“Iya, tadi saat di menoleh, aku jadi kayak pernah lihat dia gitu. Cuma di mananya itu yang masih harus aku ingat. Sudahlah biar saja. Nanti aku coba mengingatnya lagi. Sekarang kita masuk, yuk! Mumpung Pasya lagi tidur, kita pacaran.” Mas Haikal berkata sambil menaik turunkan kedua alisnya, kode minta sesuatu padaku. “Ih, ini kan masih siang sih, Mas.” “Apa bedanya antara pagi, siang, sore dan malam? Sama saja kali, Sayang. Kita nikmati saja kebersamaan kita di setiap saat, ok,” rayunya yang membuat wajahku memanas. Mungkin kalau aku bercermin, akan terlihat rona merah menghiasi wajahku. “Gombal kamu ini, Mas.” Aku terkekeh sambil berjalan menuju kamar kami di lantai dua. Sedangkan Mas Haikal terus mengekor di belakangku. Setibanya di lantai dua, aku berbelok ke kamar Pasya untuk melih