Beberapa tahun berlalu....
Perasaan sialan calvino mulai tidak menentu,fikiran dan perasaannya terus berarah pada satu titik yaitu isabel. Gadis mungil itu kini telah tumbuh menjadi gadis remaja yang mempesona,ah sial...bahkan calvino sering menatap anak angkatnya itu dengan tatapan lain dari biasanya. Gila...ini benar'benar gila.
Tidak ini tidak boleh terjadi...dengus hatinya sambil mengusap kasar wajahnya,ia merasa sangat kawatir dan frustasi. Perasaan lain ini sudah ia buang beberapa puluh tahun yang lalu,dan entah sekarang apa yang terjadi padanya. Hingga perasaan sialan ini kembali muncul. Dulu ia merasa baik'baik saja tanpa perasaan aneh ini namun lihatlah sekarang. Calvino benar'benar tidak dapat berfikir dengan logis dan tegas karena perasaan lemah ini kembali menyelimuti dirinya.
Ya tuhan.....
"Dad..."panggilan merdu dari suara gadis mungilnya kini berubah terdengar begitu sexy dan menggoda. Seketika calvino menatap isabel yang kini duduk dipangkuannya. Bisa kalian bayangkan bagaimana calvino bisa bertahan jika sikap manja isabel tetap seperti ini. Apakah pantas calvino disebut ayah.
"Hem..."dengan malasnya calvino menjawab panggilan isabel sembari mencoba kembali fokus pada layar laptopnya meski dadanya seakan terasa sesak. Sial...
Isabel kini mulai menangkup kedua pipi calvino sembari mencoba melebarkan senyumnya agar calvino mau menatapnya"dad...aku merasa kau mencoba menghindariku...??"selidik isabel.
"Tidak..."tidak ada kata'kata hangat lagi yang terdengar dari setiap ucapan yang keluar dari bibir calvino. Ia tau jika dirinya tengah berubah namun ia tidak mau jika isabel tau akan kondisinya saat ini. Ya tuhan...sesuatu yang mendesak dibawah sana membuat calvino merasa sedikit kesakitan menahannya.
"Kau bohong....katakan padaku dad....jika tidak aku akan kembali kerumah grandpa..."
Tidak...ia tidak mau jika ia harus berpisah lagi dengan isabel,ya yuhan...apa kau tengah menghukumku?"dad sibuk...dad mohon...pengertiannya isabel..."
Suara calvino yanh sedikit meninggi membuat isabel sedikit terkejut,tidak ia pungkiri jika dirinya takut dengan tatapn sang daddy sugar,tidak biasanya calvino berbicara selantang ini,isabel mulai berdiri lalu mundur perlahan. Calvino tau jika isabel tengah ketakutan karenanya,menyesal sudah pasti namun mau bagaimana jika nasi sudah menjadi bubur.
"Kau membentakku dad...!!aku benci padamu..."isabel segera berlari keluar sambil mengusap air matanya,benar apa yang ia fikirkan. Daddynya berubah dan entah apa yang membuat daddynya begitu mudah marah. Dulu...ah lupakan saja mungkin dirinya saja yang terlalu sensitife hingga membuat dirinya begitu mudah tersinggung. Isabel mencoba berfikiran positife sembari menutup kamarnya dan juga mengusap paksa air matanya yang terus keluar. Mencoba membenamkan dirinya diatas tempat tidur meringkuk memeluk guling serta menutup kepalanya dengan bantal berharap tangisnya bisa berhenti.
"Apa kau mempunyai kekasih dad...kenapa aku merasa kau membagi kasih sayangmu...??"dengus isabel disela isak tangisnya.
"Tidak..maafkan dad...dan jangan berfikiran jika dad tidak lagi menyayangimu sayang..."
Seketika isabel menegang saat calvino ikut berbaring diatas tempat tidurnya. Ikut meringkuk memeluk tubuhnya.
Ah sial...apa yang sebenarnya terjadi padaku...batin calvino.
Dadanya terus berdebar ia merasa heran apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ya tuhan...akankah isabel tau jika ia bukanlah daddy kandungnya. Bagaimana jika ia tau jika calvino menaruh hati padanya.
Buang...buang perasaan bodohmu calvino....kau tak pantas untuknya...kau terlalu tua...kau bodoh dalam bercinta...ingat dia anakmu...anak yang kau rawat mulai dari dia bayi...apa kau setega itu...??,
Bersambung...