“Eh, maaf.” Hanya kata itu yang terlontar dari bibirku. Setelahnya, aku langsung melangkah menuju ke poli anak. Aku mendengar langkah mas Haikal mengikutiku, hingga posisinya kini berada di sampingku. Tiba di poli anak, suasana cukup ramai. Menunjukkan kalau dokter Andi Saputra cukup diminati oleh para orang tua, untuk menangani anak mereka. Aku langsung memberikan berkas Pasya pada suster yang duduk di balik meja jaga, yang ada di depan ruang praktik dokter. Sedangkan mas Haikal telah duduk di kursi tunggu, memangku Pasya. “Pasya tadi dapat nomor antrean berapa?” bisik mas Haikal ketika aku sudah duduk di sebelahnya. “Nomor sepuluh,” jawabku. “Berarti dua pasien lagi. Tadi yang dipanggil sudah nomor delapan,” sahut mas Haikal. “Oh begitu,” sahutku. Aku lalu menatap anakku yang menya