14. Gay Bar: Heaven Gonna Hates Me

1169 Kata
Kimberly suka pergi ke bar gay. Ada sebuah bar gay di kota. Namanya Bar Flower. Malam itu dia mengenakan rok kulit pendek hitam, stoking jala, stiletto hitam, croptop putih, dilapisinya dengan kemeja putih longgar. Hem bagian bawah diikatnya di pinggang, kancing da.da dibiarkan terbuka. Rambut Kimberly hitam sebahu, oanjang bergelombang tergerai indah. Dia mengenakan make up dan membentuk wajahnya tirus dan arogan, sehingga terlihat berbeda dengan Kimberly yang biasanya. Bibirnya merah menyala. Bulu matanya lentik dan matanya hitam berkilau. Bar itu seperti kelab malam lainnya, hanya saja lebih banyak pengunjung laki-laki. Cahayanya remang-remang, musik upbeat dimainkan, sejumlah pria sedang mementaskan tarian erotis di panggung dengan pakaian minim, mengumbar otot-otot berbentuk yang menggiurkan. Kimberly duduk tepat di meja pentas itu. Dia menonton pertunjukkan tarian dengan antusias. Ditemani minumannya, dia mengindahkan pengunjung lain. Perhatiannya tersita pada pria-pria cantik di pentas. Dia suka melihat laki tampan dan cantik dengan tubuh indah sempurna seperti maha karya. Dia bahkan tidak keberatan membagi-bagikan uang kepada mereka. Salah satunya, pria yang berambut perak, bahkan membungkukkan badan mencium bibirnya, membuatnya makin terlena dengan mereka. Setelah selesai satu lagu, para pria cantik itu kembali ke belakang panggung untuk istirahat. Kimberly menghabiskan minumannya dan meminta diisi lagi. Alkohol membuat tubuhnya memanas. Dia mulai melonggarkan kemejanya. Suara dentuman musik memenuhi telinga.Cahaya lampu yang berkelap-kelip, membuatnya nanar terhadap sekeliling dan melupakan segalanya. Seorang pria menghampirinya. "Kau sendirian?" tanya laki-laki itu padanya. Kimberly menoleh dan memperhatikan dengan mata sayu. Seorang pemuda tampan nyaris cantik berdiri di sampingnya. Usianya sekitar awal 20an. Rambutnya berwarna perak. Kimberly mengenalinya sebagai pemuda penari yang tadi menciumnya. Sekarang pemuda itu mengenakan setelan elegan, membuatnya tampak seperti pangeran dari negeri dongeng. "Uhm …," angguk Kimberly, alkohol mulai menguasai pikirannya. "Hebat!" seru pria itu. "Kau tidak keberatan ‘kan aku menemanimu?" tanyanya sopan. Tentu saja tidak. Kimberly terkekeh sendiri dan menepuk pundak pria itu. Pemuda itu duduk di sampingnya dan memberi kode pada seorang pelayan untuk mengambilkan minuman. "Wanita secantik dirimu tidak seharusnya minum sendirian," katanya di sisi telinga Kimberly.. Karena suara musik keras, ia harus bicara mendekat ke telinga Kimberly. "Baru kali ini aku melihatmu, baru pertama kali ke sini?" Kimberly menggeleng. "Tiga kali," katanya. "Oh, berarti ini malam keberuntunganku! Ayo, malam ini aku yang traktir," kata pria tampan itu. Mereka minum dan berdansa mesra. Pemuda itu cukup sopan dan menyenangkan diajak bicara. Ia pandai membuat wanita merasa nyaman dengannya. Kimberly tidak keberatan ketika pemuda itu mulai menempelkan tubuhnya di belakangnya sambil bergoyang pelan. Tangannya menyusuri lekukan tubuh Kimberly. Kimberly bersandar ke dadanya dan tertawa "Kukira gay hanya merayu laki-laki, tidak kusangka kau juga merayu perempuan," gumamnya seraya tertawa sendiri. Dia berbalik dan melingkarkan tangannya di leher pemuda itu. Pemuda itu tertawa ringan "Kau berbeda," katanya, "ada sesuatu yang membuatku tertarik padamu." Wanita kesepian yang punya banyak uang. Itulah yang dipikirkannya. "Oh …? Apa itu?" tanya Kimberly. Ini sangat menyenangkan. Ada pria muda dan tampan yang mendekatinya. Selingan yang menyenangkan di saat suami tidak ada untuk menghangatkan ranjangnya. "Tak bisa kujelaskan, yang aku tahu kau wanita tercantik yang pernah kulihat selama hidupku.” Kimberly menyeringai. Menyenangkan sekali digoda laki-laki tampan dan wangi lagi. "Apa kau punya pacar?" Kimberly menggeleng. "Aku punya suami" katanya. Pria itu tampak terkejut mendengarnya. Tubuhnya menegang. "Kata suamiku, aku boleh melakukan apa saja yang kuinginkan," tambahnya. Wanita yang sangat beruntung. Pria itu kembali antusias merayunya. Ia mendekap erat pinggang wanita itu. "Oh …, jadi ...." "Aku ingin kau menemaniku malam ini, kau keberatan?" bisik Kimberly di telinga pria itu. Pria berambut perak itu melanjutkan dansanya. "Tentu saja aku tidak keberatan," katanya. "Ini kehormatan buatku.” Hmm, suaminya pasti payah sekali sehingga wanita ini mencari pria lain, pikirnya. Sementara Kimberly mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Ugh, isteri macam apa aku ini, masih mencari pria lain padahal aku sudah memiliki suami yang sempurna. Heaven gonna hate me!! "Aku Jay!" pemuda itu memperkenalkan dirinya. Tangannya yang melingkar di pinggang Kimberly semakin erat. "Siapa namamu?" Kimberly tersenyum padanya. Mata hitamnya berkilau. "Namaku Rose," jawab Kimberly. Sedetik kemudian, mereka mem-booking sebuah kamar. Kamar dengan bed king size, cahaya temaram menambah suasana untuk mereka saling mengagumi. Di dalam kamar itu juga disediakan beberapa jenis minuman beralkohol, rokok, aneka s*x toy dan kondom. Jay dan Rose berciuman kasar sambil menggebrak pintu memasuki kamar itu. Begitu pintu tertutup, Jay mendorong Rose hingga tersandar ke pintu dan menahan tubuh wangi wanita itu dengan tubuhnya. Bibir Jay melumat bibir Rose yang berwarna merah menyala. Tangannya menjelejah ke dalam kemeja wanita itu dan tangan Rose melakukan hal yang sama padanya. Kemeja Rose tergeletak di lantai, memperlihatkan gundukan da.da wanita itu yang masih dibalut croptop. Rose membantu Jay membuka setelannya. Jas berwarna abu-abu jatuh ke kaki Jay. Dasi hitamnya dilempar dan kemeja putihnya segera tersingkir dari badan. Pria berkulit putih itu bertelanjang da.da dengan kedua putingnya ditindik anting berlian. “Jay, tubuhmu ….” Rose terkesima melihatnya. Jay tersenyum tipis, melirik tubuhnya sendiri dengan rasa bangga. Wajahnya yang tirus dan matanya yang tajam menatap Rose. Rose berdiri limbung. Tatapan itu membuat kakinya lemas. Inilah pesona orang tampan. Dengan tatapan matanya saja, mampu membuat seorang wanita o*****e. Jay membuka ritsleting celananya dan menurunkan bahan khasmir itu hingga teronggok di lantai bersama celana dalamnya yang berwarna merah cerah. Rose terkesiap melihat benda yang mencuat di antara dua paha pria itu. Sebuah benda perkasa laki-laki yang berdiri tegak dihiasi tindikan bola perak di ujungnya. Mulut Rose ternganga. Tampaknya pria itu menyukai rasa sakit sebagai rangsangan seksual. "Apa?" tegur Jay, melihat wajah Rose bersemu dan mata berbinar takjub padanya. Rose berdeham, "Uhm ..., itu ...." Jarinya menunjuk pada bagian selang.kangan Jay. Jay memandang dirinya sendiri dengan rasa bangga. "Relax, baby," bujuknya. "Ini tidak akan menyakitimu. Justru kau akan menyukainya ... kalau aku sudah di dalammu." Rose menyeringai, "Apa kau menyukai siksaan, Jay?" tanyanya. "Jika siksaan maksudmu itu berakhir dengan kenikmatan, tentu saja aku menyukainya!" "Bagus!" seru Rose. Jay ingin melepaskan kemben Rose, tetapi wanita itu mencegahnya. Rose menahan tangannya dan mendorong Jay ke ranjang. Tenaga wanita itu cukup kuat untuk ukuran tubuhnya yang langsing dan lembut. Jay merasa semakin bernafsu dan tidak sabar untuk membuat kejutan lainnya. "Jadi, kau juga suka main keras ya?" selidiknya. "Kita lihat saja, seberapa keras kau menginginkannya," rayu Rose. Dia menaiki ranjang dan merangkak di atas tubuh Jay yang bugil. Dia mengikat tangan kanan pemuda itu di tiang kepala ranjang. Rose melakukan hal yang sama pada tangan kiri Jay. "Kau sangat tampan," puji Rose lalu dia mencium bibir pemuda itu, memainkan lidahnya di dalam mulut Jay. Pria itu melenguh dan meliukkan lidahnya mengimbangi gerakan milik Rose. Lendir mulut mereka membuat benang tipis ketika Rose menghentikan ciumannya. Dia berpindah menciumi leher Jay, lalu menyusuri da.da pria itu, menggigit anting di putingnya seraya menarik membuat Jay mendesah kesakitan. “Ouhh, babe, kau wanita yang sangat agresif,” gumamnya. Jemari Rose menjajaki lekukan tubuh Jay. Dia sangat menyukai pria itu. Ia tampan, baunya enak dan rasanya menggiurkan. Perkakas Jay makin mengeras diperlakukan seperti itu. Tak salah ia menilai, wanita satu itu memang berbeda. Dia wanita yang suka mendominasi. *** Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN