Bab 7 Rekreasi kantor

1048 Kata
Qiran hanya mengikuti apa yang suaminya lakukan, itu bukan kali pertama Reza terlalu memanjakannya, namun lelaki itu tidak lebih dari sekedar pelukan dan ciuman saja, namun malam itu keduanya sudah sah menjadi suami istri. Membuat Qiran merasakan dentuman jantungnya yang kian terpacu disana. Keringat dingin mulai keluar dari dahi hingga pelipisnya, ia sudah membayangkan yang tidak-tidak saat itu. Mengingat itu adalah kali pertama dirinya akan benar-benar menyatu dengan suaminya. "Ada apa? apa kamu takut akan kesakitan?" ucap Reza yang langsung tanpa bisa ia tutupi. Dan Qiran hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Tenang sayang...aku nggak akan menyakitimu, aku akan memanjakanmu, dan...kamu hanya perlu diam sembari menikmatinya saja, apa masih menakutkan yang seperti itu?" ucap Reza lagi yang kian membuat istrinya sedikit mengendurkan perasaan khawatirnya. "Aku mau mandi dulu..." rengek Qiran pada suaminya, lalu Lelaki itu pun segera membawanya menuju ke kamar mandi. "Nggak usah bilang, aku sudah mengerti sayang..." ucap Reza dengan manisnya. Lalu lelaki itu pun membawa Qiran menuju ke kamar mandi dan menurunkannya disana. "Haruskah aku juga yang akan membantumu melepaskan semuanya?" tanya Reza pada sang istri. Dan hanya dibalas gadis itu dengan senyuman dan juga gigitan di ujung bibirnya. Namun Reza sudah tidak bisa menahan rasa yang sudah menekan jiwa kelelakiannya saat itu. Ketika ia melihat sang istri yang begitu manis dan imut menurutnya. Ia baru menyadari jika Qiran bisa demikian imut di depannya. Terlihat tangan lelaki itu ikut sibuk membantu melepas gaun yang istrinya kenakan saat itu. Hingga tinggal dalamannya saja. Terlihat Qiran hanya menatap ke arahnya dengan tatapan manjanya. "Yang...kamu sibuk membantuku melepas gaun yang aku kenakan, tapi kamu sendiri lupa akan pakaian yang kamu kenakan, sengaja ya biar aku yang melepasnya?" ucap Qiran pada suaminya, dan lelaki itu hanya membalasnya dengan senyuman serta satu kali anggukan. Qiran yang melihatnya pun segera mengangkat kedua tangannya dan perlahan membuka kancing kemeja suaminya satu persatu hingga terhampar d**a bidang di depannya, membuat kedua mata Qiran seketika itu pula terbelalak melebar di buatnya. "Oh tuhan..." ucap dalam hati gadis itu. Namun belum berhenti takjubnya, Reza sudah melepas kemejanya dan mengurung tubuh Qiran dengan kedua tangannya. Satu tangan Qiran menyalakan air shower di atasnya hingga keduanya basah saat itu. "Kenapa harus repot menghapus make up sayang? kalau aku bisa melalukannya." Ucap Reza dengan bisikannya, hingga lelaki itu menghujani bibir Qiran dengan ciumannya, melahapnya habis hingga tidak tersisa. Terengah dan juga dengusan keduanya terdengar tanda buaian itu kian membuat keduanya melayang. Reza sudah tidak bisa menolak ataupun menyudahi gejolak rasa yang ada di dalam dirinya. Tanpa pikir panjang, lelaki itu segera mengangkat tubuh Qiran menuju ke pembaringan. Kedua tangan Reza sudah mengurung disana. Saat itu keduanya saling menatap satu sama lain, hingga ciuman lembut lagi-lagi mendarat, namun kian lama kian menggila, membuat keduanya lepas kendali masing-masing. "Akh!" teriak Qiran saat ia merasakan sesuatu yang kuat masuk kedala dirinya, ia menggelinjang tidak karuan sampai membuat Reza harus menenangkannya. Hanya sebentar, dan terulang lagi, namun kali itu, suara Qiran tidak Reza hiraukan, keduanya saling berpacu menuju puncak kenikmatan. Hingga lenguhan panjang dan erangan keduanya yang menandakan akhir dari penyatuan yang indah malam itu. Dari tubuh keduanya terlihat keringat yang membanjiri. Saling berpelukan erat hingga Reza terlihat lemas dan bergulir menyamping namun masih dalam pelukan Qiran. Keduanya tertidur malam itu dengan perasaan lega dan bahagia pastinya. Waktu berganti begitu saja. Pagi pun menjelang, saat itu dirumah Gandi, lelaki itu sudah bangun tepat waktu, ia tidak pernah telat jika masalah bangun pagi, mengingat kini ia telah menjadi Direktur utama di perusahaanya, ia harus bisa memberi contoh pada semua karyawan dan anak buahnya jika harus disiplin dan tepat waktu. "Sayang...sudah siap semua kan? yuk berangkat..." ucap Nindi saat melihat sang putra sudah menuruni anak tangga menuju ke arahnya. "Sudah mah...ayo..." ucap Gandi pada mamanya, saat itu di perusahaannya tengah mengadakan liburan untuk merayakan ulang tahun perusahaan yang sudah berdiri lima tahun lamanya, sekalian pesta penyambutan karyawan baru. Gandi, Arga dan Nindi naik satu mobil menuju ke kantor putranya, sedangkan disana sudah ada Eric dan juga Nora yang rupanya sudah sampai duluan. Terlihat bus besar yang akan membawa semuanya pun sudah tiba saat itu. "Kita nunggu siapa lagi ini?" tanya Gandi pada asistennya. Yaitu Max. "Masih menunggui Pesdir perusahaan Wijaya Bos." Ucap Max saat itu. "Kemana sih si Evan ini?" ucap Gandi dengan gerutunya. Sedangkan di tempat Evan dan Vanya, keduanya saat itu sudah dalam perjalanan menuju ke perusahaan Gandi. "Yang, maaf ya...gara-gara aku jadi telat begini..." ucap Vanya pada kekasihnya. Dan Evan hanya tersenyum santai menanggapinya. "Tenang sayang, kalaupun ketinggalan juga bisa menyusul pakai mobil sendiri, toh juga udah tahu tempatnya juga." Ucap Evan pada kekasihnya. "Yang, kakak kamu ikut juga?" tanya Vanya lagi. Dan dibalas anggukan dari lelaki itu. "Kenapa? malah niatnya hari ini aku akan mengenalkanmu pada kakak dan kakak ipar yang." Ucap Evan dengan jujurnya. Dan saat itu juga membuat Vanya membelalakan kedua matanya karena terkejut. "Duh...kenapa nggak bilang-bilang sih...gimana pakaian aku? akh...kamu sih yang..." gerutu Vanya yang merasa tidak percaya diri. Terlebih lagi status janda yang di sandangnya, membuatnya sedikit kgawatir akan apa yang nanti bakalan terjadi. "Tenang...nggak akan ada hal buruk pastinya yang..." ucap Evan dengan satu tangan yang meraih jemari Vanya dan menggenggamnya. Lelaki itu berusaha menyemangat kekasihnya. Hingga mobil itu melaju dan berhenti di parkiran perusahaan Gandi. Keduanya segera keluar dari dalam mobil dan menuju kearah semua orang yang sudah terlihat berkumpul disana. "Waaah...telat tapi masih saja santai begitu ya jalannya?" ucap Gandi pada Evan dan Vanya, dimana saat itu semua orang baru saja masuk kedalam bus dan tinggal Gandi, Max, Eric, dan Nora yang tengah menunggui keduanya tiba. Sedangkan mama dan papa Gandi pun sudah masuk kedalam bus. "Ini tadi Vanya lagi dapet, makanya sedikit rada ribet." Ucap jujur Evan pada temannya itu. "Oh...kirain..." ucap Gandi yang sengaja tidak di lanjutkan. "Yasudah, yuk naik semua..." ucap Gandi yang mengajak semuanya untuk naik kedalam bus. Namun saat itu Evan tengah menarik lengan Gandi dan menghentikannya. "Ada apa lagi Van? kalau kamu tanya ada stok pembalut nggak di bus? jawabannya nggak ada!" ucap Gandi dengan celotehnya. "Apaan sih! aku mau tanya...apakah kakak dan kakak ipar ikut juga?" tanya Evan pada Gandi. "Iya, mama papa ikut lah...memangnya kenapa?" tanya Gandi balik. Dan saat itu Evan hanya mengangguk tanda ia mengerti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN