Marvel membuka kedua matanya dan mulutnya lebar lebar. Dia tak percaya jika perempuan dihadapannya yang dulu dibuly oleh seluruh kelas ternyata anak perusahaan yang cukup kenal di negara ini. "Lo gak bohong kan Zai?" "Emang muka ku kelihatan bohong?" tanya Zaire menatab Marvel tersenyum kecut. Marvel menggeleng kepalanya menatab Zaire terkejut. "Gue gak nyangka kalau lo-" "Memang seperti itu kenyataanya. Jika aku mengatakannya dari dulu, maka mereka akan mau berteman dengan ku." "Kita sama." Senyum Marvel, lalu menatab ombak di hadapannya. "Percaya sama aku?" tanya Zaire melirik Marvel. "Lumayan." "Lalu bagaimana dengan tiga tahun kedepan? Apa kamu adalah pemegang perusahaan Ayah kamu?" Marvel mengangguk. Dia mengakui apa yang dikatakan Zaire memang benar. "iya. Sejak kapan kamu me