Bab 4

1108 Kata
Sore harinya Andrew disuruh mamahnya lagi, Ya Tuhan dia udah bagaikan kurir pengantar makanan dari pagi sampai sore di suruh nganter makanan terus. "Awas tumpah, itu Sop ayam buat Aruna kesukaannya dia. Buru nanti keburu dingin" ancam mamahnya. Andrew jadi bingung ini yang anak kandung siapa yang hanya dianggap anak siapa? Perasaan kalau dia sakit mamahnya nggak begini juga kali ya? Kalau Aruna sakit behh perhatian banget mamahnya. "Iya iya, ongkirnya nyonya?" Andrew meminta uang mamahnya, niatnya ngegoda aja sih. "Geblekk, tampol nih buruann sana kasihan anak mama nanti kelaparan" ujar Diandra. "Anak mamah Andrew apa Aruna siih heran" kesal Andrew. "Tampol pakai panci nih" mamahnya membawa panci bersiap mau di lempar ke arahnya. Andrew langsung berlari dan malahan membuat mamahnya semakin marah. "Hati hati tumpah, Ya Tuhan" teriak Diandra anaknya memang benar benar membuatnya darah tinggi. Derdi dulu nggak gitu gitu amat juga ini dua anak kembaranya kenapa gini semua? Bikin darah tinggi lama lama. "Kenapa sih mah?" Tanya Abelano ketika melihat istrinya marah marah. "Anak kamu tuh, bikin darah tinggi terus" kesal Diandra. "Anak kita mah, kan buatnya berdua" Ya Tuhan berikan kesabaran berlebih untuk menghadapi semua laki laki di rumahnya. Kenapa semua nya begitu menyebalkan. *** Sampai di depan rumah Aruna, Andrew begitu heran kenapa didepan rumahnya banyak mobil berjejer bahkan ada lima mobil disini. Karena tidak mau lebih penasaran akhirnya Andrew masuk kedalam rumah sahabatnya itu. Banyak laki laki sebaya seumuran dengan Aruna disini, apalagi ini? Mana mereka terlihat tampan semua dan ya lebih muda darinya. Kenapa jiwanya insecure melihat ini? Dia lalu menghampiri Aruna dan memberikan makanan yang tadi di buatkan oleh mama Diandra. "Siapa beb?" Tanya Arvin pada Aruna ketika melihat Andrew di depan cewek yang ditaksir nya itu. "Om, om gue tuh" jawab Aruna, bukannya senang dianggap cuma om tapi hati Andrew kenapa sakit ya? Padahal dia sendiri yang bilang kalau dia hanya sahabat Angakasa kenapa tiba tiba dia merindukan Aruna yang selalu mengikutinya kemana mana. "Apaan om?" Tanya Aruna. "Titipan dari mamah" jawab Andrew judes "Angkasa mana?" Tanya nya lagi. "Keluar bentar, kalau om disini di suruh nunggu dulu aja. Katanya kakak mau ngomong penting" jawab Aruna. "Iya om santai, hahah" jawab Bagas, cowok tampan berhodie putih itu. "Gue, Xavier om. Haha kalau gue jadian sama Aruna nanti restuin ya Om" pinta Xavier. "Aruna punya gue tuh," kesal Arvin. "Ga gitu juga kan Vin, tergantung dong Una mau sama siapa?" Ucap Kevin. "Orang dia maunya sama gue kalian heboh banget" ucap Yoga. "Huh kalian bisa diem ga sih, kepala aku makin pusing" jawab Aruna kesal. "Maaf maaf, mau minum kah?" Tawar Kevin. Ya Tuhan Andrew baru sadar kalau yang dikatakan Dita dan Angakasa benar. Aruna memang banyak yang suka tapi kenapa Aruna malahan menyukainya ? Padahal umur mereka sangat jauh dan bisa dikatakan nggak setampan cowok cowok yang mendekati Aruna seperti sekarang. "Beliin kelapa muda," ucap Aruna dia pengen minum es kelapa muda. "Ya udah aku beliin beb" Arvin langsung gercep mengambil kunci mobilnya. Ya Tuhan, liatin para abege lagi bucin gini amat yaa. Apalagi Aruna enjoy aja ada banyak lelaki yang mendekatinya. Nggak tau apa hati Andrew dah panas gini kalau di buat masak telor ceplok langsung Mateng mungkin. "Makan dulu, Sop buatan mamah nanti dingin" ujar Andrew membuat mereka diam. "Ga peka? Kenapa nggak diambilin piringnya? Nggak tau aku lagi sakit?" Judes Aruna. Salah lagi salah lagi, tapi bener juga kali ya. Buat jalan aja sakit kepalanya dasar emang om om nggak pekaan mah gitu. "Dasar ga peka" gerutu Aruna ketika Andrew melewatinya. "Udah lah ga usah kesel beb, nanti cantiknya hilang" goda yoga. "Kalian tuh kapan pulang? Udah tiga jam disini" kesal Aruna. "Nunggu kak Angkasa pulang dong beb" jawab Xavier. "Bab beb bab beb, kapan kita jadian coba" kesal Aruna. "Jangan gitu lah beb, sedih nih sedih" jawab Xavier. "Huek, bodo amat" ucapan Aruna membuat Kevin dan Yoga tertawa. Andrew datang dengan membawa piring beserta nasi di dalamnya, dia duduk di samping Aruna. Ya tempat yang sebelumnya diduduki oleh Arvin. "Makan dulu," perintah Andrew. Andrew sudah membuka Sop ayam itu dan Aruna tinggal memakannya. Tapi Aruna malas dengan itu. Ahaaa dia ingin mengerjai Andrew, kapan lagi bisa kek gini. "Suapin, tangan aku lemes" ucap Aruna merubah bicaranya menjadi lebih halus. "Maka sendiri, udah diambilin juga" kesal Andrew. "Gue suapin aja sini sini" ucap Bagas, Kevin, yoga, dan Xavier berebut menyuapi Aruna. Andrew jadi nggak rela anak bau kencur itu pada menggambil hati gadis yang ada di samping nya ini. "Buku mulutnya" ucap Andrew pada akhirnya. Aruna tersenyum dalam hatinya 'syukurin emang enak. Makanya dikira nggak ada yang mau sama aku kali' sorak Aruna dalam hatinya. Andrew udah seperti menyuapi anaknya yang masih berumur lima tahun, apalagi Aruna asik mengobrol dengan teman temannya membuat Andrew terabaikan. "Aruna," ucap Andrew kesal karena Aruna tidak segera membuka mulutnya. "Haus" jawabnya. Andrew langsung memberikan segelas air untuk Aruna, lalu Aruna memegang itu dan membuka mulutnya minta di suapin lagi. "Dek, hahaha" Angakasa baru masuk rumah ketawa melihat Andrew. "Dah kayak bapak momong anaknya lagi main ya" sindir Angakasa membuat Andrew kesal masih ada satu suapan lagi untuk Aruna. "Udah buruan masih satu suapan" jawab Andrew. Akhirnya makanan di piring pun habis, dan Andrew langsung membawa piring beserta wadah sayurnya kebelakang. Dia sudah panas berada disini, dia segera menghampiri Angkasa dan bertanya ada hal apa hingga membuatnya menyuruhnya menunggu. "Mau ngomong apa?" Tanya Andrew pada angkasa. "Ngomong apa?" Bingung Angkasa. "Sial dikerjain Aruna" kesal Andrew. "Hahaha, kan gue bilang apa liat banyak cowok yang suka adek gue. Mana masih muda semua sedangkan lu? Sok sok an nolak adek gue" ngeselin tapi ada benarnya apa yang dikatakan oleh Angkasa. "Ah udah gue mau pulang, lama lama kesel gue disini" jawab Andrew "Kesel apa kesel? Bukannya cemburu ya?" Sindir Angkasa. "Ya Tuhan... Nggak dirumah nggak disini emosi aja bawaannya" kesal Andrew. Kalau di rumah kesel karena mamahnya yang cerewet nasehatin tentang percintaan nya terus kalau disini sama aja ya Tuhan. Dia uring uringan sendiri, mana sekarang Aruna udah nggak merecoki nya dengan semua chat yang dikirimnya setiap saat itu. Entah mungkin dia merasa kesepian karena Aruna yang mulai melupakan perasaannya kepadanya. 'maaf om, tapi gue harus melakukan ini. Untuk memutuskan apa benar sudah nggak ada kesempatan buat aku' batin Aruna ketika melihat Andrew berjalan menuju pintu keluar. "Hati hati om, kalau kesini bawain makanan kesukaan Una lagi yaa" ucap Aruna ceria. "Ogah, wle" kesal Andrew. "Huuuuh awas kalau nggak, nggak aku bukakan pintu" kesal Aruna "lagian juga mereka bakalan bawain makanan kesukaan aku kalau om nggak mau wlee. Dasar jomblo ga laku" sindir Aruna. "Ngeselin" kesal Andrew, mulai ngeselin tuh Aruna. Lama lama minta di cipok tuh bibir biar ga ngomong hal yang ngeselin baginya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN