Si Kacong ini memang kurang berminat dengan namanya cewek, bisa jadi karena dia kurang percaya diri atau merasa optimis akan di tolak para gadis. “Rey kamu coba turun tanya tuh cewek, dimana rumah Pak Dul” pinta si Kacong. “Asemmm, lha koe ki sak jane ngerti po ora to, jerene wes tau mrene Cong, lha po kene tekok wong lek wes ngerti omahe cuk!! ” dengan sedikit terkejut aku menyahuti.
Rupanya kacong lupa alamat beliau. “Pantesan dari tadi kita muter-muter ga jelas, rupanya koe lupa Cong, jancuk tenan koe Cong…” sungutku. “Hehehe, maklum Rey, aku paling lemah kalau suruh hapalan, kecuali pemeran bokep macam Miyabi, Asia Carera atau artis sexi lainnya diluar kepala semua itu Rey, hehehe…” sambil cengengesan.
“Maaf mba, tau rumah Pak Dul?” tanyaku sambil kulihatkan senyum teramat manis ku. Ku lihat seklias si Kacong di mobil hanya senyam senyum melihat tingkahku. “Itu lho Pak Dul yang katanya ‘orang pintar’ yang bisa mengobati orang…”
Gadis itu langsung connect begitu ku sebut nama dan ciri-ciri orang yang kami cari. Setelah diberikan petunjuk, aku tidak mensia-siakan kesempatan. Aku langsung berkenalan dengan menanyakan nama gadis itu. Sayang, karena berburu waktu, aku tidak sempat mengenal gadis itu lebih jauh, aku pun tak mendapatkan nomor telepon atau alamat rumahnya. Padahal aku yakin gadis itu masih ori banget di banding mantan mantanku yang dulu.
Setelah melalui jalan yang berliku-liku, akhirnya kami tiba di depan sebuah rumah. Kami disambut oleh seorang pria paruh baya dengan ramah. Orangnya sederhana, tidak tampak seperti seorang dukun yang di film-film selama ini ku tonton, wajah seram, pakaian serba hitam, rambut gondrong plus gigi yang hitam dan bau.
Dirumahnya pun tidak tampak kesan menyeramkan,tidak ada kepala tengkorak manusia, tengkorak binatang, tempat bakar dupa dan menyan. Hampir sama dengan rumah-rumah orang biasa. Si Kacong yang maju duluan, karena memang dia yang pernah ketemu orang tersebut. Dengan penuh percaya diri si Kacong sok akrab dengan orang tersebut.
Sementara aku hanya memandang dari jauh dari luar mobil sambil membakar sebatang rokok. Feelingku sudah kurang nyaman melihat tingkah laku si Kacong sahabat koplak satu ini.
Setelah si Kacong mengutarakan niatnya, beliau langsung terkejut dengan jawaban orang itu. “Maaf dik, saya bukan Pak Dul yang adik maksud, kalau Pak Dul yang dimaksud itu rumahnya paling ujung” kata bapak itu sambil menunjuk ke arah ujung gang. Aku langsung menahan ketawa, melihat si Kacong salah tingkah karena salah sasaran.
Begitu dalam mobil aku langsung tertawa lepas, dan si kacong dengan muka kecut memaki-maki dirinya sendiri dengan logat khas maduranya. “Untung bukan aku yang maju duluan ya cong, kalau tidak malu-ku bisa berkurang dong … huahahaha” tawaku puas menimpali si Kacong.
“Djancukkkkk kon…” maki si Kacong. Pantes saja dirumahnya tidak ada sarana perdukunan, rupanya kami salah alamat. Jika saja anak anak kos tau bisa jadi viral nih, batin si Rey.
“Assalammualaikum…” teriak kami dari luar rumah.
“Waalaikumsalam, sinten nggih?” terdengar jawaban seorang lelaki dari dalam rumah.
Setibanya di rumah itu, hawa yang kurasakan disekujur tubuhku berubah. Semua bulu di badanku mendadak meremang semua. Aroma dupa yang begitu menyengat di hidung sangat terasa kental mistisnya. Belum lagi suasana di sekeliling rumah itu, tampak seperti di keliling asap.
Sementara si Kacong sepertinya tidak merasakan apa-apa, karena ku lihat dia hanya cengengesan, mungkin masih terbayang kejadian salah alamat tadi. Singkat cerita setelah menemui Pak Dul, kami berdua sedikit mendapat titik terang mengenai sahabatku si Edo.Setali tiga uang dengan Ahmad dulu, hanya saja kali ini Edo terkena pelet dari Sofie. Ditambah lagi dengan kelemahan si Edo yang mudah tunduk pada wanita, ikut menambah pengaruh pellet tersebut.
Pak Dul hanya minta foto Sofie, karena itu satu-satunya media yang akan dikerjakan Pak Dul. Kebetulan si Kacong sudah persiapkan foto tersebut. Aku sedikit terkejut, darimana si Kacong dapat foto Sofie dengan pose yang begitu menantang. “Cong ada copynya ga foto itu?” bisikku pelan. Kacong hanya jawab dengan senyumannya yang ga ada manis manisnya malah terkesan mengerikan.
Pak Dul pun ikut terkejut dengan foto tersebut. “Wah kalau begini mah saya juga doyan nak …” kelakar Pak Dul. Aku dan kacong langsung tertawa kecil. Gile juga nih dukun bisa tau yang namanya barang bagus.
Sebenarnya aku tidak heran juga dengan kelakuan si Kacong, karena di kos Kacong terkenal maniak bokep (Film Porno). Segala yang berbau porno dia sangat doyan. Sebenarnya normal sih jika cowok begitu, namun jadi abnormal jika terlalu berlebihan ya sob.
Si Pak Dul setelah melihat foto tadi langsung mencoba konsentrasi. Sekejap ia pejam, beberapa detik kemudian ia melek. Rey yang melihat tingkah si mbah sebenarnya hendak ketawa. Namun ia takut Pak Dul ngamuk nantinya. Pikiran Rey saat itu pasti si duku lagi berimajinasi dengan kemolekan orang yang ada di foto tersebut, si Sofie.
Kacong dan Rey tak sedikitpun berani bertanya mengenai tingkah si dukun. Mereka hanya saling lempar pandangan, dan terlihat si Kacong tertawa kecil dan ikut menahan tawanya.
Setelah beberapa saat si mbah bersemedi, ia pun menaruh bunga di dalam air yang sudah disiapkan. Tak lupa Pak Dul memberi sesuatu seperti minyak dalam air yang sudah di campur bunga tadi. Air tadi lalu di aduk dengan tangan si dukun, sambil mulutnya terus komat kamit tak jelas.
Kondisi badan Rey yang meremang tak lagi ia pedulikan. Apalagi melihat reaksi Kacong yang turut merem melek seperti menikmati ritual si mbah. Padahal ritual tersebut sangat tidak nyaman nuansanya, belum lagi aroma dupa yang di timbulkan.
Perlahan suasana dalam ruangan itu berubah drastis, semakin tidak nyaman, panas dan pengap. Tapi Kacong terlihat biasa saja, ia seperti mati rasa atau terpengaruh ritual si mbah entahlah. Setelah itu si dukun meminum air tadi dan kembali komat kamit merapalkan mantranya. Terlihat mulutnya yang gembung terisi air.
BLURRRRRRR … BLURRRRRR …
Dalam sekejap Kacong dan Rey sangat terkejut dengan tindakan Pak Dul. Tanpa permisi ia langsung main sembur ke arah kami. Aku yang tersadar sedari tadi masih beruntung sempat menghindar walau terkena sedikit percikannya. Baru kena percikan saja aroma sudah terasa hingga menusuk hidung ku.
Lalu bagaimana dengan sobatku Kacong? Wajah dan baju Ripcurl nya basah kuyup. Ia hanya bisa pasrah dengan tindakan si duku. Aku yang mendapat reaksi seperti itu ingin segera bertanya, tapi tangan si Kacong berusaha menahan tindakanku. Rasa kesal mendapat semburan tersebut di tambah aroma busuk yang berasal dari mulut si dukun membuat Rey jadi skeptis.
Sejam setelah Pak Dul menjalankan ritualnya kami sempat lakukan obrolan ringan. Lalu tak berapa lama kami langsung pamitan untuk pulang. Karena takut larut malam sampai di kos. Tak lupa kami pun memberi tali asih sekedarnya. Kami juga telah di bekali oleh Pak Dul sebuah benda dan sebotol air yang telah di jampi-jampi oleh beliau.
Sempat Rey dan Kacong mengungkapkan keinginannya untuk meminta sedikit pellet dari si dukun. Tapi sayang syarat dan mahan yang di minta cukup berat bagi kami yang hanya seorang mahasiswa saat itu. Alhasil rencana kami untuk mendapatkan cewek dengan mudah melalui pellet gagal hari itu.
Tapi aku tak putus asa, banyak jalan menuju Roma. Suatu hari aku pasti bisa dapat ilmu tersebut, batin Rey.