4. Worry

831 Kata
...Jason POV... Pertengkaran kecilku dengan Olin selesai begitu saja karena aku beralasan ada rapat di kantor. aku hanya ingin terhindar dari pertengkaran tersebut. Padahal sebenarnya di kantor tidak ada rapat apapun. Itu hanya alasanku saja. Dan walaupun aku sudah ada di kantor pikiranku masih belum sepenuhnya disini. Aku masih memikirkan perkataan Olin tadi pagi, aku memang melarangnya untuk bertemu teman laki-lakinya, entah kenapa hatiku merasa tak rela jika melihatnya bersama dengan laki-laki lain. Kurasa ini bukan cemburu karena sejauh ini aku masih mencintai Valeri dan jika aku mencintai Valeri maka aku tidak mungkin cemburu dengan Olin. Tidak ini bukan cemburu. aku hanya tidak suka jika Olin dekat dengan laki-laki lain. Aku suka jika orang yang sedang mengandung anakku pergi bersama laki-laki lain. "lalu apa bedanya dengan cemburu??" Batinku. Sial, aku tidak boleh cemburu padanya. Ini hanya sebatas tanggung jawab, kalau aku cemburu padanya artinya aku mulai mencintainya. Tidak aku hanya mencintai Valeri, aku tidak boleh mencintai Olin. Tapi bisakah aku bersatu dengan Valeri?? Karena jika aku ingin menikahi Valeri maka aku harus menceraikan Olin. Dan jika aku menceraikan Olin lalu menikahi Valeri, mama pasti akan marah besar padaku. Entah kenapa mama sangat membenci Valeri padahal mereka belum pernah bertemu karena mama memang tidak ingin bertemu dengan Valeri dan sebaliknya mama langsung menyukai Olin padahal dia tahu saat itu Olin sudah mengandung anakku. "Jason kamu kenapa sih kok sekarang sering melamun?" Tanya suara lembut yang sangat ku kenal. "aku tidak melamun Valeri" Jawabku sambil berjalan ke arahnya. "apa kamu memikirkan wanita itu?" Suara lembut Valeri sekarang berubah menjadi tajam. Jujur saja aku sedikit tidak suka saat Valeri menyebut Olin dengan kata 'wanita itu'. Entah apa yang terjadi, mungkin karena aku tidak suka wanita yang mengandung anakku sedang direndahkan. "Valeri sudah kubilang jangan menyebut Olin dengan dengan sebutan 'wanita itu'" Tegasku padanya. "dan sekarang kamu membentakku karna wanita sialan itu! Jason aku sudah sabar ketika kamu bilang akan menikah dengan wanita lain tapi sekarang kamu lebih memperhatikan wanita sialan itu daripada aku" Teriaknya. "Valeri cukup!! Kamu ngak berhak bilang kalo Olin itu sialan, dia lagi hamil anak aku kalo kamu lupa!" Teriaku tak terima saat Valeri menyebut Olin sialan. "oke kalo itu yang kamu mau. Mungkin kamu emang udah mulai cinta sama Olin, dan aku akan segera kamu campakan" Kataku tajam. "Valeri buka itu maksud aku.." "Jason jadi ini kerjaan kamu selama ini?? kamu udah menikah tapi tetep ketemu sama wanita lain??" Suara seorang wanita memotong perkataanku. Aku menengok ke arah pintu untuk meluhat siapa yang datang. Aku menemukan Mama sedang berdiri sambil menatap tajam ke arahku. "Mama ngapain di sini?" Tanyaku pada Mama yang sekarang sedang berjalan mendekatiku. "jangan mengalihkan pembicaraan Jason" Suara Mama terdengar tajam saat bicara. Aku melirik ke arah Valeri, dia sedang berdiri dengan kaku karena takut melihat ada Mama di sini. "dan kamu, bisa tolong keluar dari ruangan ini? saya ingin bicara dengan anak saya" Mama berkata dingin kepada Valeri, membuatnya takut dan langsung keluar begitu saja. "Jason, Mama kesini mau cari Olin, tapi saat Mama masuk ke ruangan ini, Mama malah melihat wanita itu ada di sini. Ada apa ini Jason?" Tanya Mama padaku. "aku cinta Valeri, Ma" Jawabku kemudian. "kamu cinta Valeri?? Tapi Olin lagi hamil dan dia hamil anak kamu Jason. Tolong pikirkan perasaannya juga, jangan egois. Mungkin sekarang kamu belum cinta sama dia, tapi kamu bisakan mencoba mencintai?? Kamu bisakan menjaga perasaannya??" Tanya Mama dengan lembut. Aku hanya diam tidak menjawab Mama. "sekarang Mama mau tanya, dimana olin?? dari tadi pagi dia ngak jawab telfon Mama. Mama khawatir sama dia. Tadi juga Mama udah cari di apartement kalian tapi dia nggak ada. Mama pikir dia ada di sini, tapi disini... " Mama tidak melanjutkan kata katanya. Aku mulai khawatir tentang keadaan Olin. "Ma aku harus pergi, aku harus cari Olin, aku khawatir sama dia" Kataku pada Mama.Setelah itu aku segera berlari keluar kantor. Aku benar-benar khawatir pada Olin. Kemana dia pergi?? Kata Mama, Olin tidak ada di apartement. Lalu dia ada di mana?? Rumah Mamanya, yaaa pasti dia pergi ke rumah orangtuanya, dia pasti rindu pada Kakaknya. Sejauh yang kutahu dia memang sangat dekat dengan Kakaknya dan istri kakaknya. Mungkin aku harus kesana. *** "Kamu kemana Lin?" Tanyaku pada diriku sendiri karena tadi saat aku ke rumah orangtuanya, Mamanya bilang Olin tidak ada di sana. Saat itu juga kak marcel—Kakak Olin— menatapku dengan tatapan tajam. Akhirnya kuputuskan untuk pulang karena mungkin saja Olin sudah pulang. Tapi saat sampai di apartement aku tidak melihat Olin ada di rumah. Aku berjalan ke arah kamar Olin,disana aku melihat handphone Olin sedang tergeletak di meja kecil dekat tempat tidurnya. Tadinya kupikir Olin akan segera pulang karena itu aku menunggu di sini, tapi sekarang sudah jam 10 malam dan Olin belum juga pulang. "kamu kemana Lin?? kenapa nggak pulang-pulang?? aku khawatir sama kamu. Maaf kalo tadi pagi aku buat kamu marah, tapi aku bener-bener nggak bermaksud kaya gitu" Kataku pada diri sendiri.Kuberharap Olin mendengar suaraku lalu segera pulang. *** TBC I Hope You Like This Story Patrisia Arselita
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN