46

1088 Kata
Dalam pertarungan Inoshuke dan Shatoru, penjual b***k mengawasi dari kereta kudanya. Setelah Shatoru dan Hayato kabur lebih dari empat bulan, ia pikir mereka tak akan kembali lagi, ternyata pikirannya salah. Si kusir dan Ayami mengajak pergi ke festival bunga sakura di Kurobuchi, ia malas sekali. Karena festival musim semi selalu mengingatkannya pada kematian ayah dan sang ibu. Sayangnya, Ayami dan si kusir memaksa. Terpaksa ia ikut, saat berada di sana. Ia seperti melihat anak kecil yang seperti Hayato tengah membeli barang-barang. Si penjual b***k ingin menangkapnya namun festival itu begitu ramai, ia tak ingin menarik perhatian warga sekitar. Kemudian ia membuat rencana dengan si kusir kuda dan ia pun menyewa pembunuh bayaran, seorang perempuan yang di juluki pedang kematian. Selain itu ia juga berkumpul dengan militer kekaisaran yang bekerja sama dengannya. Penjual b***k dan kelompoknya berniat menangkap Hayato serta Shatoru saat waktu sepi, sayangnya ia kehilangan jejak. Keesokan harinya, si kusir ikut serta dalam adu pacuan kuda. Dan secara kebetulan Hayato dan lainnya datang kembali. Agar rencana mereka berhasil, mereka menjadi seorang peserta, penjual taruhan dan peramal gadungan. Siasat itu berhasil dan mengetahui kemana mereka pergi, sebelum sampai di sungai penyebrangan. Si penjual b***k dan rekannya segera menghadang. Kini penghadangan itu mendapat perlawanan, Shatoru masih melawan perempuan tua itu. Meskipun dari mereka sudah sangat kelelahan. Inoshuke membuang pedangnya karena bingung tak bisa menggunakan, ia malah mengambil balokan kayu yang entah bagaimana ada di dalam kereta itu. Satu persatu dari mereka jatuh dan kesakitan karena pukulan Inoshuke, tersisa satu yang malah memilih kabur. Hayato keluar dari kereta kudanya, mendekat kearah Inoshuke. "Paman Shuke, bagaimana keadaan Paman Shatoru?" tanya Hayato penasaran karena masih mendengar suara benturan pedang dan belati. Inoshuke menganggkat kedua pundaknya, lalu Hayato dan Inoshuke mengintip dari balik kereta kuda itu. Ternyata masih ada pertarungan di sana. Dari arahnya mengintip Hayato dan Inoshuke bisa melihat bahwa perempuan itu terluka akibat goresan belati Shatoru, di bagian wajah dan tangan. "Paman Shuke," panggil Hayato. Inoshuke menoleh melihat Hayato membawa beberapa batu. "Bagus," puji Inoshuke. Kemudian keduanya berlari, Hayato melempar batu-batu kearah perempuan tua dan membuat pertarungan berhenti. "Hentikan!" Seru perempuan tua itu. "Aaaa!" teriak Inoshuke, berlari kearah perempuan tua itu sambil membawa balok kayu. Tuk Kemudian... Perempuan tua itu terjatuh pingsan dengan darah dari kepalanya akibat pukulan Inoshuke. Setelahnya Inoshuke membuang balok kayu itu. "Cepat naik kereta Shuke, Yato!" teriak Shatoru memaksa keduanya cepat naik. Setelah itu Shatoru membawa kereta kuda itu berlari kencang menuju arah sungai. Penjual b***k dan si kusir hanya diam tak bisa melakukan apapun meski Shatoru dan Hayato pergi. Mereka tak bisa mencegahnya, karena mereka memang tak bisa bertarung. Apalagi setelah melihat bahwa pembunuh yang di sewanya saja telah kalah meskipun tak sampai mati. Beberapa waktu berlalu setelah kekalahan mereka untuk mendapatkan kembali Hayato dan Shatoru. Rumah milik penjual b***k itu di serbu para serdadu militer kekaisaran di wilayah itu. Awalnya penjual b***k itu berpikir bahwa militer kekaisaran itu adalah para orang-orang yang ikut bergabung dalam rencananya, ternyata bukan. Penjual b***k itu di hakimi Daimyo wilayah, dan di jatuhi hukuman mati akibat melanggar peraturan yang telah di buat. Namun, belum sampai di hukum mati, penjual b***k itu lebih memilih untuk bunuh diri dengan cara menggantung dirinya sendiri. Si kusir yang tak lain Ishuke, ternyata ada di balik rencana penyegrapan itu. Sebagai mantan seorang militer kekaisaran, ia menjadi mata-mata selama ini. Dan penangkapan penjual b***k itu, juga mengait banyak perkumpulan penjahat yang bekerja sama dengan militer kakaisaran demi mendapatkan sebuah keuntungan yang lebih lagi. Beberapa tahun setelah penangkapan itu, Putri Yumma yang kembali ke desa Yondama mendengarnya dan merasa begitu lega. Kemudian Ishuke juga memutuskan untuk kembali ke desa Yubikana. Demi mengasikan dirinya sendiri, meskipun akhirnya ia bertemu dengan pemuda berbakat bernama Hayato. Hayato yang memiliki cita-cita tinggi untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya mengetuk pintu hati Ishuke yang akhirnya ia menerima Hayato sebagai muridnya meskipun ia telah lama meninggalkan dunia perpedagangan. Karena Hayato begitu berbakat dalam teknik beladiri dan berpedang, maka tak heran Hayato dengan cepat menguasai jurus-jurus yang di berikan bahkan Ishuke pikir Hayato jauh lebih baik dari dirinya. *** Sementara itu Hayato pergi menemui petapa itu yang berada di hutan dekat Desa Hokayo. Perjalan jauh yang akan menguras diri dan tenaganya. Ishuke sudah mengatakan bahwa arah desa itu keselatan, dekat perbatasan kota Hokaido. Berarti beberapa ratus kilo meter dari sana. Hayato pergi ke desa itu dengan kuda, hasil pinjaman Ishuke pada salah satu penduduk desa Yubikana, yang memang begitu akrab pada Ishuke. Hayato dengan sigap membawa kuda itu berlari kencang, meskipun ia tak pernah belajar menunggang kuda selama ini, tapi karena sering melihat Shatoru berkuda ia jadi paham. Perjalan menuju hutan desa Hokayo cukup sulit dan begitu jauh, ia harus melewati beberapa desa bahkan kota, melewati lereng jurang serta sungai. Hingga akhirnya ia sampai di desa Hokayo, menurut beberapa penduduk hutan yang akan Hayato tuju bernama Hutan Kunang-kunang, karena di sana banyak sekali kunang-kunang setiap malam. Saat Hayato bertanya tentang seorang seorang petapa di hutan itu, para penduduk mengatakan bahwa mereka tak pernah mendengar hal itu. Yang mereka dengar di sana banyak hewan-hewan buruan seperti rusa dan lainnya. Setelah mendengarkan hal itu, Hayato merasa kembali seperti di bohongi Ishuke. Apa benar di hutan itu ada seorang petapa, tapi kenapa para penduduk bilang tak pernah tahu soal itu? Setelahnya Hayato melanjutkan perjalanannya menuju hutan kunang-kunang. Saat melewati desa, matahari sudah mulai tenggelam dan tak betapa lama malam pun tiba. Saat memasuki hutan, hawa dingin cukup terasa menusuk kulit, bahkan lebih dingin dari gunung kabut. Hayato terus masuk lebih jauh ke dalam hutan kunang-kunang tapi sudah sampai sejauh itu ia juga belum menemukan seorang Petapa yang dikatakan oleh Sang Guru. Jika benar apa yang dikatakan penduduk maka seharusnya ia kembali tanpa mempedulikan apa yang nanti Ishuke lakukan. Sejenak Hayato mengistirahatkan tubuhnya di bawah sebuah pohon yang rindang, Hayato menyandarkan punggungnya di batang pohon besar itu. Dan tanpa sadar ia tertidur sesaat. Saat terbangun ia merasa ada seseorang yang saling berbicara dengan suara lirih, Hayato mencari sumber suara itu tapi tak terlihat, malah ia hanya menemuka banyak sekali kunang-kunang yang beterbaran di hutan itu, dan anehnya kunang-kunang berjalan begitu saja melewatinya tanpa merasa ketakutan. Hayato penasaran kemana perginya para kunang-kunang itu dan ia masuk lebih dalam pada hutan itu. Lalu sampailah di tempat para kunang-kunang itu berkumpul yakni di bawah sebuah pohon yang terlihat sangat terang bergerombol membentuk sebuah lingkaran dan di tengahnya terdapat seperti hewan tapi memiliki tubuh kecil layaknya kurcaci. Hayato meyakinkan bahwa itu hewan tapi ia kemudian ragu. Hayato lebih dekat terus mendekat pada apa yang ia lihat, dan ternyata sebuah makhluk mirip kurcaci.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN