud!"
Farhan terus mengoceh sembari menggelitiki perut Ria. Sedangkan Ria tidak menanggapi ocehan-ocehan Farhan. Bodo amat Ria tidak peduli. Ria sedang marah garis keras.
*****
Pagi harinya Ria menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Sebenarnya, ia masih kesal dengan suaminya yang seenaknya sendiri. Sudah tau istrinya tidak pengalaman, malah disuruh memimpin di ranjang. Sungguh hal yang memalukan.
"Nih sarapannya udah jadi, makan yang banyak!" ketus Ria. Farhan mengerutkan alisnya, istrinya belum selesai marah ternyata.
Bagaimana tidak marah, Ria sudah sangat ngantuk, tapi Farhan malah menyerangnya tanpa ampun. Farel yang tak tau apa-apa malah kena imbasnya juga. Ria tak bersikap hangat pada Farel.
"Ma, suapin!" ucap Farel.
"Suruh Papa kamu suapin. Mama mau makan," jawab Ria ketus.
"Ria, sama anak sendiri kok gitu?" tegur Farhan.
"Gak suka? Ya gak usah didengerin!" sewot Ria lagi. Ia sudah terlanjur kesal dengan suaminya.
Brakk!
Farhan menggebrak meja dengan keras. Ria dan Farel tersentak kaget.
"Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan bawa-bawa Farel. Farel gak tau apa-apa!" bentak Farhan.
"Yaudah jangan diperpanjang. Sana suapin!" bentak Ria tak kalah keras.
Ria sudah muak, baru dua hari ia menikah tapi sudah dikerjai habis-habisan oleh suaminya. Kalau emang gak niat, yaudah gak usah nikah. Kenapa disini malah dia yang harus berperan. Entah kenapa hari ini dia juga sangat sensitif.
Ria pergi meninggalkan meja makan, perempuan itu meninggalkan Farel yang mematung bingung dan Farhan yang menatapnya tajam.
"Farel, sini Papa suapin!" ucap Farhan ketika sudah bisa mengendalikan emosinya.
"Gak jadi, Pa. Farel makan sendiri aja," tolak Farel. Dalam hati, bocah itu sangat geram dengan Papanya. Pasti Mamanya marah gara-gara sang Papa.
Setelah selesai makan, tanpa membujuk Istrinya terlebih dahulu Farhan berangkat kerja. Toh nanti istrinya juga akan reda sendiri marahnya.
Di kamarnya Ria sedang memegangi perutnya yang sakit. Baru saja dia ke kamar mandi ternyata dia datang bulan, untung ada pembalut. Hari yang paling dibenci Ria adalah saat dia datang bulan. Rasanya ia sangat sensitif dan pengin ngamuk.
Klunting!
Suara pesan masuk dari sebuah hp yang terletak di nakas berbunyi. Bukan hp Ria, itu hp Farhan. Dengan lancang Ria mengambil hp itu dan membuka pesan yang masuk di hp suaminya. Suaminya ceroboh sekali, hp saja dilupain.
Mamanya Farel : Mas, jangan lupa nanti saat kamu pulang kerja, ya!
Ria melotot, siapa gerangan pengirim pesan itu. Mamanya Farel, apa jangan-jangan Dora? Ria tertawa sinis. Biar saja Farhan mau sama Dora, Ria tidak peduli. Gigolo yang mau memuaskannya masih banyak. Kenapa harus stuck sama suami yang gak bisa move on.
"Mama!" panggil Farel membawa sepiring nasi serta lauk pauknya. Farel memasuki kamarnya dan menghampiri mamanya.
"Mama kenapa?" tanya Farel khawatir.
"Farel, maafkan Mama yang sudah kasar sama kamu. Mama sudah bentak-bentak kamu tadi," ucap Ria merasa bersalah.
"Iya, Ma. Mama pasti sedang marah ya sama Papa?" tanya Farel yang tepat sasaran.
"Iya, Mama marah banget sama Papa," jawab Ria kesal.
"Yaudah jangan marah-marah, Ma. Mama ayo makan dulu!" ucap Farel. Ria pun segera mengambil nasi, ia memang sangat lapar. Tau sekali anaknya itu kalau emaknya sedang kelaparan.
Di rumah sakit, Farhan sungguh kehilangan fokus. Menurutnya, ia tak begitu keterlaluan memperlakukan Ria. Semalam, ia hanya meminta Ria yang memimpin permainan dan memuaskannya.
Memang dia tidak mencintai Ria. Namun, pernikahan tanpa kebutuhan biologis juga akan hambar. Dia laki-laki juga mempunyai kebutuhan biologis yang ingin dipuaskan. Namun sayangnya, hanya empat ronde saja Ria sudah lemas. Bisa dikatakan dia lelaki hyper, main sekali dua kali juga tidak akan membuatnya puas.
Pukul lima sore, Farhan menjalankan mobilnya ke rumah makan mewah. Ia janjian bertemu dengan mantan istrinya semalam. Dan bodohnya, ia lupa tidak membawa hp nya.
"Mas, aku disini!" teriak Dora melambaikan tangannya. Farhan memicing melihat penampilan Dora. Ternyata mantan istrinya masih se-sexy dulu. Gak ada yang berubah, tonjolan di mana-mana.Tanpa pikir panjang, Farhan langsung ke meja Dora. Pria itu duduk tanpa dipersilahkan.
"Ada apa mengajakku ketemuan?" tanya Farhan mencoba bersikap biasa saja.
"Aku mau nanya aja, bagaimana keadaan Farel?" tanya Dora.
"Bukankah aku sudah membalasnya di w******p, kalau dia baik-baik saja?"
"Ya, tapi aku pengen juga ketemu Farel. Kenapa kamu gak bawa Farel kesini?"
"Aku gak bakal pertemukan kamu sama Dia," jawab Farhan dengan tajam.
"Gak bisa gitu lah, Mas. Aku ibunya. aku berhak tau soal dia," protes Dora.
"Saat Farel butuh Asi, kamu kemana? Kamu tinggalin dia. Dan sekarang Farel sudah besar, kamu dengan gak tau malu datang ngakuin dia anak?" tanya Farhan kesal.
"Mas, kamu tau sendiri kalau aku tuh Model. Masak harus nyusuin anak. Bisa gak berbentuk nanti tubuhku. Kamu aja yang egois main cerai-cerain. Asal kamu tau, aku gak pernah nanda tanganin surat cerai dan artinya aku masih istri kamu!" tegas Dora.
Farhan mengernyitkan dahinya, ia memang tidak datang di persidangan, ia hanya mengurus hak asuh anak. Namun, dia juga sudah menandatangi surat cerai.
"Aku mau ikut kamu pulang!" ucap Dora.
"Gila kamu ya! Aku sudah talak kamu, talak tiga. Ada ataupun tidak ada tanda tanganmu di surat cerai, aku sudah resmi memutuskan ikatanku dengan kamu," ucap Farhan dengan tajam.
"Aku gak peduli, aku tetap ikut kamu pulang. Lagian ini semua salah kamu!"
"Kenapa salah aku?" bentak Farhan mulai tersulut emosi. Untung pengunjung tidak ramai.
"Kamu ingin wanita yang sexy, yang montok, yang enak untuk dipakai, biar bisa ngimbangin napsu kamu. Trus kamu nyuruh aku nyusuin anak kamu. Bisa rusak badan aku!" jelas Dora. Farhan menatap tajam Dora. Alasan meninggalkan Farel hanya karena ini? Sungguh Dora adalah perempuan tidak masuk akal yang pernah Farhan temui, dan sayangnya Dora adalah mantan istrinya.
"Lagian aku gak yakin, kalau ada orang yang bisa ngimbangin napsu kamu," sinis Dora.
"Aku sudah menikah," ucap Farhan yang membuat Dora memelototkan matanya tidak percaya.
*****
Ria membaca n****+ di aplikasi baca online. Farel sudah tidur di sampingnya dengan pulas beberapa menit lalu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi suaminya juga tidak kunjung pulang. Ria tidak peduli, toh kalau suaminya selingkuh, dia bisa langsung cari yang lain.
Cklek!
Suara pintu terbuka sama sekali tidak mengusik Ria. Farhan melepas dasi dan melempar tas kerjanya asal.
"Kamu gak masak?" tanya Farhan. Tadi, dia sempat mampir ke dapur untuk makan, tapi sama sekali tidak ada makanan yang bisa dimakan.
"Enggak," jawab Ria seenaknya.
"Masakin sesuatu, aku lapar!"
"Apa tadi waktu ketemuan kamu gak makan?"
Farhan mengerutkan alisnya, dari mana Ria tau kalau dia ketemuan? Farhan menghela napasnya, pria itu mendekat ke ranjang, mengangkat tubuh Farel dan memindahkan ke kamar sebelah.
Farhan kembali lagi ke kamarnya. Menatap tajam Ria yang dinilai sama sekali tak menghargainya. Suami. Pulang bukannya disambut malah dianggurin.
"Letakin hp-nya!" titah Farhan dengan tegas. Ria menaikkan alisnya, ia menatap tak kalah menantang pada suaminya.
"Aku sudah sabar nanggepin kamu dari pagi, dan saat ini kamu tetep marah tanpa alasan sama aku," ujar Farhan.
"Kamu yang marah tanpa alasan. Datang-datang kamu marah gak jelas," jawab Ria.
"Masakin aku sesuatu! Aku lapar!"
"Bodohnya kamu. Ketemuan di restoran tapi gak makan. Kalau lapar masak aja sendiri!"
"Kamu cemburu?" tanya Farhan mendekati Ria.
"Cemburu gak ada di kamusku!" sangkal Ria tertawa sinis.
"Terus kenapa kamu marah saat aku ketemuan sama mantan istriku?"
"Siapa yang menyebut mantan istrimu? Wah, secara gak langsung kamu mengakui bertemu mantan istri," ejek Ria makin gencar. Farhan kehilangan kata-kata, dengan secepat kilat Farhan mendekatkan bibirnya ingin mencium bibir Ria, tapi perempuan itu menghindar.
"Katakan pada mantan istrimu, jangan pakai parfum yang bau busuk seperti ini!" ucap Ria dengan tajam sembari mendorong tubuh suaminya. Ria ingin pergi ke kamar anaknya. Farhan mengendus bajunya sendiri. Parfum Dora masih menempel di bajunya. Ria terlalu peka.
"Arghhhh!" pekik Ria saat Farhan membanting tubuhnya ke ranjang. Farhan ingin melucuti semua pakaian Ria.
"Sampai kamu lanjutkan, aku tampar dirimu sampai gak bisa nengok!" ancam Ria.
Farhan tidak peduli. Menurut Farhan, apapun masalahnya, tempat penyelesaian yang tepat adalah ranjang. Namun, ia harus kecewa saat ternyata istrinya sedang datang bulan.
"Ck! sialan!"