Chapter 2

1064 Kata
Malam semakin larut, Bu Risma dan Zain pun semakin gelisah. Sudah selarut ini anak kesayangannya belum juga kembali. "Za...coba cari adikmu nak...ini udah malam banget...ngga biasanya Lo adikmu begini..!!!" ucap Bu Risma yang begitu khawatir mengingat Danisa belum juga kembali. "Tapi Bu, Zain udah tanya ke teman-temannya, kata mereka Danisa udah pulang duluan, karena jam pelajaran terakhir dia udah ngga masuk..!" jelas Zain membuat Risma semakin tak tenang "Ya Gusti...kemana kamu Nak..." Ditengah kepanikan keduanya tiba-tiba pintu rumah diketuk. tok tok tok "Za...coba lihat siapa yang datang,...!! Mungkin Adikmu nak !!?" "Baik Bu...!!!" Zain pun tergesa-gesa menuju pintu. Ia pun langsung mebuka pintu, berharap adik kesayangannya itu pulang. Ceklek "Assalamualaikum.." "Wa'alaikum salam..ehhh Ares...masuk... masuk..!!!" ucap Zain mempersilahkan Ares untuk masuk. "Makasih Za.." Ares dan Zain adalah teman satu sekolah saat mereka SMP dulu. Namun keduanya berpisah saat masuk di bangku SMA. Zain yang saat itu masuk sekolah umum, sedangkan Ares memilih masuk pesantren. "Siapa Za...???"Tanya Bu Risma yang kemudian muncul dari dalam kamar hendak melihat tamu yang datang. " Lho...nak Ares??? nak Ares kan???" Tanya Bu Risma meyakinkan penglihatannya tak salah kali ini. "Iya Bu...saya Ares..." " Waaaahh...kamu semakin tampan saja nak...udah berapa lama ya kamu ngga pernah ke rumah ibu..." " Maaf Bu, selama ini Ares mondok di pesantren....trus kuliah di luar kota, dan baru dua tahun ini terangkat jadi PNS di SMA X.." jelas Ares pada Bu Risma. Bu Risma pun mengangguk. "Oh ya Za...aku kesini ingin menyampaikan hal yang penting untukmu dan Ibu..." " Apa itu Nak...??? apa Nak Ares mau menikah???" Tanya Bu Risma "Bu...didenger dulu Lo Ares-nya mau ngomong apa!!" Zain mencoba memperingati Bu Risma untuk mendengarkan terlebih dahulu apa yang Ares sampaikan. Zain sangat kenal dengan Ares. Kawan lamanya itu tak akan datang jika tak ada kabar yang penting. Biasanya Ares akan lebih dulu menghubungi dirinya. "Mmmm...Bu..Za...ini...ini...soal..." Ares semakin bingung bagaimana menyampaikan masalah ini pada kedua orang yang paling Danisa sayangi. Apalagi Ia sudah terlanjur berjanji pada Danisa untuk menyembunyikan semua ini. Namun sebagai orang yang mengerti agama, Ares harus menyampaikan semua ini walau akhirnya Danisa akan kecewa karena sudah melanggar janjinya. " Ada apa Ar...apa ada masalah..??" tanya Zain yang terlihat serius " Za...Danisa...adikmu...saat ini Ia sedang berada di rumah sakit..." " apa...!!!" "Ya Allah Gusti...!!" Ucap Bu Risma dan Zain serempak. Akhirnya Ares menceritakan kemalangan yang menimpa adik kawannya itu tanpa sedikitpun dikurangi. Ia mengatakan sedetail mungkin seperti apa yang Danisa ceritakan padanya. "Ya Allah....dosa apa yang sudah hamba perbuat hingga Danisa harus mengalami semua ini...Gusti..." Ucap Bu Risma yang tergugu mendengar kemalangan yang menimpa putrinya. Sedangkan Zain, wajahnya memerah, tangannya mengepal hingga menampakkan buku-buku tangannya yang memutih. "Biadab....!!!!! katakan Ar...siapa orang-orang itu..!!!." geram Zain saat mendengar penuturan dari Ares tentang apa yang di alami oleh adik kesayangannya. "Tenang dulu Za.... tolong...saat ini yang harus kita pikirkan adalah mental Danisa..Aku yakin Danisa sangat syok dengan kejadian ini...hanya kita sebagai keluarganya yang bisa menghibur dan menyemangatinya...!!! Aku akan membantu mencari tahu siapa mereka, apalagi kejadian ini terjadi di gudang sekolah.... apalagi Danisa tak tahu siapa orangnya... itu yang menjadi PR kita Za...!!" "Ya Allah nduk....malangnya nasibmu nak...!!" Bu Risma semakin terisak mengingat putri kesayangannya itu. " Baiklah Ar....tapi aku akan tetap mencari tahu siapa pelaku biadab yang sudah menodai adikku...!!" ucapnya Zain dengan wajah datarnya. " Sekarang...ayo bawa ibu bertemu dengan Danisa...Ibu yakin Ia sangat terpukul saat ini...!!" "Baiklah Bu...ayo..kita berangkat sekarang.. Dengan menaiki mobil milik Ares, ketiganya akhirnya menuju rumah sakit dimana Danisa di rawat. Setelah sampai, ketiganya pun langsung menuju ruang rawat milik Danisa. Namun Ares merasa ada yang aneh saat melihat seorang suster yang sedang sibuk mondar-mandir di hadapan kamar rawat Danisa. "Lho Sus....ada apa???" Tanya Ares pada Suster yang sebelumnya Ia percayakan untuk menjaga Danisa. "Maaf Pak...itu....nona...itu...kabur..!!!" "Apa!!!??" ketiganya kompak terkejut mendengar ucapan sang suster. "Iya Pak....tadi aku tinggal sebentar ke kamar mandi, tapi...aku di kunci di kamar mandi....saat aku berhasil keluar...ternyata nona itu Uda ngga ada!!! maaf ya Pak..." Ucap sang suster yang tak enak hati pada Ares. Ia merasa bersalah karena telah lalai mengemban amanah dari keluarga pasien. " Ya Allah Danisa....kemana kamu nak...." Bu Risma terlihat begitu khawatir. Berharap jika Ia bisa bertemu anak kesayangannya itu, tapi ternyata Danisa memilih untuk pergi. "Za...gimana ini nak...adikmu Kemana???" " Tenang dulu Bu...nanti kita cari...pasti Danisa belum jauh...!!!" Ucap Zain yang tak tega melihat sang ibu yang begitu khawatir dengan keberadaan adiknya. " Baiklah Sus...tidak apa-apa..ini bukan kesalahan anda..." Ucap Ares yang tak tega melihat sang suster yang terlihat ketakutan padanya. " Terimakasih Ya Pak, kalau begitu saya pamit...!!! permisi..!!" "Ar...kayanya kita harus cari Danisa deh...sepertinya dia belum jauh dari sini..." " Iya kamu benar Za...ayo...ayo Bu..!!!" 'Maafkan aku Nis...aku melanggar janjiku padamu....tapi semua ini demi kebaikanmu' Sementara itu, Danisa yang sudah tahu jika Ares pasti tak menepati janjinya karena Ia tahu seorang guru Agama seperti Ares tak akan tinggal diam melihat dirinya menderita dan pasti akan segera menghubungi keluarganya. Benar saja, saat sebelum Danisa kabur, Ia sempat melihat Ares, Abang dan Ibunya baru saja turun dari mobil milik Pak gurunya itu. Hal itulah yang membuat Danisa akhirnya memutuskan untuk pergi. Ia tak mau menambah penderitaan Abang dan Ibunya karena kemalangan yang menimpanya saat ini. Sebenarnya Danisa sedikit ragu untuk pergi. Melihat bagaimana raut wajah khawatir dan rasa sedih sang ibu, membuatnya tak tega, namun Ia terpaksa mengambil keputusan ini. Semuanya demi Keluarganya. ' Maafkan Danisa Bu, Bang, pak Ares....Danisa harus pergi.' gumamnya dalam hati. Menguatkan diri, jika Ia akan baik-baik saja, Danisa akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung menuju kota Jakarta. Danisa berharap, disana Ia bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa menghidupi dirinya. Ia juga berharap jika dirinya tak hamil. Namun jika Tuhan berkehendak lain, Maka Danisa akan melindungi janinnya apapun yang terjadi. Badan yang terasa begitu letih membuat mata Danisa terpejam. Hingga tak sadar dirinya pun akhirnya tertidur dan masuk ke alam mimpi yang indah. "Dek...Dek...udah sampai..." Suara seorang pria yang Danisa yakini adalah supir Bis, membangunkan tidur nyenyak nya. "Oh...mmm...iya Pak!! terimakasih..." Setelah melakukan pembayaran dengan sudah uang yang Ia miliki, Danisa pun pergi meninggalkan terminal. Saat ini Danisa hanya memiliki sedikit uang yang sebelumnya akan Ia bayarkan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Dan uang itu semakin menipis. Ia harus mencari pekerjaan apa saja yang penting itu halal dan bisa mengenyangkan perutnya. Dengan langkah gontai dan tanpa tujuan, Danisa melangkahkan kakinya tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hingga dirinya dikejutkan dengan keberadaan dua lelaki dengan tato yang menghiasi tubuh mereka. " Si...siapa kalian...????"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN