“Apa! Aku tidak mau melakukannya lebih baik kamu panggil saja mantan kekasihmu tadi!” Clara beranjak dari duduknya berjalan menuju pintu. Dengan raut wajah merah, karena marah dan bibir yang cemberut tangan Clara meraih kenop pintu. Ia tidak peduli, bagaimana orang-orang melihat dirinya nanti. Tabah dengan cepat bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah pintu mencegah Clara keluar. Punggung Clara merasakan panas yang menguar dari tubuh Tabah. Hembusan napas pria itu di tengkuknya membuat ia tergelitik geli. Perlahan Clara membalikkan badannya, yang ternyata justru merupakan suatu kesalahan, karena wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Tabah. “Kenapa jantungmu berdebar mau melompat? Padahal aku tidak melakukan apapun juga kepadamu! Pupil matamu juga membesar dan bercahaya, jang