Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aku yang terkejut, mundur dua langkah sambil memegang dadaku. Siska yang tiba-tiba pucat wajahnya dan tampak bingung, masih mendengarkan ucapan Tante Retno di seberang sana. “Ya sudah, begitu saja ya, Sis. Kamu nggak usah tanya-tanya lagi. Mama mau membalas sakit hati kita secara halus. Kamu tenang saja. Mama nggak akan melibatkan kamu. Mama bergerak sendiri sama Hesti. Mama tutup sekarang ya video call nya.” Hening. Aku dan Siska saling tatap satu sama lain. Hingga perlahan Siska mulai melangkah mendekatiku. “Mama sudah gelap mata karena dendam, Amanda. Kamu sudah dengar sendiri kan tadi. Mereka berdua berniat jahat pada kamu dan suami kamu. Sekarang tinggal kalian pikirkan bagaimana cara mencegah mereka. Aku nggak bisa berpikir atau berkata-kata lagi. Oh ya, tadi aku sempat screensho