Vanya masih mendengus kesal sembari masuk kedalam kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap bertemu dengan kedua kakak Evan. Ia berhenti di depan cermin wastafel kamar mandi, lalu menarik keatas baju yang di kenakannya dan kemudian melepasnya. Disana ternyata ia menatap kearah kaca di depannya, rupanya benar-benar Evan meninggalkan bekas di salah satu gundukan dadanya.
"Akh...benar-benar ya sayangku itu!" ucap Vanya dengan senyuman di ujung bibirnya. Bayangannya melayang saat keduanya berada di bangku SMA, saat itu Evan sungguh sangat menjauhinya, bahkan lelaki itu tidak ingin dekat dengannya. Hingga dirinya benar-benar menghilang dan pergi karena karir dan karena almarhumah mamanya. Vanya tidak menyangka jika sekarang dirinya dan Evan seakan tidak bisa di pisahkan lagi satu sama lain.
"Akh...dunia..." ucap Vanya yang lalu melepas satu persatu pakaiannya dan mulai mandi di bawah guyuran shower yang ada disana.
Ditempat Gandi. Terlihat lelaki itu tengah lelah, ia merebahkan tubuhnya diatas pembaringan, dengan kepala yang sengaja di tutup bantal. Cekikik tawa mama dan papanya yang saling menggoda membuatnya sedikit risi, bisa di bilang iri saat itu.
"Mah...pah...bisa nggak biarin Gandi tidur bentar aja? sedih nih saat nggak ada yang Gandi ajak bercanda!" ucap Gandi dengan gerutunya sambil terjaga dari tidurannya.
"Loh sayang...kamu mau bercanda sama mama? atau papa? sini sayang..." ucap Nindi pada putranya, dan segera saja Arga menyenggol lengan istrinya, memberi isyarat jika yang di maksud putranya adalah Keyra yang tidak ada disana.
"Sayang...kan Key..." ucap mama Gandi yang tertahan karena lagi-lagi senggolan dari suaminya yang membuat Nindi menyudahi kata-katanya lagi. Arga melarang istrinya untuk mengatakan bahwa nanti Key bakalan datang.
"Oh...yasudah kalau begitu, mama keluar dulu untuk jalan-jalan, sembari menunggu waktu makan siang, kamu...cepat nyusul turun ya sayang..." ucap Nindi pada putranya.
"Gand...papa turun dulu ya...yang sabar...bukannya kamu udah ngelamar Key?" tanya Arga pada sang putra.
"Akh...ngelamar sih udah...tapi yang resmi kan belum pah...Om Abiyasa dan tante aja belom pulang..." ucap Gandi dengan kepala yang masih di tutupi oleh bantal.
"Besok pulang kok orangnya!" ucap Arga yang membuat Gandi langsung terduduk di tempatnya.
"Sudah pulang? akh...tapi kan Gandi masih disini pah besok..." ucap Gandi dengan dengusannya.
"Ya...nanti papa sama mama lah yang nyiapin semunya, kamu tinggal kesana bawa diri kamu saja...nggak usah mikir apa-apa." Ucap Arga yang membuat Gandi mengangguk bahagia.
"Yasudah, papa temani mama kamu dulu ya kalau begitu." Ucap Arga dengan tepukan beberapa kali di salah satu pundak putranya. Lalu lelaki itu keluar dengan sang istri meninggalkan Gandi sendirian di kamarnya.
"Yang...kangen..." ucap pesan singkat yang Gandi kirimkan pada Key. Namun belum bisa Key buka karena kesibukannya di Rumah sakit. Hingga waktunya makan siang tiba. Saat itu Eric tengah menghubungi Gandi dan menyutuhnya agar segera ikut berkumpul di bawah. Gandi pun keluar dari dalam kamarnya, menuju lift yang ada di depannya. Namun...saat ia masuk kedalam...rupanya disana sudah ada seorang gadis yang lumayan cantik. Dengan senyum ramah tengah menyapa Gandi. Kemeja lengan panjang yang terkesan ketat menurut pandangan Gandi, dan rok seatas lutut dengan belahan naik di bagian belakang, membuat aura seksi wanita tersebut terpancar.
"Siang pak..." ucap wanita tersebut pada Gandi. Dan Gandi hanya membalasnya dengan senyumannya saja. Tidak cukup sampai disana. Wanita itu pun segera beringsut kearah Gandi dan sengaja menjatuhkan gelang yang ada di tangannya tepat di depan Gandi. Sontak membuat Gandi melirik kearah belahan dadanya yang terlihat ketika si wanita menunduk mengambil gelang tersebut.
"Akh...maaf pak..." ucap wanita itu lagi saat ia sudah terjaga.
"Kamu nggak salah kenapa minta maaf." Ucap Gandi singkat.
"Akh...kenalin pak...saya Risa...saya anak magang baru di perusahaan bapak...bapak keren deh..." ucap Risa saat itu.
"Akh...pantas saja dia nggak tahu calon istri aku galaknya kayak apa kalau menyangkut beginian." Ucap Gandi dalam hatinya yang segera tahu jika wanita itu belum tahu mengenai Keyra. Sedangkan harusnya seluruh perusahaan sudah tahu akan hal itu.
"Makasih ya..." ucap Gandi yang lalu keluar dari dalam lift saat pintu lift sudah terbuka.
"Oh ya...kalau di pantai...pakaian kamu nggak cocok kayaknya...mending ganti saja." Ucap Gandi sebelum ia benar-benar keluar dari dalam lift. Dan saat itu juga membuat Risa malu serta bahagia karena merasa di perhatikan. Memang benar Risa belum tahu jika Gandi sudah memiliki Keyra disana. Ia pikir bisa menarik perhatian pimpinan perusahaannya itu.
Gandi segera menuju ke tempat semua orang yang ada disana. Lelaki itu segera di sambut juga oleh Eric dan Nora.
"Evan dan Vanya kemana?" tanya Gandi pada kedua sahabatnya itu.
"Tuh..." ucap Eric yang menunjuk pada ke empat orang yang tengah ngobrol asyik di bangku yang ada di depannya. Meja bundar dengan bangku yang melingkarinya. Pas ada empat bangku disana dan tengah di duduki Arga, Nindi, Evan serta Vanya.
"Oh..." ucap Gandi saat itu.
"Aku tinggal dulu ya kalau begitu, mau nyari udara segar." Ucap Gandi lagi pada Eric dan Nora.
"Loh...nggak makan siang dulu Gand?" tanya Eric yang menawari, karena saat itu ia dan Nora akan mengambil makan siangnya.
"Nggak! nanti aja Ric, gampang itu." Ucap Gandi lagi yang lalu pergi dari hadapan keduanya. Eric dan Nora hanya menatap kepergian lelaki itu. Gandi berjalan menuju ke samping Hotel yang lalu duduk di salah satu ayunan menatap ketengah lautan. Dibawah pohon kelapa dan juga beberapa pohon lain yang sengaja di tanam disana. Lumayan sejuk siang itu.
Lalu...datanglah seorang gadis yang tadi sempat menyapa Gandi disana, yaitu Risa. Gadis itu menuju kearah Gandi dengan dua orang temannya yang semuanya wanita, keduanya juga adalah anak magang di perusahaan Gandi. Sengaja Risa memecah diri dan meninggalkan kedua temannya untuk menghampiri Gandi disana. Gandi hanya sekilas melihat, dan terlihat pakaian gadis itu sudah berganti. Hanya memakai tanktop dan sarung pantai yang di kenakan melingkar dari pinggangnya kebawah, disana belahannya sampai di bagian pangkal paha.
Gandi yang merasa pemandangan itu wajar-wajar saja tidak mau ambil pusing memikirkannya.
"Andai si Key berpakaian seperti itu di depan umum...sudah aku pastikan aku lepas semua saat itu juga." Ucap Gandi dalam hatinya, karena menurut Gandi, Key hanya boleh mengenakan pakaian itu saat hanya bersama dengannya. Tidak untuk di nikmati banyak mata. Gandi juga jelas mengingatnya, jika calon istrinya itu selalu berpakaian sopan saat keluar atau saat berada di tempat umum.