Metta masih membeku dengan mata yang melebar sempurna. Arseno kini masih menatapnya dekat, hanya berjarak beberapa senti saja. Gadis berambut sebahu itu makin menahan nafas melihat Arseno yang kini melirik ke arah bibir tipisnya dengan tersenyum ambigu. "Belum boleh," ujarnya lalu menarii diri kemudian melihat ke depan jalan seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Metta yang masih hilang nyawa dengan tangannya yang mencengkram pintu mobil mengerjapkan matanya cepat berusaha menetralkan jantungnya yang berpacu cepat. "Belum mau turun, atau mau lanjut yang tadi?" Ujar Arseno menggoda membuat Metta sontak membuka pintu mobir kasar dan melompat keluar dengan salah tingkah. "B-bye." Lambai Metta dengan menyelipkan anak rambutnya ke belalang telinga. Arseno tersenyum samar, membuka pintu