“Jangan mendekat, Tabah! Kau tidak mau tahu apa yang akan kulakukan!” Bentak Clara dengan wajah yang bersemu merah, karena malu. Namun, rasa marah juga mendominasi perasaan Clara pada saat ini. Tabah mengabaikan peringatan Clara. Ia terus berjalan mendekati gadis itu dengan tatapan yang lurus menatap netra coklat milik Clara. Tenggorokkan Clara bergerak naik turun dengan cepat. Ia merasa sukar untuk menelan ludahnya, karena gugup menanti apa yang akan dilakukan oleh Tabah kepadanya. Begitu sudah berada dekat dengan Clara, Tabah mengubah panggilan teleponnya menjadi mode loudspeaker, sehingga Clara bisa mendengar percakapan Tabah di telepon. “Monica Sayang! Aku akan mengirimkan lingerie berwarna merah kepadamu. Dan harus sudah kau pakai, ketika aku datang ke apartemenmu nanti malam!” uc