Episode 10

1280 Kata
Episode 10 #Kasandra Cinderella "Apa kau berniat menjadikanku Cinderella?" tanya Kasandra saat penata rias tengah merapikan rambutnya. Leon terkekeh. "Anggap saja begitu. Jadi, nikmati malam ini tanpa harus merasa terbebani." "Aku serius Leon. Sebenarnya kita mau kemana?" "Pesta penyambutan Raisa. Gadis itu mengadakan pesta setelah bertahun-tahun menetap di Singapura. Bukan hanya itu, Raisa juga mengadakan syukuran atas butik yang akan dibukanya beberapa hari lagi." jelas Leon. "Jika itu pesta Raisa, apa pak Luiz juga akan datang?" tanya Kasandra sedih. "Kenapa? Kau takut? Kau datang bersamaku Kasandra. Tidak ada yang perlu kau takutkan." ujar Leon meyakinkan. "Justru karena datang bersamamu aku jadi semakin khawatir." gumam Kasandra. "Kau bilang apa?" Buru-buru Kasandra menggeleng dan mengalihkan pembicaraan. Setelah selesai merias diri, Leon tampak terpukau dengan penampilan Kasandra. Gadis tinggi semampai yang menggunakan gaun merah marun selutut, tampak semakin bersinar dengan rambut hitam pekat bergelombang. Riasan makeup dari tangan ahlinya, tentu saja jauh berbeda dari taburan bedak bayi yang selalu Kasandra gunakan. "Kau benar-benar cantik Kasandra. Apa benar tidak ada agensi yang mau bekerjasama denganmu?" tanya Leon dengan mata terpesona. "Aku tidak pernah ikut casting atau hal-hal semacam itu. Jadi model atau apapun itu, tidak cukup hanya dengan berwajah cantik Leon." ujar Kasandra. "Tapi anda benar-benar cocok jadi model nona. Apa saya bisa meminta kartu namamu? Siapa tau ada rekan dan relasi saya yang butuh model baru." tanya sang pemilik salon. "Hubungi aku jika kau benar-benar punya pekerjaan untuknya." jawab Leon sambil menyerahkan kartu nama. Kasandra tersenyum kikuk. Seumur-umur gadis itu tidak pernah membuat kartu nama. Lagipula tidak ada orang yang pernah menanyakan perihal kartu namanya. *** "Apa kau sudah siap?" tanya Leon setelah mereka sampai di hotel tempat dimana Raisa melangsungkan pesta. Kasandra menghela napas panjang. "Aku tidak mungkin mundur setelah memakai semua ini." "Pakai ini." perintah Leon sambil menyerahkan tas tangan pada Kasandra. Kasandra menurut dan mengikuti Leon yang sudah lebih dulu keluar dari mobil. "Ingat, malam ini kau adalah Cinderella. Tidak seorangpun bisa merendahkan apalagi menghinamu. Jika itu sampai terjadi, maka mereka harus berhadapan denganku." "Jangan berlebihan Leon. Tapi terimakasih karena kau mengajakku. Jujur aku tidak pernah ke tempat seperti ini." ujar Kasandra tulus. Tanpa canggung, Leon melingkarkan tangan Kasandra di lengannya. Kasandra hanya bisa menurut tanpa berniat untuk protes. Sebelum masuk, Leon memastikan Kasandra harus tetap tersenyum. Sesampainya di depan ruang acara, Leon dan Kasandra langsung dikerumuni oleh wartawan. Wajah Kasandra terlihat panik, tak menyangka jika mereka akan menjadi sorotan. "Apa gadis ini adalah pacar bapak?" "Bisakah kami mengenalnya?" "Apa bapak sudah memutuskan untuk memantapkan hati?" Bertubi-tubi pertanyaan wartawan sama sekali tidak di jawab oleh Leon. Di sampingnya, Kasandra menggenggam lengan Leon dengan erat. Lagi-lagi ini kali pertama gadis itu berhadapan langsung dengan wartawan. "Aku nyaris tak bisa tersenyum Leon." ujar Kasandra setelah mereka tiba di dalam ruang acara. Leon tertawa. "Jangan tegang dan jangan hiraukan apapun. Nikmati pestanya. Jika kau takut kemana-mana sendiri, jangan lepaskan tanganmu dari lenganku. Paham?" Kasandra mengangguk. Beberapa orang yang mulai menyadari kedatangan Leon, menghampiri laki-laki itu. Leon menyambut teman-temannya dengan ramah dan memperkenalkan Kasandra sebagai rekan kerjanya. "Dia cantik sekali Leon. Jika kau tidak berniat memacarinya, kau bisa memberikan kontak gadis itu padaku." Kasandra tampak bersemu merah saat menyadari beberapa orang menatapnya dengan kagum. Karena begitu malu, Kasandra memilih menjauh dari Leon. Gadis itu beralasan akan mencicipi hidangan yang tersedia. Saat sedang asyik memilih hidangan, Kasandra di kejutkan oleh panggilan yang cukup familiar di telinganya. Seketika gadis itu menoleh dengan wajah cemas. "Rando? A-apa yang kau lakukan disini?" tanya Kasandra gugup. Rando tersenyum sinis. "Harusnya aku yang bertanya, bagaimana mungkin wanita sepertimu bisa berada di pesta orang terkenal seperti ini. Apa kau jadi sugar baby seseorang?" Kasandra bergegas mundur saat Rando dengan seringai m***m mulai mendekatinya. "Jangan macam-macam Rando. Aku bisa teriak seperti dulu dan membuatmu di permalukan di pesta ini." ancam Kasandra. Rando tertawa sumbang. "Coba saja jika kau berani. Kau tau apa yang akan terjadi jika kau sampai melakukannya. Aku akan membalikkan keadaan hingga mereka yang akan menuduhmu tengah menggodaku." Kasandra mulai gelisah. Saat hendak menghindar, dengan sigap Rando mencekal lengan gadis itu. "Wanita rendahan sepertimu tidak punya hak untuk menolak sentuhan dari orang sepertiku. Aku bisa membeli tubuhmu dengan uang yang ku punya. Jadi jangan sok jual mahal Kasandra." bentak Rando. Beberapa orang mulai memperhatikan keributan yang di buat Rando. Kasandra sudah akan menangis saat seseorang datang dan menyingkirkan tangan Rando dari lengan Kasandra. "Kau harus berurusan denganku jika berani menyentuh wanita ini." ujar Luiz dingin. Rando membuang muka. "Ternyata kau datang bersama CEO Antonius. Sepertinya aku salah memilih mainan. Lain kali kita akan bertemu lagi Kasandra." Kasandra bergidik ngeri. Saat Rando sudah menjauh, Kasandra baru bisa bernapas lega. "Kita harus bicara." Luiz menarik Kasandra meninggalkan ruang acara. Mulanya Kasandra ingin menolak. Tapi saat melihat Leon sedang berbincang bersama Raisa, Kasandra memilih mengikuti langkah Luiz. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Luiz dingin. Kasandra menunduk, tak berani menatap Luiz. "Aku datang bersama pak Leon." jawab Kasandra. "Cih ternyata kau berani juga. Bukankah aku sudah memberimu peringatan? Jauhi..." "Aku tau." "Kalau kau tau kenapa kau masih melakukannya? Apa kau berniat menjadi sugar baby Leon?" bentak Luiz. "Jangan bicara sembarangan pak Luiz. Aku bukan w************n seperti yang bapak tuduhkan." Luiz mendengus. "Lalu apa maksud semua ini?" Luiz menunjuk baju dan tas yang sedang Kasandra pakai. "Aku yakin kau tidak akan mampu membeli pakaian seperti ini. Jika kau tidak berniat menjadi sugar baby seseorang, harusnya kau tidak menerima barang-barang mewah itu." Wajah Kasandra merah padam menahan marah. Alih-alih menampar atau balas memaki, Kasandra lebih memilih meninggalkan Luiz. "Ruang acara ada di sana. Itu menuju pintu keluar." ucap Luiz mengingatkan. "Aku tidak bermaksud kembali ke dalam. Bapak dan Rando benar, orang sepertiku tidak pantas berada di tempat seperti itu." Luiz meraih tangan Kasandra dan menyeret wanita itu kembali ke tempat acara. "Jika kau tidak ingin melihatku dan Leon berkelahi, maka ikuti saja perintahku." ancam Luiz. Kasandra terpaksa menurut meski hatinya sangat berat untuk kembali. Pesta mewah dan dirinya, adalah perpaduan yang sangat tidak serasi. *** "Kau datang bersama Luiz?" tanya Raisa begitu melihat Kasandra berdiri di sebelah Luiz. "Kau kemana saja Kasandra? Aku menghawatirkan keadaanmu." tanya Leon khawatir. "Ada sedikit masalah." jawab Kasandra pelan. "Lain kali, jika kau memutuskan untuk mengajak seseorang, maka kau harus menjaganya dengan baik." sindir Luiz. "Oh jadi kau datang bersama Leon." ujar Raisa lirih. Seketika Kasandra jadi tidak enak pada Raisa. Entah mendapat ide dari mana, Kasandra malah berdiri di sisi Luiz dan menggandeng lengan laki-laki itu. "Aku memang datang bersama Leon. Tapi aku memutuskan untuk pulang bersama pak Luiz. Iya kan?" tanya Kasandra sambil mendelik ke arah Luiz. "Kau bicara apa? Aku tidak berniat menjadi pangeran berkuda putih yang siap kapan saja jika di butuhkan." balas Luiz. Kasandra membuang muka karena malu. Ternyata Luiz orang yang tidak bisa di ajak kerjasama. "Kau pergi bersamaku, tentu saja harus pulang bersamaku Kasandra. Bukankah kita sudah sepakat kalau hari ini kau adalah Cinderella? Biarkan aku yang jadi pangeran berkuda putih untukmu." ucap Leon. "Jangan sok puitis Leon. Itu terdengar menjijikkan." ejek Luiz. Kasandra menangkap raut sedih dan kecewa dari wajah Raisa. Sejak tadi, gadis itu tidak mengatakan apa-apa meski tetap berusaha untuk tersenyum. "Malam ini aku masih punya janji pak Leon. Sepertinya aku harus pulang lebih dulu. Bukankah Cinderella harus pulang sebelum jam 12 malam?" canda Kasandra. "Pokoknya aku yang antar. Lagipula acara inti saja belum dimulai, kenapa kau buru-buru sekali?" tanya Leon. "Jangan pak Leon!" tolak Kasandra tegas. "Tapi..." "Kalau kau benar-benar khawatir pada Kasandra, biar aku yang membawanya pulang." putus Luiz. Kasandra melongo, tidak menyangka Luiz akan menawarkan diri. "Seperti permintaanmu, aku yang akan membawamu pulang." ujar Luiz pada Kasandra. Lagi-lagi Kasandra hanya bisa melongo. Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Luiz membawa Kasandra keluar dari gedung acara. To be continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN