Lulus Dengan Nilai Terbaik

1029 Kata
“ Baiklah aku mau hanya traktir kamu dan kawan-kawan kamu makan, nggak lebih dari itu. Jika menyontek pada saat ulangan jangan harap aku akan memberikannya,” tawar aku kepada Toni and the genks. “ Ok Baiklah deal,” ucap Toni sambil mengulurkan tangannya. “ Ok deal,” ucapku sambil membalas uluran tangannya. Aku senang akhirnya Toni and the genks, mau aku bujuk untuk ke sekolah. Besok kami akan ke sekolah bersama-sama. Aku dan Toni sangat bahagia, kami sangat senang sekali. Karena ia dan kawan-kawannya. Walaupun sikap Toni dan genksnya masih belum berubah, walaupun mereka sekarang tidak berubah. Masih suka menghina, menghardikku. Tetapi untuk masalah dia memukulku sudah mulai berkurang, Toni sekarang bahkan sekarang mengajakku untuk pergi ke sesuatu tempat. Toni mengajakku, untuk pergi ke tempat wisata yang bagus dan baik. Ketika kami berlibur. Semoga saja, kelak mimpi dan asa cita-cita kami dapat berwujud. Toni semoga saja, dapat mewujudkan cita-citanya. Aku baru saja, menyelesaikan ujian fisika, kimia dan biologi. Semoga saja hasilnya bagus. Ujian Negara sudah aku lalui, sekarang tinggal menanti ujian sekolah. Setelah selesai ujian sekolah, aku akan pergi mengunjungi tempat wisata yang bagus bersama Bagus. Aku dan Bagus berangkat bersama, kami ke pantai bersama dengan mengayuh sepeda kami masing-masing. “ Kamu nggak mau menaiki mobil mewahmu?” tanya Bagus kepadaku. “ Mobil mewah apa?” tanyaku balik. Padahal aku tau, yang di maksud mobil mewah adalah pasti mobil yang Bagus maksud adalah mobil lamborgini. Tetapi aku pura-pura nggak tau, mau banget aku menaiki mobil lamborgini mewah pemberian Papi dan Mami angkatku. Tetapi apalah daya, aku ingin mengendarainya ketika aku sedang sukses. Ketika aku sudah kaya dan memiliki harta. Karena aku malu, jika aku saja masih susah. Sudah mengendarai mobil lamborgini mewahku. Karena mengendarai mobil mewah lamborgini aku bukan menjadi ajang pamer karena kemewahan. Tetapi aku nggak mau seperti itu, aku mau mengendarainya ketika kami sukses. ‘ Hay! Kok kamu melamun Adrian, aku tanya juga? Masa kamu pura-pura nggak tau. Mobil mewah apa yang aku maksud, tentu saja mobil mewahmu. Mobil lamborgini kamu,” ungkap Bagus sambil tersenyum. “ Nanti jika aku sukses, aku akan menaiki mobil lamborginiku. Untungnya aku ada sepeda toh lebih sehat naik sepeda,” ucapku sambil tersenyum. Aku lulus dengan nilai terbaik, Ayah dan Ibu serta Mami dan Papiku mengadakan syukuran di rumah dengan mengundang anak yatim piatu. Tante Cindy datang dengan memarahi kedua orang tuaku. Ia marah karena nggak di undang. Padahal dia adalah saudara. Bahkan Tante Cindy, sangat kecewa karena ia adalah saudara seharusnya lebih di pentingkan. “ Bagus iya Mbak dan Mas, saya nggak di undang. Padahal saya adalah adik Mas,” keluh Tante Cindy masih dengan ngedumel. “ Mbak kan sudah undang kamu, melalui asisten rumah tangga kamu. Tetapi mereka bilang kamu sibuk kemungkinan nggak datang,” ucap Ibuku sambil tersenyum. “ Masa Mbak mereka berkata seperti itu, Mbak nggak bohong kan. Apa mbak sengaja nggak mau mengundang aku,” ucap Tante Cindy sambil memanyunkan bibirnya. “ Sumpah Cindy, mbak nggak bohong. Untuk apa bohong toh nggak ada ruginya untuk mbak,” ungkap Ibu sambil tersenyum. “ Mbak jangan bohong, miskin saja belagu dan banyak tingkah. Ya sudah kalau begitu aku permisi,” ucap Tante Cindy dengan penuh emosi. Tanpa sadar, aku jadi emosi dan terpancing untuk melawan Tante Cindy yang telah kurang ajar karena sudah menghina dan menyakiti perasaan Ibuku. “ Maaf Tante Cindy, kami memang miskin kalau dari harta. Tetapi kami tidak miskin untuk dari segi kekeluargaan,” ejekku sambil tersenyum nyinyir. Ibu memelukku, Ibu memintaku bersabar untuk menghadapi sikap dan tingkah laku Tante Cindy. Karena Tante Cindy memanglah memiliki sikap dan tabiat seperti itu. Jadi Ibu memintaku, untuk memakluminya. “ Adrian kamu maafkan iya Tantemu, jangan pendendam iya nak. Itu sama sekali nggak baik,” ucap Ibu sambil tersenyum menasihatiku. “ Iya Ibu aku tidak akan pendendam,” ucapku sambil tersenyum. “ Tabiat dan sikap Tantemu memang seperti itu bahkan dari dulu, Ibu harap kamu memakluminya. Jangan pendendam iya nak,” ucap Ibu menasihatiku. “ Iya Ibu, aku janji nggak akan dendam. Tetapi aku akan membalas perbuatan mereka dengan cara lain,” ungkapku sambil tersenyum. “ Dengan cara lain apa nak?” tanya Ibu dengan sangat penasaran. “ Cara lain dengan menunjukkan berbagai macam prestasi yang aku miliki, aku akan membuktikannya dengan menjadi orang sukses. Aku ingin menjadi prajurit TNI AL yang berbakat, aku akan mendaftar ke Surabaya Ibu,” ucapku dengan semangat membara. “ Kalau dengan cara seperti itu, Ibu sangat setuju nak. Kamu yang semangat nak, Ibu bangga dengan kamu nak,” ucap Ibu sambil mengacungkan jempolnya. “ Papi transfer iya untuk ongkos kamu selama pendidikan, jika lolos kamu sekolah militer. Mengenai biaya kamu nggak perlu khawatir,” ungkap Papi sambil tersenyum. “ Terima kasih banyak Pi,” ucapku sambil tersenyum. “ Pap apa ini nggak kebanyakan?” protesku sambil menanyakan kepada Papi. “ Apanya yang kebanyakan nak?” tanya Papi kepadaku. Uang yang Papi transfer,” jawabku singkat. “ Hanya seratus lima puluh juta nak,” ucap Papi sambil tersenyum. “ Itu mah nggak banyak nak, Mami tambah lagi menjadi lima puluh juta. Jangan menolak,” ucap Mami sambil tersenyum. “ Terima kasih banyak Mam, terima kasih banyak Pap. Aku sungguh sangat berterima kasih,” ungkapku sambil tersenyum. Setelah acara selamatan selesai, aku kini bersiap-siap untuk melakukan pendaftaran untuk menjadi siswa Taruna TNI AL. Aku berlatih berenang dan berolahraga, aku berlari dan berjalan sebanyak sepuluh ribu kilo. Aku berenang dan berlatih. Aku berlatih pushup, situp dan skor jam. Sebanyak-banyaknya. Semoga aku dapat mewujudkan cita-cita asa dan mimpiku, aku ingin lolos sebagai calon siswa Taruna TNI AL. “ Sudah tidur nak, kamu bukannya tidur malahan belajar terus nak. Tidur nak besok kan kamu mau mendaftar,” titah Ibu sambil tersenyum. “ Iya Ibu, aku akan menuruti Ibu. Tetapi izinkan aku belajar hanya sebentar Ibu,” ucapku sambil tersenyum. “ Baiklah nak, kalau begitu Ibu ke kamar dulu iya nak. Selamat malam nak,”ucap Ibu sambil tersenyum. " Selamat malam Ibu," ucapku sambil tersenyum. Setelah Ibu masuk ke kamar, aku segera tertidur. Karena besok aku akan mendaftar sebagai calon siswa Taruna TNI AL. Aku terbangun sekitar jam empat pagi, aku segera mandi. Setelah rapih, aku meminum teh. Ketika aku sarapan pagi, tiba-tiba sambal mengotori kemejaku. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN