Amelia masih memandangi benda pipih dalam genggamannya dengan bibirnya yang tidak hentinya tersenyum lebar. Gadis itu menganggukan kepalanya yakin, kalau yang memegang hape Arseno sekarang adalah Metta. Dan itu merupakan salah satu rencananya. Entah kenapa keinginan kuatnya untuk memiliki Arseno seutuhnya semakin menjadi-jadi. Bahkan, ia merasa sekarang dokter tampan itu memang ditakdirkan untuknya. Hanya saja, Metta hadir dan mengacaukan semuanya. Otomastis, Amelia harus mencari cara agar menyelamatkan kisah hidupnya dari pengganggu seperti Metta. "Apa sebaiknya aku telepon saja?" Gumamnya dengan mengernyitkan dahi lalu kembali menggelengkan kepalanya lemah. "Enggak. Cukup segini saja umpannya, biar mereka perlahan menjauh dan saling curiga satu sama lain." Tambahnya dengan merebahkan t