Pukul delapan malam, Zeev sudah menyelesaikan penerbangannya. Seperti biasa, seusai terbang, ia bersama Co-Pilot dan juga pramugari serta pramugara berjalan dengan barisan rapi di bandara ketika hendak pulang. Menjadi suasana yang biasa bagi Zeev ketika ia berjalan dan menjadi pusat perhatian banyak orang di bandara.
Visualnya yang rapi, tampan dan gagah dengan seragam pilot selalu berhasil menyita perhatian banyak orang—khususnya para kaum hawa. Namun rasa lelahnya kini sudah tidak bisa dibendung lagi dan Zeev jelas cuek terhadap penampilannya atau pandangan orang lain padanya.
“Mau ngopi dulu nggak, Capt?” Tawar Renald yang menjadi Co-Pilotnya pada penerbangan hari ini.
Zeev menghentikkan langkahnya dan menatap Renald dengan heran. “Tumben kamu ngajak saya ngopi? Biasanya langsung buru-buru pulang karena takut istri.”
Renald menatap jengah Zeev yang menghadiahinya senyuman mengejek. “Udah, ayo ikut aja, Capt. Saya yang traktir.”
Karena merasa tidak ada juga yang menunggunya di rumah, maka Zeev tidak buru-buru pulang dan mengiyakan ajakan Renald. Kini ia sudah duduk dihadapan Renald dengan segelas ice americano dihadapannya.
“Udah tahu kekacauan yang tadi, Capt?” Renald membuka obrolan sambil meminum ice americano miliknya.
“Yang membuat kita terlambat take off?”
“Iya!” Renald sontak menghela napas berat. “Bener-bener payah tuh anak baru, bisa-bisanya dia nggak sanggup nutup pintu pesawat.”
Zeev mendengkus mendengarnya. “Saya bisa dimarahi atasan karena keterlambatan tadi di Singapura. Besok saya akan langsung tegur dia.”
“Mikayla, kan?”
Jantung Zeev terasa berhenti sedetik mendengar nama wanita yang disukainya. Sampai kemudian Renald meralat pertanyaannya barusan. “Mika maksud saya, Capt. Panggilannya sudah ganti.”
Zeev berusaha mengatur ekspresinya, ia tidak ingin banyak orang tahu jika ia mengagumi dan berusaha dekat dengan wanita berambut pendek sebahu bernama Mikaila atau yang sekarang dipanggil Mika.
“Si anak baru itu, kebodohannya seperti pramugari yang nggak ikut pelatihan.” Ucap Zeev.
“Mungkin dia masuk jalur orang dalam.” Gumam Renald.
Zeev hanya mengedikkan bahunya dan tak ingin ambil pusing. Dunia penerbangan pasti punya sisi gelapnya, termasuk pramugari yang bisa dengan mudah masuk dengan jalur orang dalam. Tapi keteledoran Mikayla hari ini pasti akan berimbas padanya besok, pasti Zeev akan mendapatkan teguran dari para atasan.
Kemudian Renald mengalihkan pembicaraan lagi, kali ini ia menyodorkan ponselnya. “Cantik nggak, Capt?”
Zeev menamati foto pramugari Akasha Airlines yang berfoto dengan Renald. Namun foto mereka yang berada di koridor bandara itu dengan pose Renald merangkul pinggang ramping pramugari itu.
“Cantik.” Jawab Zeev singkat. “Siapa itu? Cewek baru?”
Renald tertawa dan mengangguk, Zeev sontak hanya mendengkus geli. Sudah biasa ia mendengar Pilot atau Co-Pilot yang sudah menikah berselingkuh dengan pramugari di maskapai yang sama. Zeev tahu itu hal yang salah, tapi Zeev merasa itu urusan pribadi orang lain dan tidak ada urusannya juga dengannya.
“Service-nya, Capt… euhm! Mantap!” Service yang disebut Renald tadi tentu saja merupakan ungkapan dari service untuk bercinta. “Body-nya juga oke banget!”
Lagi-lagi Zeev hanya tertawa kecil menanggapi Renald yang bercerita menggebu-gebu. “Awas ketahuan istri.”
“Nggaklah, Capt. Tenang aja, saya main aman, kok.” Ucap Renald dengan bangga. “Saya punya dua hape. Satunya untuk istri saya, satunya untuk… senang-senang, hehe. Capt mau juga?”
“Mau juga gimana maksud kamu?” Kening Zeev berkerut heran seusai meminum kopinya yang pahit.
“Halah, masa nggak tahu maksud saya.” Renald memberi kode dengan tangannya membentuk siluet tubuh seorang wanita dan menamparnya. “Banyak pramugari cantik yang mau sama Captain. Captain kak juga banyak diomongin. Yakali nggak tahu?”
Zeev hanya diam dan menatap kearah lain. Dia bukannya tidak tahu, namun berusaha mengacuhkan mereka semua. Sudah banyak pramugari yang terang-terangan cari perhatian pada Zeev, bahkan beberapa ada yang berbicara secara langsung bahwa ia ingin mengajak Zeev makan malam di sebuah hotel yang berakhir dengan bersenang-senang berdua.
Tapi Zeev tidak tertarik. Bukan karena ia tidak suka wanita, bukan, tentu saja ia pria normal! Hanya saja Zeev terlalu setia pada satu wanita. Zeev terlalu kagum dan penasaran dengan Mika. Karena Mika ramah, cantik dan tidak pernah terlibat skandal dalam perusahaan ini.
Renald kemudian berdecak keras dan membuyarkan lamunan Zeev. “Mikirin Mika ya, Capt?”
“Enggak!” Jawab Zeev dengan cepat. “Sok tahu banget kamu.”
Renald kemudian tertawa. “Buruan ajak kencan kalau begitu, Capt. Banyak Captain lain, pramugara dan atasan yang tertarik sama Mika. Belum lagi orang-orang diluar sana, Mika kan selebgram terkenal.”
“Mikaila? Selebgram?”
“Iya, Capt. Udah deh, Capt, buruan aja diajak kencan.”
“Iya kalau Mika mau sama saya.”
“Pasti mau, Capt!” Renald meyakinkan. “Captain ini gimana, otot gede gini kok nggak berani ngajak cewek kencan.”
Dikatai begitu, Zeev sontak berdecak kesal dan langsung berdiri untuk bersiap pergi. “Udahlah, saya terlalu sibuk mikir cinta-cintaan.”
“Dih, emang ibu Captain nggak buru-buru minta mantu apa?”
“Ibu saya udah meninggal.” Jawab Zeev santai dan langsung membuat Renald serasa membeku karena salah bicara. Namun Zeev tidak memusingkan hal itu dan mengangkat gelas kopinya. “Makasih buat kopinya dan penerbangan hari ini, Re.”
“Eh—tunggu, Capt!” Renald menyusul langkah Zeev dan melangkah disampingnya. “Saya atur kencan untuk Captain dan Mikaila.”
“Nggak perlu.” Zeev menatap datar pada Renald.
“Nggak, nggak. Pokoknya harus.” Renald lalu berjalan terlebih dahulu begitu melihat pramugari yang menjadi selingkuhannya sudah hendak menghampirinya. “Waktu weekend di penerbangan internasional ya, Capt! Saatnya kencan dengan Mikaila!”
“Sssttt!” Zeev menaruh telunjuknya di depan bibir sambil menatap Renald dengan kesal, teriakan Co-Pilotnya yang gila itu tentu saja membuat ia menjadi pusat perhatian orang-orang di bandara untuk sesaat.
***
Penerbangan Jakarta-Amsterdam dengan jenis perjalanan one way trip atau penerbangan tanpa transit akan memakan waktu selama empat belas jam.
Dan belum-belum Mikayla sudah dibuat mengeluh akan hal itu. Ia biasanya duduk santai atau tidur di kamar private jet keluarganya ketika perjalanan belasan jam ke luar negeri seperti ini. Tapi sekarang, karena penyamaran ini ia harus bekerja selama empat belas jam.
Bahkan Mikayla tidak tahu setelah melayani para penumpang seperti ini, ia akan melakukan apa selama perjalanan.
“Mikayla, tolong antarkan makanan ke kokpit, ya?” Ucap Nindya ketika melangkah melewatinya di tengah-tengah para penumpang.
Tanpa sadar Mikayla mendesah pelan dan ia melangkah malas ke dapur pesawat, kemudian membawakan makanan ke kokpit. Begitu ia membuka pintu kokpit, Zeev yang menjadi Pilot pada hari ini dan sedang mengobrol bersama Renald sontak menoleh karena pesawat sedang dalam mode autopilot.
Tentu saja Mikayla memaksakan senyum manis nan ramahnya. “Permisi, Capt. Silahkan makanannya.”
“Terimakasih, Mikayla.” Yang menjawab bukan Zeev, melainkan Renald. Mikayla masih memaksakan senyum. Membuat Renald bertanya, “kenapa?”
“Pilotnya nggak mau ngucapin terimakasih, gitu?” Pancing Mikayla dengan berani.
Bukannya mengucapkan terimakasih, Zeev malah menggerakan telapak tangannya seolah mengusir Mikayla agar segera keluar. Mikayla sontak melebarkan matanya, menatap Zeev tidak terima.
“Anda sungguh tidak memiliki sopan santun, Capt!” Lalu Mikayla membalikkan badannya dan hendak meninggalkan kokpit pesawat. “Percuma berpendidikan tinggi dan menjadi pilot kalau sopan santunnya 0!”
“Mikayla, berhenti.” Perintah Zeev dengan nada dinginnya.
Namun entah mengapa suara dingin Zeev itu membuat Mikayla benar-benar berhenti melangkah dan terpaksa membalikkan badan kembali menatap Zeev.
“Apalagi?” Tanya-nya.
“Wah, kali ini siapa yang tidak memiliki sopan santun, hah? Berbicara seperti itu pada seorang captain pesawatmu.” Zeev tertawa sinis menyindirnya.
Mikayla sontak menyipitkan matanya, menatap Zeev tidak suka. “Anda memang captain di pesawat ini. Memang Anda pilotnya, tapi Anda tidak berhak bersikap ‘sok’ seperti tadi. Apa susahnya bilang terimakasih?”
Lagi-lagi Zeev terkekeh meremehkannya. “Perbaiki kualitas kerjamu dulu, baru saya akan berterimakasih.”
Diam sejenak, Mikayla benar-benar berdiri menghadap Zeev dengan tangan mengepal. Ingin rasanya menonjok pilot yang tampan tapi berhati dingin ini dan selalu merendahkannya. Ingin rasanya Mikayla mengaku sekarang bahwa ia adalah cucu pemilik maskapai ini, tapi daripada emosinya meledak, ia lebih memilih untuk meninggalkan kokpit pesawat tanpa banyak bicara.
***
Para crew pesawat Akasha Airlines sudah tiba di Amsterdam setelah perjalanan one way trip mereka. Para crew termasuk Mikayla tentu saja tidak langsung kembali terbang ke Indonesia, mereka transit di Amsterdam selama hampir dua puluh empat jam untuk beristirahat sebelum kembali ke Indonesia. Pihak Akasha Airline menyiapkan hotel khsusus untuk mereka di Amsterdam.
Zeevano sendiri sudah langsung memilih masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri, istirahat sebentar dan bersiap untuk sesuatu yang menarik nanti malam. Hal yang menarik itu sudah disiapkan oleh Renald yang kini sedang berdiri di koridor kamar hotel para pramugari untuk menunggu pramugari siapapun yang akan lewat. Sampai kemudian ada pramugari yang baru saja keluar dari kamarnya sontak menghentikkan langkahnya ketika melangkah di koridor.
“Captain Renald? Ada apa, Capt?” Tanya Pramugari tersebut.
“Kamu tahu kamar Mikaila?” Renald malah balas bertanya.
“Mikayla?” Nama Mikayla yang pramugari itu pikirkan tentu berbeda dengan Mikaila yang Renald maksud. Kemudian pramugari itu asal saja mengiyakan. “Iya, aku tahu. Ada apa, Capt?”
“Tolong berikan ini ke Mikaila.” Ucap Renald sambil mengedipkan salah satu matanya dengan genit. Lalu Renald memajukkan wajahnya dan berbisik tepat di telinga pramugari itu. “Bilang, kalau undangan ini dari Captain Zeev.”
Mata pramugari tersebut sontak melebar. Cukup kaget bercampur iri karena ia tahu bahwa undangan ini sebagai pertanda jika Mikayla sangat beruntung karena akan berkencan dengan Captain Zeev.
***
Sebagai cucu salah satu orang terkaya di Indonesia yang otomatis menjadikan Mikayla anak orang kaya, hari ini akan menjadi pengalaman untuknya karena baru pertama kali menempati kamar yang kecil di hotel ini untuk pramugari. Hanya ada dua single bed, satu kamar mandi kecil dan bahkan tidak ada balkon.
Mikayla dan Nindya sedang bersiap untuk makan malam di luar hotel, sekalian berjalan-jalan menikmati Amsterdam di malam hari. Namun Mikayla yang sudah siap dan menunggu Nindya berdandan memilih duduk di kasur dengan wajah lemas.
“Kenapa kamu?” Tanya Nindya.
“Boleh nggak sih kita pindah hotel aja? aku bayarin deh!” Ucap Mikayla. “Baru pertama kali aku tidur di hotel sekecil ini. Biasanya selalu di presidential suite”
Gerakan Nindya yang sedang mengoleskan lipsticknya sontak terhenti. “Nggak kaget sih, namanya juga horang kaya.” Ia kemudian mengulum bibirnya dan tersenyum melihat make-upnya yang sudah rapi. “Tapi kamu jelas nggak boleh pindah hotel. Mau dicurigai sebagai pramugari gadungan?”
“Kan memang kenyataannya begitu.” Cibir Mikayla, kemudian ia merengek kesal. “Aaaa, kakek… aku ingin berhenti dari penyamaran ini!”
Nindya hanya tertawa melihat rengekan cucu pemilik Akasha Airlines itu. Sampai kemudian keributan di kamar terhenti sejenak saat bel pintu kamar mereka berdenting.
“Siapa tuh?” Tanya Nindya sambil menatap Mikayla. “Sana bukain.”
Mikayla mengerucutkan bibirnya, menjadi pramugari membuatnya sering disuruh-suruh orang, bahkan disuruh oleh Nindya yang notabene menjadi pengawasnya selama menjadi pramugari. Tapi Mikayla juga tak membantah, ia melangkah kearah pintu dan membukanya.
“Mikayla?” Ada seorang pramugari yang kemudian menyodorkan sebuah amplop padanya. “Dari Captain Zeev.” Kemudian pramugari itu tersenyum menggoda. “Kamu wanita yang beruntung.”
“Hah?” Ketika Mikayla hendak bertanya secara lebih langsung, pramugari yang mengantarkan amplop itu sudah berlalu terlebih dahulu.
“Ada apa?” Tanya Nindya menghampiri Mikayla. Saat Nindya melihat amplop ditangan Mikayla, ia sontak terkesiap dan menarik amplop itu. “Ini dari siapa?!”
“Dari… Captain Zeev?”
Lagi-lagi Nindya memekik. “Astaga, Mikayla! Mikayla! Kamu harus tahu—”
“Apasih?!” Mikayla merebut kembali amplop itu dan membuka isinya. Pada saat itu juga sebuah kalung dengan liontin berbentuk butiran salju yang dibaluri berlian terlihat sangat berkilauan di genggaman Mikayla.
Bahkan Mikayla sampai dibuat tercengang oleh keindahan kalung itu. Namun Nindya merusak keheningan sejenak di kamar dengan kembali terkesiap dan langsung memasangkan kalung pemberian Zeev ke leher Mikayla.
“Astaga, Mikayla! Cantik banget!” Pekik Nindya kesenangan.
Mikayla menatap kearah cermin, jemarinya menyentuh liontin itu dan menatap dirinya yang juga sudah bersip untuk pergi keluar. Sampai kemudian lagi-lagi Nindya terkesiap untuk kesekian kalinya.
“Kenapa lagi sih, Nin?” Tanya Mikayla kesal.
Tanpa kata-kata, Nindya mengangkat sebuah key card kamar hotel Zeev dan secarik kertas disana yang bertuliskan; spend the night with me?
“La, kamu pramugari yang dipilih oleh Captain Zeev.” Ungkap Nindya dan memberikannya tatapan nakal.
“Maksudnya?”
“Astaga, aku lupa kalau kamu pramugari baru.” Mimik wajah Nindya berubah menjadi serius. “Spend the night with me. Apalagi jika bukan ajakan untuk bercinta?”
Mikayla langsung terdiam menatap key card di tangan Nindya. Jadi, rumor mengenai pilot yang sering mengajak pramugari untuk berhubungan intim saat masih dalam pekerjaan itu benar adanya. Tanpa basa-basi, Mikayla mengambil key card itu dan melangkah keluar kamar.
“Yuhuuu! You go girl!” Teriak Nindya heboh menyemangati Mikayla tanpa tahu keinginan Mikayla yang sebenarnya.
Kamar nomor 902.
Mikayla langsung menuju kamar dimana Zeev berada. Tatapan matanya yang marah dan tersirat emosi sungguh sudah tidak bisa di sembunyikan lagi.
“Dasar keterlaluan! Mesumm! Berarti selama dia bersikap ketus padaku ternyata dia mau meniduriku, hah?!” Mikayla meremas surat dari Zeev dengan kesal. Lalu ia berhenti di depan kamar Zeev dengan penuh emosi.
Dada Mikayla bergerak naik turun mengatur napasnya yang berderu kesal. Sampai ia berhasil membuka pintu akses kamar dan bersamaan dengan itu juga Zeev keluar dari kamar mandi hanya bertelanjang dadaa dan dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Pada saat itu juga Mikayla langsung berteriak kencang dan tangannya melayang ke pipi Zeev. “Dasar pilot mesumm!”