4. Perlindungan

1191 Kata
Pagi ini semuanya sibuk di laboratorium dengan jas putih panjang juga kacamata. Mereka tengah meracik cairan anestesi untuk hewan. Banyak kasus anjing yang mempunyai gagal ginjal, dan mereka berbondong untuk meracik obat pencegahan dan obat penanganan. Laboratorium itu juga lengkap dengan ruang operasi yang akan digunakan untuk praktik membedah tubuh hewan. Satu anjing yang mengalami gagal ginjal sudah ada di kandang berbeda ruangan. Xian tengah mengidentifikasi anjing itu mulai dari berat, tinggi, dan pola makan anjing itu yang dia dapatkan dari tetangganya. Sesekali ia akan melirik pintu ruangan hewan itu yang terbuka lebar. Dia berharap kalau Dino akan muncul di sana. Namun harapannya pupus, dia lupa kalau Dino sudah di ruang laboratorium tandanya Dino tidak akan pergi sebelum selesai. "Hai anjing manis, kamu harus bertahan saat Dino mengoprasi tubuhmu. Buktikan kalau kamu kuat!" ucap Xian mengelus kepala anjing itu yang hanya terdiam. Anjing itu beda dengan anjing lain yang terkesan akan ceria saat dielus. Anjing itu tetap diam, mungkin karena merasakan sakit dengan penyakitnya. "Aku selalu sedih saat Profesor Dino sedih. Aku tidak suka melihatnya gagal dalam penelitian. Jadi, kamu harus mendukungku ya!" ucap Xian lagi. Xian memberikan makan pada anjing itu yang langsung dimakan. Xian terus mengamatai tingkah polah anjing itu dan mencatatnya dalam sebuah buku yang nanti akan dia serahkan pada Dino. Lama bersama Dino membuat Xian jatuh cinta pada pria itu. Apalagi saat terakhir kali Dino menarik tangannya saat keluar dari kapal yang akan meledak, Mengingat itu membuat Xian tersenyum, bahkan dia merasa pipinya sangat memanas. Andai Dino mempunyai perasaan yang sama kepadanya, mungkin Xian akan sangat bahagia. Bahagianya Xian sederhana, saat dia bisa berdekatan dengan Dino dia sudah bahagia. Bekerja satu naungan dengan DIno, selalu berada di dekat Dino dan selalu menemani Dino, sangat mustahil bila rasa itu tidak tumbuh secara perlahan. "Gug gug ...." Anjing itu bersuara seraya merebahkan kepalanya di lantai. Xian mengamati lagi anjing itu, dalam prediksinya kalau anjing itu diajak jalan-jalan setiap hari pasti anjing itu bisa sedikit lebih sehat. Karena sudah merasa semuanya cukup, Xian segera keluar dari kandang hewan itu. Setelah keluar tak lupa Xian mencuci tangannya, perempuan itu menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan jas putih juga memakai masker. Gadis itu menghela napasnya sebentar sebelum meyakinkan dirinya untuk masuk ke ruang laboratorium. Sedangkan Dino tengah sibuk mengidentifikasi cairan klororfom. Selama berpuluh puluh menit Dino hanya mengamati cairan itu, pria itu sama sekali tidak bereaksi apapun, hanya terdiam sembari menimang-nimang. Walau begitu otak Dino terus bekerja, terus menarik kesiimpulan soal cara kerja, efek samping, penanganan dan lain-lain. Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Dino, dia menolehkan kepalanya melihat Xian yang datang membawa catatan kecil. Xian menuju ke arahnya dan menunjukkan kertas itu padanya. Dino mengambil alih catatan Xian, semua tersususn rapi tentang anjing yang akan dia bedah,. Dino mengangguk-anggukkan kepalanya membaca catatan itu. Di balik maskernya bahkan Dino terlihat tersenyum karena puas dengan kerja Xian. Di sebrang lain, Sivana tengah menatap gadis kecil itu dengan memicingkan matanya. Sivana merasa tidak suka saat ada gadis yang mendekati Dino, apalagi membuat Dino sampai tersenyum. "Kerja bagus, Xian!" puji Dino pada Xian. Xian tersenyum sedikit membalas ucapan Dino. "Kamu salah memakai masker!" tegur Dino membuat Xian membulatkan matanya. "Eh ... maaf saya tadi buru-buru," ujar Xian ingin melepas maskernya. Namun tangannya langsung dicegah oleh Dino. "Biar saya yang melakukan!" ucap Dino melepas tali masker dari telinga Sivana. "Ini harusnya bagian kawat tipis berada di hidung dan dibentuk menyerupai garis hidung biar kamu tidak sesak!" ujar Dino membenarkan masker Xian. Setelah selesai Dino tampak memakaikannya pada gadis itu. Sontak kelakuan Dino membuat semua tim menatap ke arah mereka, tak terkecuali Sivana. Sivana memegang gelas kaca yang berisi cairan dengan erat. Perempuan itu makin panas saat Dino perhatian dengan Xian. "Siapa gadis kecil itu?" tanya Sivana pada orang di sampingnya. "Anak magang, asistennya Prof Dino," jawab orang di samping Sivana. "Tampaknya dia tahan juga dengan mulut pedas manusia purba itu," sinis Sivana. "Siapa manusia purba?" "Dinosaurus," jawab Sivana dengan kesal. Gadis itu kembali mefokuskan pandangannya pada cairan yang tengah dia identifikasi daripada panas dengan tingkah Dino dan gadis kecil itu. Xian yang mendapat perlakuan manis dari Dino hanya bisa menundukkan kepalanya karena terbawa perasaan. Untungnya wajahnya yang memerah sudah tertutup oleh masker, membuat Xian tidak terlalu malu oleh DIno. Mungkin perlakuan Dino padanya dianggap Dino biasa saja, tapi Xian seorang wanita yang sudah pasti baper dengan perlakuan Dino. "Tolong bawakan saya kertas!" titah Dino pada Xian. Xian langsung mengambil kertas hvs yang ada di laci tak jauh dari tempatnya berdiri, Xian juga mengamnilkan bolpoin untuk Dino. "Tetap di sini!" titah Dino. "Baik!" jawab Xian. Semua orang memandang aneh ke arah Dino, tidak biasanya Dino bersikap seperti itu pada banyak orang. Selama ini hanya Xian yang berani dekat, itupun masih berjarak. Namun kali ini tampak beda, Xian lebih dekat dengan Dino walau masih dalam lingkup pekerjaan. Dino kembali pada cairan yang memiliki rumus kimia CHCI3 itu, cairan yang masuk dalam golongan senyawa halaalkana. Beberapa kali Dino juga tampak menjelaskan pada Xian. Xian yang memang penggila ilmu segera mencacat segala ucapan Dino. "Anjing ini mengalami gagal ginjal, seharusnya kita memakai bius regional bukan bius total," ucap Dino. "Bagaimana bius regional itu, Prof?" tanya Xian. "Bius yang hanya mematikan rasa pada bagian yang disuntikkan atau kata lainnya mati rasa pada separuh tubuh. Kita harus meracik obat dengan cara yang paling sederhana dulu," ucap Dino menjelaskan. "Kalau hanya dengan cara sederhana. PT ini akan merugi membayar orang dengan prinsip seperti itu," ucap suara wanita membuat Dino meremas kertas yang tengah dia pegang. Xian menolehkan kepalanya, dia melihat wanita tinggi semampai yang sangat cantik, Xian menganggukkan kepalanya tanda sopan santunnya. Xian baru melihat perempuan dewasa itu di depannya hari ini. "Panggil saya Sivana!" ucap Sivana mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan dengan Xian. Xian turut mengulurkan tangannya ingin menyambut tangan Sivana, tapi sebelum itu terjadi Dino sudah mencekal tangannya untuk menahannya. Dino menatap telapak tangan Sivana yang memakai sarung tangan karet dengan memicing. "Jangan berjabat tangan dengan sembarangan!" tegur Dino dengan tajam. Tatapan tajam Dino menusuk dalam pada Sivana, sedangkan Xian sudah sangat takut dengan tingkah DIno yang tidak seperti biasanya. Dino memang terbiasa tegas, tapi kalau suara tajam dan mengintimidasi baru kali ini dia dengar. "Sebenarnya ada apa ini?" tanya Xian dalam hati. "Kembali bekerja!" titah Dino membuat Sivana menghentakkan kakinya dan berjalan menjauhi Xian. Sivana kembali ke tempatnya dengan perasaan yang teramat dongkol. "Rupanya pria itu melindungi gadis kecil itu," ucap Sivana dengan tersenyum licik di balik maskernya. Dino menatap punggung Sivana dengan tajam, pikiran Dino langsung menilai kalau Sivana memang berniat buruk padanya dan pada Xian. Belum apa-apa Sivana sudah mengibarkan bendera perang dengan meletakkan cairan Isopropyl Alcohol di sarung tangannya, sedangkan Xian tidak memakai sarung tangan. Kalau cairan yang biasa digunakan dalam produk toner itu terkena kulit, maka akan merusak cairan asam kulit dan menyebabkan bakteri tumbuh subur. "Prof, kenapa saya tidak boleh berjabat tangan dengan perempuan tadi?" tanya Xian dengan penasaran. "Jangan pikirkan apapun, sekarang fokus bekerja!" jawab Dino dengan tegas. Dino tidak mau memberitahu bukan maksud apa-apa, dia hanya tidak mau Xian resah dan takut berlebih. Dino yang akan melindungi Xian kalau Sivana macam-macam. Sivana boleh menyerangnya, tapi tidak untuk Xian yang bahkan tidak tau apa-apa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN