Jangan Menangis

3316 Kata
Aku dan Tiara sangat bahagia dan senang sekali, karena anak-anak kami. Sangat kompak sekali. "Besok kamu di pindah tugaskan ke Aceh, apakah kau siap?" tanyaku dengan tersenyum. "Siap Jenderal, saya sangat siap sekali Jenderal. Terima kasih banyak Jenderal," ucap Iwan anakku. "Ok Iwan, jika kamu selama di sana bagus. Kamu bisa cepat saya tugaskan ke Lebanon," ucapku dengan tersenyum. "Sayang kita bikin acara ke kompakan, bagaimana jika kita memasak dan membagikan ke panti asuhan? Saya dengar dekat dengan panti asuhan?" tanya Tiara dengan meminta pendapatku. "Iya sayang, aku setuju dengan ide kamu. Itu bukan hal yang sangat buruk sekali," ucap Tiara dengan tersenyum. Kami semua, memasak masakan sederhana tapi enak dan lezat. Untuk kami semua bagikan, kepada anak yatim piatu. Setelah matang, aku segera memberikan secara langsung kepada Ibu panti asuhan tersebut. "Terima kasih banyak Bapak Jenderal, terima kasih banyak Ibu. Saya selaku Ibu panti mengucapkan beribu-ribu terima kasih," ucap Ibu panti asuhan tersebut dengan sangat ramah sekali. "Sama-sama Ibu, saya dan istri saya juga sangat bahagia dan gembira sekali. Karena kami dapat berbagi kebahagian," ucapku dengan tersenyum. "Sama-sama Ibu, saya dan suami saya sangat bahagia sekali. Karena kami dapat berbagi," ucap Tiara dengan tersenyum. Aku dan Tiara, para istri Tentara maupun para tentara. Sangat bahagia sekali, kami dapat berbagi. Ada salah satu anak, yang menarik perhatianku. "Шкода, що ти бачиш цього малюка, він такий похмурий. Мені так шкода це бачити, Shkoda, shcho ty bachysh tsʹoho malyuka, vin takyy pokhmuryy. Meni tak shkoda tse bachyty," bisikku ke telingga Tiara. (Sayang kau lihat anak itu, dia sangat murung sekali. Aku sangat kasihan sekali melihatnya,) "Так шановний, чи варто підходити до дитини? Tak shanovnyy, chy varto pidkhodyty do dytyny?" tanya Tiara dengan menatap wajahku. "Гаразд, люба, я повністю згоден з твоєю ідеєю. Ми повинні підійти до хлопчика, Harazd, lyuba, ya povnistyu z·hoden z tvoyeyu ideyeyu. My povynni pidiyty do khlopchyka," ucapku dengan tersenyum. (Baiklah sayang, aku sangat setuju sekali dengan ide kamu. Kita memang harus mendekati anak itu,) Aku dan Tiara, akhirnya mendekati anak tersebut. Wajahnya terlihat sangat sedih sekali, anak tersebut selalu menundukan wajahnya. Aku dan Tiara sungguh sangat tak tega, kami sangat tak tega sekali. "Anak manis kamu kenapa nak?" tanyaku dengan menghapus air mata anak tersebut. "Saya sangat merindukan Mama dan Papa, Mama dan Papa di bunuh Pak. Di bunuh dengan orang jahat," jawab anak kecil tersebut. Aku sungguh sangat tak tega sekali, apalagi mendengarkan ucapan anak kecil tersebut. "Anak baik siapa yang membunuh kedua orang tua kamu?" tanyaku dengan tersenyum. "Saya bisa menggabar pelakunya Pak," jawab anak kecil tersebut. Anak kecil tersebut, akhirny menggambar pelaku pembunuhnya. Ya tuhan, pelakunya sungguh memalukan rupanya pembunuhnya merupakan prajurit TNI AL. Sungguh memalukan TNI Al, sepertinya saya harus membantu anak kecil ini. Kasihan sekali, dia sampai menangis seperti itu. "Boleh saya tau anak manis siapa nama kamu nak?" tanyaku kepada anak kecil tersebut. "Nama saya Putri Pak, ini adalah poto kedua orang tua saya. Tolong saya Pak," ucap Putri dengan menitikan air matanya. "Putri sayang, sekarang kamu hapus air mata kamu nak. Kamu nggak usah khawatir, saya akan mengusutnya,"ucap aku dengan tersenyum. Aku langsung memangil Komandan Batalion dan Wakil Komandan Batalion. Aku langsung memerintahkan mereka siapa yang membunuh. Harus di hukum di penjara Militer. Kebenaran harus tetap di tegakan, itu semua demi keadilan. Sesuai dengan slogan kita, TNI di seluruh dunia. Bersama rakyat TNI kuat. Jadi kita harus menjaga dan melindungi rakyat, karena TNI di gaji oleh rakyat. "Mas kamu tolong cari ini, dia pelaku pembunuhan orang tua dari anak ini. Kasihan sekali anak ini," ucapku dengan memberikan perintah kepada Komandan Batalion dan Wakil Komandan Batalion tersebut. "Siap Jenderal, kami akan mengerahkan pasukan.Kami akan lakukan yang terbaik," jawab Komandan wakil komandan dengan sangat kompak sekali. "Nanti kamu bicarakan dengan Komandan dan Wakil Komandan Marinir, saya mau lapor ke Bapak Panglima dulu. Saya hubungi Bapak Panglima dulu," ucapku dengan tersenyum. "Baik Jenderal," jawab mereka berdua dengan sangat kompak sekali. Aku segera melaporkan masalah ini, kepada Bapak Panglima. Bapak Panglima, rupanya sangat marah sekali. Bapak Panglima juga sudah mengkordinasi, untuk mencari siapa pelakunya. Aku suruh diJogja karta dulu. Jangan kemana-mana dulu. Selang tiga hari, akhirnya pembunuh tersebut. Berhasil di tangkap dan di jebroskan ke penjara militer. Mereka di penjara selama seumur hidup. Rupanya dia membunuh lantaran dendam, karena pernah di campakan dan ditinggal oleh Ibunya Putri. Cinta memang buta, aku tak menyangka salah satu anakku ini. Sampai berbuat hal bodoh dan nekat. "Aku tak menyangka, Pak Ibrahim sebagai abdi negara bisa seperti itu. Jika memang tak berjodoh iya iklaskan saja," bisik Tiara dengan tersenyum. "Aku sungguh sangat sedih, tak menyangka anakku seperti ini. Bikin malu Angkatan laut saja," ucapku dengan bersedih. "Sayang sebelum kita pergi ke Solo, kita kunjungi dulu gadis itu. Kasihan sekali dia,"ucap Tiara dengan tersenyum. "Iya sayang," ucapku dengan tersenyum. Pagi sekitar jam delapan pagi, aku dan Tiara kini sudah berada di panti asuhan. Putri sekarang tersenyum, wajahnya yang tadinya murung dan bersedih kini kembali ceria. "당신은 사랑하는, Putri는 매우 행복합니다. 이렇게 보니 반갑네요, dangsin-eun salanghaneun, Putrineun maeu haengboghabnida. ileohge boni bangabneyo,"bisik Tiara dengan tersenyum. (Kau lihat sayang, Putri sangat bahagia sekali. Aku senang sekali melihatnya,) "오, 그녀는 웃을 때 매우 아름다워 보입니다. 어린 소년이 항상 행복하기를, 곧 그를 만나자! o, geunyeoneun us-eul ttae maeu aleumdawo boibnida. eolin sonyeon-i hangsang haengboghagileul, god geuleul mannaja!" ucapku dengan teersenyum. (Oya sayang, dia terlihat sangat cantik jika tersenyum. Semoga anak kecil itu selalu bahagia, ayo kita segera menemuinya!) Aku dan Tiara segera berlari menghampiri Putri, aku dan Tiara memeluk anak kecil ini yang menangis. "Sudahlah nak, jangan menangis lagi. Tugas kamu sekarang adalah doakan kedua orang tua kamu sayang," ucapku dengan mengelus rambut anak kecil ini. "Anak kecil yang manis dan baik, kamu harus dapat menjadi jembatan syurga bagi kedua orang tua kamu yang tiada nak. Saya dan suami saya akan mendoakan kamu nak," ucap Tiara istriku dengan seutas senyumannya yang manis. "Terima kasih iya Pak, terima kasih iya Ibu. Saya sangat berterima kasih karena sudah membantu saya mencari pelaku pembunuhan kedua orang tua saya," ucap Putri gadis kecil yang sangat malang ini. "Iya nak, sama-sama. Sekarang kamu harus janji sama saya selalu bahagia. Saya janji akan menyekolakan kamu hingga kamu kuliah,"ucapku dengan mengelus rambut anak kecil ini. "Bapak serius mau kuliahkan saya?" tanya Putri mencoba meyakinkan kepadaku. "Iya saya serius, saya akan menyekolahkan kamu hingga kuliah. Saya tak akan mengingkarinya," ucapku dengan tersenyum. "Terima kasih banyak Pak," ucap anak kecil tersebut dengan tersenyum. Aku dan Tiara, juga menyempatkan diri untuk ke makam kedua orang tua putri. Ya ampun kasihan sekali, Putri anak kecil ini, sungguh menderita sekali. Aku tak dapat membayangkan gadis ini, sungguh sangat menderita seperti ini. Aku dan Tiara, berencana untuk membawa ke Jakarta. Tetapi tidak hanya kami berdua. Tetapi aku dan istriku Tiara, membicarakan juga masalah ini bersama anak-anak kami. Anak-anak kami juga sangat setuju, karena mereka akan memiliki saudara dan keluarga baru. "Sayang bagaimana kalau kita bawa Putri ke Jakarta?" tanyaku ke Tiara dengan berbisik. "iya sayang, aku setuju saja. Tetapi kita harus minta persetujuan anak-anak juga. Karena anak kita sudah empat," jawab Tiara dengan tersenyum. Aku akhirnya langsung menghubungi Debora sebagai anak tertua, aku menunggu selama dua puluh menit. Hingga akhirnya dia mengangkat teleponku. "Halo nak!" sapaku dengan sangat ramah sekali. "Halo Papa!" sapa Debora dengan tersenyum. "Nak kamu lagi sama adik-adik kamu sayang?" tanyaku dengan tersenyum. "Iya Papa, saya sedang bersama dengan adik-adik. Memangnya ada apa?" jawab dan tanya balik Bianca dengan tersenyum. "Jadi begini nak, Adik-adik kamu dan kamu setuju nggak jika Papa dan Mama membawa Putri?" tanyaku dengan tersenyum. "Putri memangnya siapa Papa?" tanya balik Tiara dengan tampang keheranan dan kebingungan. "Putri adalah gadis yang malang sekali, kedua orang tuanya tewas di saat dia masih muda. Dia ada di panti asuhan," jawabku dengan menitikan air mata. "Kami setuju Papa, bawalah Putri pulang ke Jakarta. Kami sangat senang dan bahagia kami akan memiliki saudara baru," ucap anak-anakku dengan sangat kompak sekali. Aku dan Tiara sangat bahagia sekali, karena anak-anakku sangat baik sekali. Karena sudah mengizinkan kami. Aku dan Tiara lantas meminta kepada Putri, apakah Putri mau ikut bersama kami? Tetapi sayangnya Putri menolaknya, gadis kecil tersebut menolak karena nggak mau merepotkan kami. Dia juga nggak mau jauh dari makam kedua orang tuanya. Jika dia Jakarta, pasti akan jarang pergi mengunjungi makam kedua orang tuanya. "Putri kamu mau ikut saya dan istri saya ke Jakarta nggak?" tanyaku dengan tersenyum. "Maaf Pak, saya sangat senang akan kebaikan Bapak. Tetapi saya nggak mau merepotkan," jawab Putri dengan menundukan kepalanya. "Kamu sama sekali tidak merepotkan, saya juga sudah membicarakan kepada Tiara istri saya. Tiara dan ke empat anak saya juga setuju," jawabku dengan tersenyum. "Tetapi Maaf Pak, jika saya di Jakarta. Saya akan susah, akan susah untuk mengunjungi makam kedua orang tua saya," ucap Putri gadis kecil ini dengan menangis. "Baiklah nak jika kamu nggak mau ikut kami, aku berikan alamat kami di Jakarta. Jika kamu mau berlibur, datanglah ke rumah kami. Kami dengan sangat senang dan bahagia sekali jika kamu mengunjungi kami," ucapku dengan memberikan alamat rumah dinasku. Aku dan Tiara, berpisah dengan Putri anak kecil itu. Aku kini sekarang, sedang bersiap-siap untuk menuju Solo. Kami hanya tiga hari di Solo. Aku mengunjungi prajuritku, yang kini sedang terbaring di rumah sakit. Akibat terjatuh dari laut. "Kamu banyak istrirahat nak, setelah pulih kamu mau jadi ajudan saya?" tanyaku dengan tersenyum. "Terima kasih banyak Pak, Yoga mengucapkan terima kasih banyak. Atas kebaikan Bapak," ucap Yoga prajuritku dengan tersenyum. "Kamu bersedia kan nak?" tanyaku kembali dengan tersenyum. "Iya Pak Yoga bersedia," jawab Yoga dengan tersenyum. Aku lihat-lihat Yoga, Yoga adalah pekerja keras. Aku dan Tiara juga sangat menyukai anak ini. "Тато буде займатися йогою як помічник тата, як ти думаєш, мама? Tato bude zaymatysya yohoyu yak pomichnyk tata, yak ty dumayesh, mama?" tanyaku dengan berbisik ke telinga Tiara istriku. (Papa akan menjadikan Yoga sebagai ajudan Papa, menurut kamu bagaimana Ma?) "Мама погоджується, тато, він такий хороший хлопець. Мама, здається, подобається, Mama pohodzhuyetʹsya, tato, vin takyy khoroshyy khlopetsʹ. Mama, zdayetʹsya, podobayetʹsya," bisik Tiara dengan tersenyum. (Mama setuju saja Pa, dia anak yang baik sepertinya. Mama sepertinya suka dengannya,) "Мама не повинна бути дивною, тато ревнує, якщо мамі подобається йога. Чи зменшиться любов і мама? Mama ne povynna buty dyvnoyu, tato revnuye, yakshcho mami podobayetʹsya yoha. Chy zmenshytʹsya lyubov i mama?" tanyaku dengan menggoda istriku Tiara. (Mama nggak usah yang aneh-aneh, Papa cemburu jika Mama suka Yoga. Akankah cinta dan Mama berkurang?) "Боже, тато, відкинь татові негативні думки до мами. Мама любить, а йога схожа на дитину, тобто мама щаслива і їй подобається, що він помічник тата. Тож тато не зрозумій маму неправильно, Bozhe, tato, vidkynʹ tatovi nehatyvni dumky do mamy. Mama lyubytʹ, a yoha skhozha na dytynu, tobto mama shchaslyva i yiy podobayetʹsya, shcho vin pomichnyk tata. Tozh tato ne zrozumiy mamu nepravylʹno," ungkap Tiara dengan tersenyum. (Ya ampun Papa, buanglah pikiran negative Papa ke Mama. Mama menyayangi dan Yoga bagai anak, maksudnya Mama senang dan suka dia menjadi ajudan Papa. Jadi Papa jangan salah paham ke Mama,) Sebenarnya aku sangat tau sekali, sebesar apa rasa cinta istriku untuk aku. Tetapi aku hanya ingin mengerjai dan menggoda istriku. Dengan mengatakan aku cemburu, aku sangat ingin menggodanya. "Так, любий, я добре знаю, наскільки і наскільки глибока твоя любов до мене? Я просто жартую, милий, я тебе дуже люблю і люблю. Вибач, що я обдурив тебе, прикинувшись ревнуватим, Tak, lyubyy, ya dobre znayu, naskilʹky i naskilʹky hlyboka tvoya lyubov do mene? YA prosto zhartuyu, mylyy, ya tebe duzhe lyublyu i lyublyu. Vybach, shcho ya obduryv tebe, prykynuvshysʹ revnuvatym," bisikku dengan mengedipkan mataku. (Iya sayang, aku sangat mengetahui sebesar apa dan sedalam apa cinta kamu kepadaku? Aku hanya bercanda sayang, aku sangat menyayangi kamu dan mencintai kamu. Maaf iya aku mengerjai kamu dengan pura-pura cemburu,) "Боже мій чоловік, ти маєш серце. Ти так працюєш зі мною, Bozhe miy cholovik, ty mayesh sertse. Ty tak pratsyuyesh zi mnoyu," protes Tiara dengan memanyunkan bibirnya. (Ya ampun suamiku, kau tega sekali. Kau mengerjai aku seperti itu,) Setelah urusan kami selesai, kami segera pergi. Kami menuju tempat oleh-oleh. Istriku Tiara membeli banyak batik Solo. "Любий, чому ти купуєш багато соло-батика? Lyubyy, chomu ty kupuyesh bahato solo-batyka?" tanyaku dengan tersenyum. (Sayang untuk apa kau membeli banyak batik solo?) "Люба, я хочу сама носити, дітям теж. Мало того, я ще й на перепродаж, Lyuba, ya khochu sama nosyty, dityam tezh. Malo toho, ya shche y na pereprodazh," jawab Tiara dengan santainya. (Sayang aku ingin memakai sendiri, untuk anak-anak juga. Tidak hanya itu, aku juga untuk di jual kembali,) "Гаразд, люба, все залежить від тебе. Краще ми не будемо довго любі, Harazd, lyuba, vse zalezhytʹ vid tebe. Krashche my ne budemo dovho lyubi," ucapku dengan tersenyum. (Baiklah sayang, terserah kau saja. Sebaiknya kita jangan lama-lama sayang,) "Куди ще ми йдемо? Kudy shche my ydemo?" tanya Tiara dengan sangat penasaran. (Memangnya kita mau ke mana lagi sayang?) "Ми хочемо купити їжу, ми хочемо купити їжу для наших дітей у подарунки. Ми повинні його купити My khochemo kupyty yizhu, my khochemo kupyty yizhu dlya nashykh ditey u podarunky. My povynni yoho kupyty," jawabku dengan tersenyum. (Kita kan mau membeli makanan, kita mau membeli makanan untuk oleh-oleh anak-anak kita. Kita kan harus membelinya,) Setelah kami selesai belanja, aku dan Tiara kini kami sedang prepare ke luar kota dengan halikopter menuju Jakarta. Setibanya di Jakarta, aku dan Tiara kini kami sangat menikmati liburan kami ke Jakarta. "Sayang kamu kok ke sini," protes Tiara dengan tersenyum. "Aku mau liburan dulu ke Ancol, barulah kita pulang. Sudah lama aku nggak liburan dengan kamu ke pantai," ucapku dengan tersenyum. "Ok sayang, jika itu kemauan kamu. Sayang aku mau seafood,' pinta Tiara dengan sangat manjanya. Aku dan Tiara memakan hidangan laut dulu, barulah kami pulang ke rumah. "Bagaimana sayang rasanya apakah kau menyukainya?" tanya Tiara dengan tersenyum. "Enak sekali sayang, aku sungguh sangat menyukainya. Tetapi udang ini terlalu pahit," jawab Tiara dengan tersenyum. "Sayang kamu tunggu dulu iya," ucapku dengan tersenyum. "Kok tunggu dulu sayang, memangnya kita mau ke mana sayang?" tanya Tiara dengan tersenyum. "Saya mau belanja dulu, saya mau beli ikan dan ayam untuk anak-anak. Takutnya mereka nggak suka seafood,' ucapku dengan tersenyum. "Anak-anak kita suka seafood kok, hanya udang yang mungkin mereka nggak suka. Jadi kita jangan membeli udang," ucap tiara dengan tersenyum. "Ok sayang, aku pesan dulu iya. Kau tunggu di sini ok,' ucapku dengan tersenyum. Sesuai instruksi dari istriku Tiara, aku memesan seafood tetapi tidak dengan udang. Setelah sudah jadi, kami segera pergi ke Crumah, setibanya di rumah kami langsung di sambut oleh ke empat buah hati kami. "Mama dan Papa sudah pulang, asyik Mama dan Papa sudah pulang. Kami sangat bahagia sekali," ucap ke empat buah hati aku dengan tersenyum. Ke empat buah hatiku sontak memelukku dan Tiara, aku juga memeluk dan mengecup ke empat buah hatiku. "Kalian semua sudah makn nak?" tanyaku dengan tersenyum. "Belum PA,' jawab mereka berempat dengan sangat kompaknya. "Kalian makan dulu nak, Mama dan Papa sudah membelikan makanan untuk kalian berdua," ucap Tiara dengan tersenyum. "Anak-anak kalian makan yang banyak iya? Papa dan Mama mau pergi dulu oiya?" ucapku dengan tersenyum. "Baik Papa dan Mama, terima kasih iya. Oia Mama dan Papa memangnya mau ke mana?' tanya ke empat buah hatiku. "Kami ingin pergi ke pulau kapuk nak," jawabku dengan sedikit bercanda. Aku dan Tiara mandi dulu dengan air hangat, barulah kami segera tidur. Aku dan Tiara kini tertidur dengan sangat pulasnya. Kami terbangun sekitar jam tiga sore. Aku dan Tiara yang terbangun, kami segera mandi. Anak-anak sedang belajar. Tidak terasa Debora sudah mau lulus Sekolah SMA. Sedangkan Bayu mau lulus SMP. Sedangkan Bella naik kelas dua SMP. "Surat apa ini nak?" tanyaku kepada anak-anakku. "Debora dinyatakan lulus dari SMA, Debora ingin masuk AKMIL Pa. Restui Debora Papa," ucap Debora dengan tersenyum. "Untuk merestui sudah pasti nak, selamt iya kamu luls dengan nilai terbaik rupanya. Papa sunnguh bahagia sekali," ucapku dengan tersenyum. "Papa Bayu lulus SMP dengan lulusan terbaik, Bayu sangat bahagia sekali. Bayu ingin sekolah ke SMA terbaik. Masukan Bayu ke Sekolah Internasional School Pa,' pinta Bayu dengan tersenyum. "Ok baik nak, tetapi kamu belajar hareus benar. Jangan mendapatkan nilai jelek, karena itu sekolah mahal. Papa otomatis harus kerja lebih ekstra lagi," ucapku dengan menmgelus rambut Bayu putraku. "Papa Bella naik kelas dua SMP, nilai Bella juga bagus. Nggak kalah dengan nilai Bang Bayu,' ucap Bella dengan tersenyum. "Iya sayang, Papa sangat senang dan bahagia sekali. Anak-anak Papa semuanya pintar dan membanggakan,' ucapku dengan tersenyum. Aku sungguh bahagia sekali, anak-anakku sangat membanggakan semuanya. "Anak-anak jika nggak ada halangan, Papa dan Mama akan mengajak kalian untuk segera pergi ke Amerika serikat. Kalian mau ikut nggak?" tanyaku dengan tersenyum. "Maaf Papa kami nggak bisa ikut," jawab mereka dengan tersenyum. "Sayang sekali anak-anak nggak bisa ikut iya Papa,' ucap Tiara dengan tersenyum. "Iya sayang sekali sayang, anak kita nggak bisa ikut. Jadi mau nggak mau kita berduaan bisa bermesraan,' ucapku dengan tersenyum. Aku dan Tiara kini kami makan mie ayam, ketika malam datang. Anak-anak hanya memakan Spaghety keju. Apa pun makanan kami, kami meminumnya dengan teh botol sosro. Kami sangat meniklmati Teh botol sosro tersebut. Karena makanan dan minuman tersebut sangat enak sekali. Setelah selesai makan, lkami kini menyempatkan diori untuk menonton sinetron. Kami menontopn sinetron keluarga. "Papa sudah mendaftarkan kamu secara online, untuk pendaftaran Akmil. Nanti kamu datang sendiri kamu bawa perlengkapan dan persyaratannya iya nak," ucapku dengan mengecup kening Debora. "Terima kasih banyak Papa," ucap Debora dengan tersenyum. "Kamu besok mulai latihan nak, supaya kamu mendapatkan nilai terbaik sayang. Semoga kamu bisa mendapatkan adi mahakasa. Papa ingin kamu menjadi lulusan terbaik nak,' ucapku dengan tersenyum. "Iya Pa, amien Papa tolong doakan saya. Semoga sayaa dapat membuat Papa bangga,' ucap Deboera dengan tersenyum. "Iya putriku, kamu akan selalu membuat Papa bangga. Selamanya kamu akan menjadi kebanggaan keluarga kita,' ucap aku dengan tersenyum. Setelah selesai kami menonton Tv, aku dan anak-anak serta istriku kini kami segera memasuki kamar kami masing-masing. Aku segera tertidur, karena aku sudah sangat mengantuk sekali. Selama di Amerika Serikat aku dan Tiara juga menyempatkan diri menontok pertunjukan music selama di sana. Setibanya di Indonesia, kami langsung melakukan kunjungan ke Aceh. Barulah kami pulang ke Jakarta. Aku dan Tiara sanagtlah bangga sekali, tatkal kami mendapatkan kabr jika puteri kami Debora lolos diterima sebagai calon siswa di AKMIL. Aku berharap Debora dapat melewatinya dengan sangat baik, walaupun terkadang tidsak mudah menggapai sesuatu yang sangat inginkan. Tetapi aku sangat menginginkan Debora memperolah Adi maha kasa. Atau lulusan terbaik untuk TNI maupun Kepolisian. Aku ingin Debora, dapat menjadi prajurit Tangguh, prajurit Angkatan Darat wanita yang mengharumkan negara kita Indonesia. Sekarang kami di rumah hanya berlima, karena biasanya kmi berenam. Aku sungguh sangat bangga, terhadap anak-anak kami. Kami sangat bahagia sekali, Aku dan Tiara selalu berdoa kepada Tuhan. Semoga saja keluarga kami selalu bahagia. "Sayang sudah malam, kita tidur yugh!" ajakku dengan memeluk Tiara istriku. "Iya suamiku sayang, ayo kita tidur. Besok kita harus segera bangun pagi," ucap Tiara dengan tersenyum. Aku dan Tiara kami harus tidur dengan sangat cepat sekali, soalnya kami akan segera pergi ke Natuna. Aku dan Tiara terbangun jam empat pagi, aku dan Tiara segera mandi. Barulah setelah itu kami segera sarapan pagi. Aku dan Tiara memakan bubur Ayam, sebagai sarapan kami berdua. "Sayang aku sakit perut sayang, perut aku rasanya sakit sekali. Aku ke kamar mandi dulu iya sayang," ucap Tiara dengan tersenyum. "Iya sayang, kamu ke toilet saj dulu. Daripada kamu sakit perut," ucapku dengan tersenyum. "Sayang apakah perut kamu masih sakit?" tanya aku dengan tersenyum. "Perut aku sudah mendingan sayang, aku tinggal meminum obat saja. Semoga konsiku sehat-sehat saja," ucap Tiara yang masih meringis kesakitan. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN