Chapter. 5

1478 Kata
Setelah bernegosiasi bagaimana cara mendapatkan keadilan untuk Danisa, Ares dan juga Zain memutuskan akan melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Menaiki mobil milik Ares, keduanya akhirnya sampai di kantor polisi. Tak lupa mereka juga membawa bukti rekaman CCTV yang di dapatkan dari tempat kejadian. "Baiklah Pak...untuk selanjutnya serahkan kepada kami...jika ada hal yang akan kami butuhkan, kami akan segera menghubungi bapak..!!" kelas kepala kepolisian itu pada Area dan juga Zain. " Baiklah Pak.. terimakasih atas kerjasamanya....!!" ucap Ares kemudian mengulurkan tangannya. "Sama-sama Pak..!!" Ucap sang polisi menyambut uluran tangan Ares dan juga Zain. " Oh ya, sambil menunggu kelanjutan kasus ini, sebaiknya kalian fokus untuk mencari keberadaan korban, agar bisa memudahkan pihak polisi dalam menangani kasus ini.." Lanjutnya lagi. "Baiklah Pak... terimakasih sekali lagi" Ares dan Zain akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum ke sekolah Ares mengantarkan Zain terlebih dahulu ke rumahmya. Di sekolah. Ares melangkahkan kaki menuju ruang guru. Namun, sepanjang perjalanan telinga Ares mendengar pembicaraan beberapa murid. "Eh... dengar-dengar si Danisa jadi korban p*********n??" "Eh...jangan ngomong sembarangan!?? entar Lo so sangka nyebar berita hoax lagi... "Bener tau...aku denger sendiri dari pembicaraan kepsek sama para guru-guru saat aku lagi di tugaskan bersihin kantor kemarin!!!" "Waaahhh kasihan banget ya Danisa, Dia kan anak baik, trus selalu membanggakan nama sekolah...tega bener ya yang lakuin itu ke dia??" "Eh...tapi dengar-dengar pelakunya satu sekolah sama kita..!! "Ihhhh...ko aku jadi takut..." "jangan-jangan mereka ngelakuin itu karena suka sama suka lagi" Timpal salah satu murid lainnya. "Ehmmmm..." Deheman Ares mengejutkan para murid yang asyik menggosipkan kejadian yang di alami Danisa. "Apa tujuan kalian ke sekolah ini hanya untuk bergosip???" Tanya Ares dengan mata memicing dan raut wajah yang datar. "Tidak Pak..." Jawab mereka serempak dengan menundukkan kepalanya "Ya sudah..!! kembali ke kelas...!!!" Setelah semua siswa membubarkan diri, Ares hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia berharap semoga saja masalah yang di hadapi oleh Danisa bisa cepat selesai. ***** Di kediaman Keluarga Wiriadinata Tok Tok Tok Ceklek "Selamat siang Bu??? Benar ini kediaman Tuan Wiriadinata???" "I..iya Pak...ada apa ya pak??" Tanya bibi yang bekerja di rumah Keluarga Wiriadinata "Kami dari kepolisian..kami ingin bertemu Tuan Wiriadinata...!? "Ohhh... iya..iya...sebentar saya panggilkan..!!" Tak berselang lama seorang pria bertubuh tegap mengenakan jas formal dengan begitu angkuhnya berjalan ke arah dimana para polisi sedang menunggu kedatangannya. "Ada apa ini..???" Tanyanya pada Beberapa pihak kepolisian yang berdiri tak jauh darinya. "Oh...maaf!! apa benar ini dengan Pak Wiriadinata?? " iya dengan saya sendiri...ada perlu apa mencari saya???" "Kami dari kepolisian membawa surat penangkapan terhadap anak Bapak Akbar Wiriadinata atas kasus p*********n yang dia lakukan kepada salah satu siswa di sekolah yang sama dengannya." Jelas sang polisi membuat wajah Wiriadinata memerah. "Apa??!!! kalian jangan mengada-ada!! anak saya tidak akan melakukan hal ke kotor itu!!!" Sentaknya membuat para polisi geleng-geleng kepala. "Maaf Pak, nanti saja bapak jelaskan di kantor polisi.." "Baiklah...!!" Akhirnya mau tak mau Wiriadinata menyetujui keinginan para polisi itu untuk ikut memberi keterangan. Kantor polisi. "Bagaimana Pak? apa Bapak sudah percaya kelakuan anak anda pada gadis itu??" Geram Pak polisi yang menatap kesal pada Wiriadinata yang sejak tadi menolak semua tuntutan pak polisi yang ingin segera mengamankan Akbar. Akhirnya mereka pun menunjukan bukti rekaman CCTV yang Ares berikan sebagai bukti kejahatan Akbar. Hal itu membuat mata Wiriadinata melotot. Salam ingin keluar dari sarangnya. Bagaimana Akbar menabur bubuk yang diyakini sebagai obat perangsang ke dalam minuman. Kemudian menyuruh pelayan untuk memberikannya pada seorang gadis yang baru saja datang dan duduk di meja dimana sebelumnya Ia duduk. Wiriadinata juga melihat bagaimana Akbar menuntun tubuh gadis itu ke belakang sekolah kemudian hilang tepat di depan gudang sekolah. "Apa anda masih bisa mengelak???" Tanya pak polisi yang berusaha mengatur emosinya karena ulah seorang Wiriadinata. "Katakan pada orang tua gadis itu, aku ingin bertemu!!" Pinta Wiriadinata pada pak polisi. Polisi itu pun mengangguk kemudian menghubungi pihak keluarga. drrrrttt drrrrttt drrrrttt "Ar... telponnya di angkat dulu, mungkin penting??" ujar Zain Saat ini keduanya sedang mencari keberadaan Danisa. Sejak Ares pulang mengajar dan Zain pulang siang karena piket pagi, akhirnya keduanya memutuskan untuk kembali mengelilingi kota Bandung. Berharap mereka bisa menemukan Danisa. "ya Halo Pak..??" "....." "Oh iya kami segera datang!" "...." Tut. "Siapa Ar???" Tanya Zain "Dari kantor polisi, orang tua Akbar saat ini berada di sana, Ia ingin bertemu dengan mu..!?" "Baiklah...!" Ares pun memutar balik arah menuju kantor polisi "Ar...aku berharap adikku bisa mendapatkan keadilan...Aku tak tahu lagi harus bagaimana menjawab semua pertanyaan ibu Ar...sungguh aku sudah gagal menjaga adikku...aku gagal melindungi keluargaku Ar..." Tersirat penyesalan di setiap ucapan Zain. Ia merasa begitu tak berguna sebagai seorang kakak bagi Danisa. "Istighfar Za...semua ini adalah Qodorulla...Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada hambanya jika hamba itu tak sanggup menghadapinya... Pasti dibalik peristiwa akan ada kebahagian yang sedang menanti Danisa...tenangkan pikiran mu kasihan Ibu jika kau juga menyerah seperti ini Za...!!" Ares mencoba meyakinkan dan menguatkan Zain agar tetap sabar dalam menghadapi masalah. "Terimakasih Ar...kalau ngga ada kamu...aku ngga tahu harus minta tolong kemana!!!" "Itulah gunanya teman Za..." Tak terasa mobil Ares memasuki halaman kantor kepolisian. Setelah memarkirkan mobilnya, keduanya pun keluar kemudian melangkahkan kaki ke ruang penyidik. Dimana mereka telah si tunggu oleh seorang Wiriadinata. "Assalamualaikum. Selamat siang Pak, maaf menunggu lama..!!" Ucap Zain berbasa-basi. Namun reaksi Wiriadinata membuat Ares, Zain dan beberapa polisi yang saat ini sedang duduk bersama mereka hanya bisa menghela nafas. Sungguh keangkuhan seorang Wiriadinata sangat besar, hingga menjawab salam saja Ia enggan. "Duduklah...aku tidak punya banyak waktu meladeni anak ingusan seperti kalian...aku banyak pekerjaan...!!! Langsung ke intinya saja!!" mereka lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. "Baiklah jika itu keinginan bapak...saya to the points saja. Saya dan keluarga menginginkan Akbar anak anda di jebloskan ke penjara. Bersama kedua rekannya yang ikut melecehkan adik saya...!!?" "Tidak semuda itu...kau pikir aku akan membiarkan putraku tidur kedinginan di dalam ruang kecil dan kotor itu??? hhmm Tidak!!! aku akan melakukan apapun agar Ia tak masuk penjara..!?" "Dengar ya Pak...semua bukti sudah ada, bapak tidak bisa mengelak atau melindungi tersangka!!!" Ucap Ares yang begitu geram melihat kesombongan Wiriadinata. Mentang-mentang pengusaha kaya, seenaknya saja ingin terbebas dari jerat hukum. "Tenanglah Pak...hari ini kami akan menjemput paksa anak bapak dan kedua rekannya. untuk menyelesaikan masalah ini, silahkan kalian menghubungi pengacara masing-masing." ucap seorang polisi yang saat ini menangani berkas kasus Akbar. " Begini saja...bagaiman jika saya bayar denda atas pelanggaran yang anak saya lakukan...aku yakin kalian pasti mengharapkan uang yang banyak kan!!" "Dasar Biadab..." Zain hendak melayangkan tinjunya ke wajah Wiriadinata namun Ares terlebih dahulu mencegahnya. "Kendalikan dirimu Za...jangan sampai kau terpancing dengan ucapan orang tak yang punya hati nurani itu.." Dengan d**a kembang kempis karena menahan amarah, Zain akhirnya mengalah. Namun tatapannya tak pernah lekat dari wajah seorang Wiriadinata. "Apa anda tidak memiliki hati nurani??? bagaimana jika ini terjadi pada anak anda Pak!!" "Ohhhh...jika itu terjadi pada anak saya, maka lain lagi ceritanya...saya akan menjebloskan orang-orang orang itu ke penjara seumur hidup.." "Nah...itu bapak tahu...Jadi kami pun menuntu hak Danisa agar anak bapak di hukum sesuai dengan perbuatannya." "Hentikan!!! berhentilah berdebat...saya akan ajukan berkas ini ke pengadilan..silahkan kalian bertemu di pengadilan, dan Pak hakim yang akan menentukan seperti apa hukuman dan denda yang harus pelaku terima...!!" Ucap sang polisi menengahi perdebatan antara Wiriadinata, Zain dan Ares. "Kami akan menjemput pelaku secara paksa jika pak Wiriadinata terus saja mencoba melindungi..." Ares dan juga Zain tersenyum puas melihat ekspresi wajah Wiriadinata saat mendengar anaknya akan di jemput paksa. Mereka pun bersama sama ikut ke sekolah SMA X, melakukan penangkapan terhadap Akbar dan dua orang rekannya. Sebelum ke SMA X, mereka lebih dulu mengamankan Bobi dan Joni di kampus tempat mereka menimbah ilmu. Keduanya tak bisa mengelak setelah bukti CCTV itu si serahkan pada pihak kampus. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju sekolah SMA X. Saat suara Sirene mobil polisi terdengar semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Mereka tak mempedulikan para guru yang mencegah mereka untuk keluar. Terlihat seorang remaja tampan tertunduk lesu setelah ditampar oleh sang ayah. Semua mata menatap ke arah remaja tampan yang begitu di kagumi dan dipuja-puja oleh banyak gadis, ternyata adalah pelaku pelecehan rekan mereka. "Dasar anak tak berguna...!!" Hardik Wiriadinata pada Akbar. Plak Plak Dua tamparan berhasil mendarat di pipi putih Akbar. Ia sama sekali tak menyangka jika perbuatannya pada Danisa bisa terendus oleh polisi. "Bawa Dia...!! Ucap sang polisi memberi isyarat pada dua rekannya untuk segera membawa Akbar. Wiriadinata begitu malu dengan kelakuan anak yang begitu Ia banggakan. apalagi mendengar bisikan-bisikan dari beberapa siswa-siswi tentang Akbar. Tanpa pamit, Wiriadinata meninggalkan sekolah. Setelah Akbar berhasil di amankan pihak kepolisian. "Pak Ares..pak Zain... terimakasih sudah membantu kami...sampai bertemu di pengadilan'" ucap sang polisi. Kemudian pamit lalu pergi bersama dengan rombongan sebelumnya. " Ya sudah...Ayo kita pulang...besok aku akan bicarakan ini pada Ayah...semoga pengacara Ayah bisa membantu kita.." Ucap Ares membuat Zain melongo "Apa?? pe...penga...pengacara Ayah..maksudnya???" Zain yang terkejut dengan ucapan sahabatnya mengatakan akan minta bantuan pengacara sang Ayah. Emangnya sekaya apa sahabatnya ini??? setahu Zain, Ares itu hanya anak sederhana sepeti dirinya. "Tenanglah...pikirkan kesehatan ibu...nanti kita cari lagi keberadaan Danisa.."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN