"Sayang sudah malam ayo kita tidur, sudah malam. Besok aku masih libur. Nanti kamu aku ajak jalan-jalan sayang," ucapku dengan senyuman.
"Iya suamiku tersayang, aku mau berlibur menemani kamu sayang. Kemana pun kamu berada sayang," ucap Tiara dengan tersenyum.
Udara pagi yang sangat dingin, karena Kota Papua sedang di guyur hujan. Aku dan Tiara kini sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anak kami yang sangat kami sayangi dan cintai.
"Ayo sarapan sayang!" ajak Tiara dengan tersenyum.
"Ayo istriku," jawabku dengan tersenyum.
"dear you why? Why are you like that dear, don't be gloomy dear. Then your handsome is gone," goda aku kepada Tiara istriku.
(Sayang kamu kenapa? Kok kamu seperti itu sayang, jangan murung sayang. Nanti ganteng kamu hilang,)
"I'm worried and anxious, soon I have a year's assignment in France. I hope you are patient and wait for me to come back, I go for work and come home for love. Wait for me to come back baby," ungkapku dengan raut wajah bersedih.
(Aku khawatir dan cemas, sebentar lagi aku ada penugasan selama satu Tahun di Perancis. Aku harap kamu sabar dan menantiku kembali, aku pergi demi tugas dan pulang demi cinta. Tunggu aku kembali sayang,)
"Never mind dear, you do not hesitate and worry. I really miss you and love you, you don't worry I will always faithfully wait for you to come home. I'll be a while I'll be waiting," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Sudahlah sayang, kau jangan ragu dan risau. Aku sangat merindukanmu dan mencintaimu, kamu jangan khawatir aku akan selalu setia menunggu kembali untuk pulang. Lama kan aku nanti sebentar akan aku tunggu,)
"Mama en papa, de regen is gestopt. Wat dacht je ervan om naar een leuke en goede toeristische plek te gaan," ajak putriku Debora.
(Mama dan Papa, hujannya sudah reda. Bagaimana jika kita pergi ke tempat wisata yang bagus dan baik,)
"Ja Pa, terwijl de regen stopt, zullen we naar de dierentuin gaan? Terwijl ze Bayu en Brenda de soorten dieren leerden," usul Tiara istriku.
(Iya Pa, selagi hujannya berhenti kita pergi ke kebun binatang saja? Sembari mengajarkan jenis-jenis satwa kepada Bayu dan Brenda,)
"Ja mam, laten we ons klaarmaken. Jij ook Deborah, help mama om zich klaar te maken," ucapku dengan tersenyum.
(Iya ma, ayo kita siap-siap. Kamu juga Debora bantu Mama untuk siap-siap,)
Aku dan istriku, besrta anak-anakku kita bersiap-siap untuk pergi ke kebun binatang. Kami sekeluarga sangat bahagia dan penuh suka cita, sekali pun kami berlibur dengan sangat antusias.
"Lieverd, ik ben je zo dankbaar, voor je vriendelijke hart. Omdat je zo aardig bent om me mee te nemen om te kijken," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Sayang aku sangat berterima kasih kepadamu, atas kebaikan hatimu. Karena kamu sangat baik sekali mengajakku menonton,)
"Kijken schat? Waar kijk je naar schat?" tanyaku kepada Tiara.
(Menonton sayang? Menonton apa sayang?)
"Bekijk natuurlijk de papegaaienshow. Zie je Brenda en Bayu heel blij zijn, schat," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Tonton pertunjukan burung beo, tentu saja. Lihat Brenda dan Bayu sangat bahagia, sayang,")
"Oh mijn god, Bayu is blij, zoon, om de Old Kakaj-vogelshow te zien. Brenda mijn lieve dochter, kijk jij ook graag naar de papegaaienshow?" tanyaku kepada ke dua buah hatiku Brenda dan Bayu.
(Ya ampun Bayu senang nak, lihat pertunjukan burung Kakaj Tua. Brenda putriku sayang, kamu juga suka nak nonton pertunjukan Burung kakak tua?)
Bayu hanya tersenyum dan mengangukan kepalanya, sementara Brenda putri bungsuku dia hanya berceloteh sambil tertawa mempergunakan Bahasa Bayinya.
Sungguh sangat lucu sekali, Brenda sangat menggemaskan. Sanggat menggemaskan sekali, aku mengajaknya makan makan siang di sebuah reataurant Jepang.
"Schat, laten we veel eten, niet een beetje eten. Moet veel eten," ajakku kepada istriku Tiara.
(Sayang ayo makan yang banyak, jangan makan sedikit. Harus makan yang banyak,)
"Ja schat, ik heb veel gegeten. Je moet veel eten," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Iya sayang, aku sudah makan banyak. Kamu yang harusnya makan banyak,)
Aku dan Tiara, saling menyuapi satu sama lain. Sungguh enak sekali rasanya, Brenda tak menyentuh sama sekali makanannya. Membuatku risau dan banyak pikiran saja.
"чому ти хочеш Їж багато, не будь таким. Ви повинні їсти багато
chomu ty khochesh Yizh bahato, ne budʹ takym. Vy povynni yisty bahato," tanya dan titahku kepada Brenda dengan menggunakan Bahasa Ukraina.
(Kamu kenapa nak? Makan yang banyak, jangan seperti itu. Kamu harus makan yang banyak,)
"Тато лінь їсти, їсти не в настрої. Це справді дратує і огидно,
Tato linʹ yisty, yisty ne v nastroyi. Tse spravdi dratuye i ohydno," ucap Debora dengan tersenyum dengan kecut.
(Aku sedang males makan Papa, aku sedang nggak nafsu makan. Rasanya sungguh menyebalkan dan memuakkan,)
"Ти ще в шостому класі, коли вже зустрічаєшся. Ви не можете зустрічатися, знаєте, багато їсте. Тато тебе годує?
Ty shche v shostomu klasi, koly vzhe zustrichayeshsya. Vy ne mozhete zustrichatysya, znayete, bahato yiste. Tato tebe hoduye?" tanyaku kepada putriku Debora.
(Kamu ini masih kelas enam sd, masa udah pacaran. Nggak boleh pacaran tau, makan yang banyak iya. Papa suapin mau?)
"Він хоче тата, тато хоче мене нагодувати. Вибачте, я обіцяю, що більше не буду зустрічатися.
Vin khoche tata, tato khoche mene nahoduvaty. Vybachte, ya obitsyayu, shcho bilʹshe ne budu zustrichatysya." ucapku putriku Debora dengan tersenyum.
(Iya mau Papa, Papa mau menyuapi aku. Maaf aku janji nggak akan pacaran lagi,)
Setelah selesai makan siang, aku dan keluargaku segera melihat pertunjukan ular dan Buaya.
Putri bungsu Brenda, sangat bahagia dan senang sekali. Karena melihat atraksi Buaya dan Ular. Setelah selesai kami menonton pertunjukan tersebut, aku mengajak anak dan istriku untuk segera pulang. Karena kami udah mulai petang.
"Istriku sayang, anak-anakku sayang. Ayo segeralah pulang nak sudah petang!" titahku kepada mereka.
Aku dan keluarga, segera pulang ke rumah dengan mengendarai Taksi.
Setibanya di rumah aku langsung memasak nasi goreng seafood, tetapi sayangnya nasi gorengnya gosong. Jadi mau nggak mau nggak dapat di makan.
Aku akhirnya terpaksa memasak mie instan, aku meluangkan waktu untuk bersantai bersama istri dan anak-anakku setelah makan.
Tidak terasa sudah saatnya, aku akan ada penugasan selama satu tahun di Perancis. Aku berpamitan kepada keluargaku.
"Sayang aku pamit dulu iya! Tunggu aku kembali. Pergi demi tugas pulang untuk cinta," ucapku dengan mengecup kening istriku.
"Iya mas, lama akan aku nanti sebentar akan aku tunggu. Yakinlah Tuhan selalu menyertai kita," ucap Tiara dengan senyuman.
Bersambung.