Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dua hari setelah aku makan malam dengan mas Haris di restoran Italia, mas Haikal berkirim pesan di Sabtu pagi. [Manda, hari ini kedua orang tuaku mau menemui Pasya. Aku sudah memberitahu tentang anak kita pada mereka. Jadi tolong Pasya jangan dibawa ke mana-mana, mengingat ini hari Sabtu. Biarkan dia mengenal eyang kakung dan eyang putrinya.] Aku spontan menganggukkan kepala, meskipun mas Haikal tak melihatnya. Aku lantas membalas pesan mantan suamiku itu. [Ok, Mas. Aku memang nggak ada rencana ke mana-mana hari ini. Silakan kalau mau datang ke rumah!] Setelah itu, mas Haikal tak berkirim pesan lagi padaku. Sepertinya dia marah padaku gara-gara aku makan malam dengan mas Haris. Biarlah dia marah, toh aku bukan lagi istrinya. Jadi tak masalah dong kalau jalan sama pria lain. Aku lanta