Tatkala Tiara istriku mengeluarkan keringat, dia sangat kejang-kejang.
Aku langsung bergegas, segera membawanya ke rumah sakit. Untungnya Tiara nggak apa-apa, aku sungguh sangat khawatir sekali.
"Aku sungguh sangat khawatir sayang, aku sangat takut sekali. Kamu kenapa-kenapa sayang," ucapku dengan menatap Tiara dengan sangat lekat sekali.
"Iya mas, untungnya aku nggak apa-apa. Aku merasakan kedinginan sekali," ucap Tiara dengan tersenyum.
Setelah selesai urusan di rumah sakit, aku membawa Tiara untuk segera pulang.
Karena besok aku harus pergi ke Semarang, aku akan mengunjungi anak-anak-anakku baik anak Marinir maupupun anak POLISI MILITER ANGKATAN LAUT.
"ที่รัก มันดึกแล้ว เรากำลังนอน yugh! ฉันขอให้คุณฝันหวานฉันรักคุณ Tiara ภรรยาของฉัน ฉันจะหวงแหนและรักคุณเสมอ
Thī̀rạk mạn dụk læ̂w reā kảlạng nxn yugh! C̄hạn k̄hx h̄ı̂ khuṇ f̄ạn h̄wān c̄hạn rạk khuṇ Tiara p̣hrryā k̄hxng c̄hạn c̄hạn ca h̄wngh̄æn læa rạk khuṇ s̄emx," ucapku dengan mengecup kening Tiara.
(Sayang sudah malam, kita tidur yugh! Semoga kamu mimpi indah, aku sayang kamu istriku Tiara. Aku akan selalu sayang dan cinta kepada kamu,)
"ใช่สามีที่รักของฉัน ราตรีสวัสดิ์ ขอให้คุณฝันดี
Chı̀ s̄āmī thī̀rạk k̄hxng c̄hạn rātrī s̄wạs̄di̒ k̄hx h̄ı̂ khuṇ f̄ạn dī," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Iya suamiku sayang, selamat malam. Semoga kamu mimpi indah,)
Setelah aku mengecup bibir Tiara sekilas, aku akhirnya tertideur dengan sangat pulasnya.
Aku terbangun sekitar jam empat pagi, aku segera mandi. Aku dan istriku mandi bersama dan saling menggoda satu sama lain.
"Ya ampun sayangku, kau terliha sangat cantik sekali. Kau sungguh menggoda," godaku dengan tersenyum.
"Ya ampun suamiku ini, dasar lelaki gombal dan buaya. Jangan jadi buaya darat sayang, aku nggak suka sayang. Tolong jangan buaya sayang," ungkap Tiara dengan mencibit pipiku.
Tiara dan aku nggalk bisa lama saling menggoda, karena kami sangat sibuk sekali. Rupanya Tiara sudah rapih, mengenakan seragam Jalasenatri. Tiara sangat anggun sekali, sungguh sanggat menggoda sekali.
"ที่รัก คุณอยากไปเซมารังกับฉันไหม ถ้าคุณเข้มแข็ง มากับฉันที่เซมารัง!
Thī̀rạk khuṇ xyāk pị se mā rạng kạb c̄hạn h̄ịm t̄ĥā khuṇ k̄hêmk̄hæ̆ng mā kạb c̄hạn thī̀ se mā rạng!," ajakku dengan tersenyum.
(Sayang kamu mau ikut aku ke Semarang? Jika kamu sudah kuat ayo ikut aku ke Semarang!)
"ครับท่าน ผมจะไปเซมารัง ในฐานะภรรยาฉันจะไปกับคุณเสมอ
Khrạb th̀ān p̄hm ca pị se mā rạng nı ṭ̄hāna p̣hrryā c̄hạn ca pị kạb khuṇ s̄emx," ungkap Tiara dengan tersenyum.
(Iya mas, aku ikut ke Semarang. Sebagai seorang istri aku akan tetap menemani kamu,)
Aku berpamitan kepada anak-anakku, kepada ke empat anak-anakku. Aku meminta Debora menjaga adik-adiknya selama aku nggak ada.
"เดโบราห์ ลูกสาวที่รักของฉัน อยากช่วยดูแลน้องสาวคุณ ใช่ ที่รัก ในขณะที่เราไม่อยู่
De bo rāh̄̒ lūks̄āw thī̀rạk k̄hxng c̄hạn xyāk ch̀wy dūlæ n̂xng s̄āw khuṇ chı̀ thī̀rạk nı k̄hṇa thī̀ reā mị̀ xyū̀" titahku dengan tersenyum.
(Debora putriku sayang, nak tolong jaga adik kamu iya sayang. Selama kami pergi,)
"โอเค ป๊า ป๊าไม่ต้องเป็นห่วง เดโบราห์จะดูแลน้องสาวอย่างแน่นอน
Xokhe ṕā ṕā mị̀ t̂xng pĕn h̄̀wng de bo rāh̄̒ ca dūlæ n̂xng s̄āw xỳāng næ̀nxn," ungkapku dengan tersenyum.
(Baik Papa, papa nggak perlu risau dan khawatir. Pasti Debora akan menjaga adik,)
"Ok anak-anakku, kalau begitu Papa dan Mama pergi dulu iya nak. Kami mau pergi dulu," ucapku dengan tersenyum.
Aku dan Tiara istriku, segera berangkat menuju Semarang. Setibanya di Semarang kami langsung mampir. Kami langsung makan Nasi Goreng Spesial.
"Люба, як довго ми тут? Три дні так? Або як довго?
Lyuba, yak dovho my tut? Try dni tak? Abo yak dovho?" tanya Tiara dengan menatap aku.
(Sayang kita berapa lama di sini? Tiga hari kan? Atau berapa lama? )
"Kita tiga hari di Semarang, tiga hari di Surabaya dan tiga hari di Jogjakarta. Apakah kau setuju sayang?" tanya Debora memberikan usul.
"Ok sayang, aku setuju. Terus bulan selanjutnya kita mau ke mana?" tanya Tiara dengan sangat penasaran sekali.
"Так, любий, ми повинні поїсти першими. Після того, як ми закінчимо їсти, ми знову поговоримо. Пізніше боїться вдавитися, милий,
Tak, lyubyy, my povynni poyisty pershymy. Pislya toho, yak my zakinchymo yisty, my znovu pohovorymo. Piznishe boyitʹsya vdavytysya, mylyy," titahku dengan tersenyum.
(Yasudah sayang, sebaiknya kita makan dulu saja. Setelah selesai makan, kita bicarakan lagi. Nanti takut tersendak sayang,)
"Добре любий, давайте просто поїмо. Вибач, любий за мою необережність,
Dobre lyubyy, davayte prosto poyimo. Vybach, lyubyy za moyu neoberezhnistʹ," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Baiklah sayang, kita makan saja. Maaf iya sayang akan kecerobohanku,)
Setelah selesai makan, aku dan Tiara melanjutkan makan kami. Setelah selesai kami makan. Aku dan Tiara kini sedang menikmati perjalanan dengan mengendarai angkotan umum. Kami langsung menuju ke Markas Marinir yang ada di Semarang.
Aku dan Tiara, langsung di sambut dengan sangat hangatnya dengan proses Pedang pora. Aku dan Tiara mengenakan kalung bungga.
"Соромно вітати нас обох, справді дуже жваво. Я такий щасливий,
Soromno vitaty nas obokh, spravdi duzhe zhvavo. YA takyy shchaslyvyy," ungkap Tiara dengan tersenyum.
(Sayang penyambutan untuk kita berdua, sungguh sangat meriah sekali. Aku sangat bahagia sekali,)
"Так, шановні, згодом ви допоможете дамам, так, я підійду і попрошу одиноких солдатів і одружених солдатів. Я також запитаю видатних воїнів,
Tak, shanovni, z·hodom vy dopomozhete damam, tak, ya pidiydu i poproshu odynokykh soldativ i odruzhenykh soldativ. YA takozh zapytayu vydatnykh voyiniv," bisikku ke telinga Tiara.
(Iya sayang, nanti kamu bantu ibu-ibu iya, aku akan menghampiri dan bertanya kepada para prajurit bujang dan kepada prajurit yang sudah menikah. Aku juga akan bertanya kepada prajurit yang berprestasi,)
"Гаразд, любий, я буду більше знайомий з дітьми. Як добра мати Джаласенатрі,
Harazd, lyubyy, ya budu bilʹshe znayomyy z ditʹmy. Yak dobra maty Dzhalasenatri," ungkap Tiara dengan tersenyum.
(Baiklah sayang, aku akan lebih akrab lagi dengan anak-anak. Sebagai Ibu Jalasenatri yang baik,)
Aku menghampiri para prajurit, sebagai Bapak yang baik. Aku akan selalu mendoakan anak-anakku. Aku bertanya apa kesusahan dan keluhannya.
"Selamat Siang,' sapaku kepada salah satu prajurit di hadapanku ini.
"Mohon izin selamat siang," ucap salah satu prajuritku dengan tersenyum.
"Siapa nama kamu nak?" tanyaku dengan lebih mengakrabkan diri kepada anakku.
"Mohon izin Jenderal, nama saya adalah James. Salam kenal," ucap James dengan tersenyum.
'Baiklah James, apakah kau sudah berkeluaraga?" tanyaku dengan tersenyum ramahnya.
"Mohon izin Jenderal, saya sudah berkeluarga Jenderal. " jawab Jamews dengan tersenyum.
"Baiklah James, apa kendala kamu selama dinas di sini?" tanyaku dengan tersenyum.
"Mohon izin Jenderal, untuk saat ini belum ada kendala apa-apa. Saya dapat menghadapinya Jenderal," jawab James dengan sangat lantang dan penuh ketegasan.
Setelah puas berbincang dengan James, aku langsung menghampiri prajurit yang lain.
"Siapa nama kamu anak muda?" tanyaku dengan menepuk prajurit bertubuh jangkung tersebut.
"Mohon izin Jenderal, nama saya Rudi Jenderal.' jawab prajurit tersebut.
"Sekarang pangkat kamu apa?" tanyaku dengan tersenyum.
"Pangkat saya adalah Sersan dua Jenderal," jawab prajurit tersebut dengan sangat tegas dan lantang sekali.
"Apakah kamu memiliki kendala?" tanya aku dengan penuh ketegasan.
"Mohon Izin Komandan, senjata dan amunisi perlengkapan kurang. Apakah bisa di tambah?" tanya Rudi dengan penuh ketegasan.
"Ada lagi yang mau kamu sampaikan?" tanya aku dengan tersenyum.
"Mohon izin dan mohon maaf Jenderal, Remon kapan cair?" tanya prajurit tersebut dengan penuh ketegasan.
Bersambung.