Pemuda berkulit agak gelap itu terlihat berdiri menyender pada dinding tembok dengan memeluk kedua tangan di depan d**a. Tatapannya sesekali mengamati beberapa orang yang berlalu-lalang di depannya. Ia tersentak kecil saat pintu di sampingnya terbuka membuat ia sontak mendekat pada gadis berwajah pucat pasi itu. "Dokter bilang apa?" Tanyanya sudah meraih paper bag yang gadis itu pegang. "Seperti biasa, banyakin istrahat ... pola makan harus dijaga dan bla bla bla." Jelasnya membuat sosok jangkung Maliq mendecak saja. "Ya, elo nurut." Kata pemuda itu datar membuat Yena melongos saja dengan memutar matanya jengah. "Harus ambil obat diapotiknya juga, mana obatnya banyak lagi." Gerutunya dengan mendudukan diri pada kursi panjang di lobi rumah sakit. "Karena penyakit lo serius, tunggu di sini