Rey terlahir di Pulau Tarakan. Kenapa disebut pulau? Ya mungkin daerah ini dikelilingi oleh lautan. Daerah yang terkenal akan ikan asin tipisnya merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan Timur dulunya. Namun sekarang ia menjadi propinsi yang berdiri sendiri dengan gabungan beberapa kabupaten. Dan sekarang Rey telah menetap di Samarinda bersama keluarga besarnya. Banyak kenangan yang sangat sulit dilupakan semasa hidup di kota tersebut.
Masa SMA adalah masa-masa yang paling indah, setuju yah?! Semua pasti sangat setuju dengan jargon ini. Semua kejadian dari yang pahit, sedih dan manis, ada di SMA. Seandainya waktu bisa diulang lagi mungkin akan di manfaatkan sebaik-baiknya masa SMA itu. Tahun 1994, ya 26 tahun yang lalu, hari yang tak akan terlupakan. Pada masa itu Rey baru duduk di kelas 1 SMA.
Teng! Teng! Teng!
Bel sekolah telah berbunyi, tanda bahwa semua siswa harus kumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera hari itu.
Kebetulan hari itu adalah hari senin, harinya upacara bendera dan sekaligus hari yang ku benci karena harus berpanas panasan. Setelah semua siswa membentuk barisan sesuai kelasnya masing-masing, maka upacara tersebutpun di mulai. Semua berjalan seperti biasa upacara dilakukan. Mulai dari komandan laporan ke pemimpin upacara, petugas pembaca pancasila, petugas pembaca pembukaan UUD 45. Dan saat tiba giliran pimpinan upacara untuk pidato, mulai terjadilah hal hal yang membuat seluruh siswa pada histeris.
Dimulai dari kelompok kelas Rey 1-8, yang kebetulan posisi barisan siswa kelas kami berdiri posisinya berdekatan dengan toilet sekolah. Pasti kalian sudah tau kan kondisi toilet jaman SMA dulu, terutama toilet khusus cowok, kondisinya begitu kotor, pesing, penuh coretan unfaedah dan sangat jorok, dah lumrah lah jadi jangan harap bisa dapat pemandangan toilet yang bersih dan wangi, kecuali sekolah berkelas sultan atau toilet khusus guru dan stafnya. Dan kebetulan juga infonya dari kakak kelas waktu itu, di toilet adalah tempat paling angker di sekolah. Informasi ini sudah menjadi turun temurun setiap tahunnya, seakan menjadi momok buat siswa baru.
Kembali ke kelompok kelas tadi. Di kelas itu ada salah satu siswa yang paling lemah bulu atau bahasa lainnya orang yang mudah atau sensitif dengan makhluk astral. Dia seorang gadis, namanya sebut saja Weni. Si Weni ini terkenal siswa yang paling sering siup atau tak sadarkan diri jika sudah ada yang merasuk ke dalam tubuhnya. Penyebabnya pun tak jelas, hanya pihak keluarganya saja yang tahu kenapa ia sering mudah jatuh tak sadarkan diri.
Saat pimpinan upacara lagi pidato, tiba tiba si Weni semaput. Untung saja ada siswa lain yang melihat gelagat si Weni ini yang mau siup tadi, maka begitu dia mulai tak sadarkan diri teman yang lain langsung sigap memegangnya, jadi si Weni tidak sempat terjatuh ke lantai yang keras. Setelah itu, karena sudah kebiasaan setiap ada yang sakit atau siup saat upacara, pasti korban akan dibawa ke ruang Unit Kegiatan Sekolah (UKS). Kebetulan pula ruang UKS ini letaknya berdekatan juga dengan toilet yang angker tersebut.
Begitu gadis tersebut tak sadarkan diri, siswa yang lain langsung membopong Weni ke ruang UKS. Harus beberapa orang atau minimal 4 orang yang membawanya ke ruang UKS, karena badannya lumayan besar dan cukup berat. Begitu tiba di ruangan tersebut, si Weni dibaringkan di kasur UKS yang sangat sederhana. Teman si Weni yang kebetulan biasanya duduk sebangku dengannya turut hadir menemani di UKS. Baru saja temannya mau memberi minyak angin, tiba tiba Weni bereaksi, ia langsung terbangun dengan mata melotot agak merah, di tambah lagi rambutnya yang acak acakan sewaktu siup tadi. Siswa yang lagi menemani si Weni terkejut bukan kepalang melihat reaksi temannya dan langsung bersiap siap berlari. Belum lagi siswa lain yang kebetulan juga ada disitu.
“KENAPA AKU DIBAWA KESINI!!” dengan suara agak serak ia berteriak keras. Siswa lain yang mendengar suara Weni langsung berhamburan keluar dari ruangan UKS, melarikan diri dengan menjerit histeris dan berusaha menyelamatkan diri seolah olah sekolah lagi di serang bubuhan Thanos.
Setelah di pastikan si Weni kerasukan, satu persatu siswa kelas yang lain termasuk kakak kelas 2 dan 3 juga mulai tumbang berjatuhan. Ada juga beberapa siswa yang teriak histeris tak jelas, menangis tersedu sedu dan bertingkah aneh. Dan kebetulan semua korbannya adalah siswa cewek. Tapi sayang korbannya tidak ada satupun yang cantik, andai saja para demit bisa menghinggapi yang cantik pasti Rey yang duluan menghadapinya. Si Weni yang tadinya di kasur UKS, kemudian berdiri dan keluar dari ruangan tersebut, sambil melototi siswa siswa yang berada didekatnya. Entah apa yang sedang di carinya.
Siswa siswa yang dipelototi tadi langsung pada kabur menjauh dan menjerit histeris. Weni lalu melangkah menuju ke toilet siswa cowok tadi dengan mata tetap melotot dan merah serta rambut yang acak acakan. Sementara si Weni sedang menuju ke toilet, siswa lain yang mulai berjatuhan tadi semakin bertambah banyak. Pihak sekolah mulai terlihat panik menghadapi situasi demikian.
Pimpinan upacara melihat situasi yang sudah tidak kondusif akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri upacara lebih cepat dan dibubarkan saat itu juga. Setelah dibubarkan, siswapun di minta untuk tenang dan kembali ke kelas masing masing. Sampai di kelas, semua siswa terlihat begitu tegang, terutama siswa cewek ada kekhawatiran dari raut wajah mereka. Apalagi ini adalah pengalaman mereka menghadapi kerasukan masal di sekolah.
Belum lagi terdengar suara jeritan seperti bersahut sahutan di setiap kelas. Pihak sekolah juga sudah bertambah kebingungan, mereka pikir setelah dibubarkan upacara tadi, situasi bisa dikendalikan, ternyata malah makin bertambah spooky. Siswa siswa yang pada siup tadi sebagian di bawa ke mushola sekolah karena ruangan UKS yang sudah tidak mampu lagi menampung banyaknya siswa yang siup tadi.
Semua siswa saling membantu teman teman yang tidak sadarkan diri tadi. Di mushola juga terlihat ada beberapa siswa yang sibuk mencoba menyadarkan temannya, ada juga yang terlihat sedang membacakan surah-surah Quran yang mereka tahu, namun ada juga guru agama kami yang membantu menyadarkan siswa yang kesurupan, bahkan ada juga kejadian yang terlihat konyol, yaitu salah satu siswa cowok yang bingung mau menyadarkan temannya tapi ga tau harus bagaimana caranya.
Dengan sedikit konyol cowok tadi mengambil sajadah yang ada di mushola. Sejurus kemudian sajadah tadi di tutupkan ke siswa yang tidak sadarkan tadi. Alhasil cara tersebut bukan hanya menyadarkan, tentu saja siswa yang siup tadi langsung tersadar karena nafasnya tertahan oleh sajadah tadi. Mungkin harapannya sajadah itu sakti bisa menyadarkan orang yang lagi kerasukan.
Kembali ke situasi di kelas Rey. Untuk menghilangkan ketegangan situasi, siswa yang cowok mulai berbuat ulah, ngobrol dan bercanda, hingga suasana kelas dibuat rusuh. Karena tak ada satupun guru yang muncul untuk mulai mengajar. Mungkin mereka lagi pada rembukan untuk mengatasi situasi horror di sekolah ini. Ketika berhasil membuat situasi di kelas ramai, tiba tiba ada seseorang yang masuk dengan berteriak teriak.
“SIAPA TADI YANG MENGOLOK-OLOK??”
Ternyata sosok yang berteriak itu si Weni yang lagi belum sadar dari kesurupan tadi. Tetap dengan mata melotot kemerahan dan rambut yang acak acakan. Pertanyaan Weni yang kesurupan tadi tak ada satupun siswa yang berani menjawab. Siswa yang mucil (nakal) sekalipun tak ada yang berani menjawab pertanyaan tersebut. Semua terdiam ketakutan namun masih ada yang cengangas cengengesan di kelas itu..
Kembali berjalan si Weni ke arah meja seorang siswa cewek. Lalu dia menghardik lagi dengan pertanyaan yang sama “SIAPA TADI YANG MENGOLOK-OLOK AKU??”
Siswa cewek yang didatangi tadi hanya menjawab dengan nada gemetar ketakutan “bukan aku … ” hampir saja cewek ini menangis karena mungkin saking takutnya ia. Setelah tak mendapat jawaban yang memuaskan, kembali si Weni yang kesurupan keluar kelas menuju ke toilet cowok tadi.
Beberapa menit kemudian, dari pihak kantor sekolah terdengar lonceng sekolah berbunyi berkali kali sambil guru guru pada ke kelas untuk menyuruh kami segera pulang ke rumah.
"Ayo ayo semuanya langsung pulang ke rumah, jangan pada keluyuran nanti ya, harus langsung pulang ke rumah!"
Rupanya pihak sekolah tidak mau mengambil resiko yang lebih besar bila terjadi sesuatu yang lebih gawat lagi. Maka hari itu siswa dipulangkan lebih cepat dari hari biasanya. Setelah seluruh siswa di pulangkan, kecuali siswa siswa yang masih kesurupan disuruh menunggu pihak keluarga untuk menjemput mereka. Tak lama datanglah seorang ustad yang memang sengaja di hadirkan pihak sekolah. Mungkin tujuan nya untuk menyelesaikan masalah disekolah ini.
Sang ustad yang telah hadir langsung menemui si Weni, karena menurut ustad tersebut, sumbernya dari si Weni ini. Maka setelah menemui keberadaan Weni yang lagi di toilet cowok, terjadilah sedikit obrolan antara sang ustad dengan Weni. Ternyata demit yang ada di tubuh Weni merasa terganggu, karena kuburannya ada di sekolahan itu dan sering di buat kotor oleh siswa-siswa cowok yang nakal.
Sang ustad pun minta maaf dan meminta si demit agar pindah dan tidak mengganggu siswa-siswa sekolah. Setelah terjadi perdebatan karena sang demit enggan keluar, akhirnya dengan sedikit keras sang ustad memaksa si demit untuk pergi selama lamanya. Alhamdulillah, si Weni pun tersadar dari kesurupannya. Lalu ia dibawa ke mushola dimana ada siswa-siswa yang masih belum sadarkan diri juga. Setelah selesai dengan Weni, sang ustad mulai menyadarkan satu persatu siswa yang lain. Dan akhirnya seluruh siswapun tersadar.
Keesokan harinya, situasi sudah kembali kondusif. Seluruh siswa belajar seperti biasa. Semua siswa dikelas Rey hadir kecuali si Weni, mungkin karena ia kelelahan dengan kejadian kemarin. Gundukan yang ada dekat WC yang dikatakan si demit berasal sudah di rapikan sekolah. Tak ada lagi kejadian itu. Padahal siswa cowok terutama yang mucil berharap kalau bisa kejadian begitu bisa tiap hari terjadi hehehe … agar bisa pulang lebih cepat dan tak perlu belajar, karena mereka memang doyan bolos.
Begitulah sekelumit kisah Rey sang PK. Terakhir ketemu dengan Weni setahun yang lalu, entah dia masih lemah bulu apa tidak. Si Weni juga kebetulan sekarang menetap di kota yang sama dengan Rey yaitu di kota Samarinda. Sudah banyak yang berubah, sudah menggunakan hijab juga dan memiliki keluarga. Ya harapannya semoga Weni tidak kumat lagi ya … hehehe.
Kita memang tercipta lebih mulia dari malaikat, jin, setan dan golongannya, serta hewan dan lain lain. Namun bukan berarti kita bisa dengan seenaknya atau memandang rendah ‘mereka’. Karena mereka juga ciptaan Allah SWT. Yang tampak baik belum tentu baik begitu pula yang jelek belum tentu buruk.