07

1106 Kata
Bab 6. Kasih Sayang Teng teng teng…. Tepat jam 12 malam, suara pukulan benda nyaring terdengar di sana, sebuah kelompok mengunjungi tempat dimana Hayato dan Sathoru beristirahat. Suara langkah kaki yang sangat pekat terdengar oleh Sathoru yang sedang tertidur. Sathoru merasa terusik oleh suara tersebut, ia sedikit menguntit membuka matanya melihat dari bawah balik pintu terlihat bayangan langkah kaki manusia. Sathoru langsung terbangun dan melihat pada arah Hayato yang sedang tertidur pulas. Sathoru merasa lega ketika melihat Hayato masih tertidur pulas, Shatoru sangat takut jika Hayato menjadi dalam masalah lagi. Tak lama kemudian terdengar suara gaduh yang dengan kencangnya hingga membuat Hayato terbangun. “ Ada apa ini?" tanya Hayato yang masih setengah sadar. “Tidak ada apa-apa, kau tidur saja kembali. Itu hanya suara orang sedang memperbaiki penginapan.” Jawab Sathoru. "Malam-malam begini? Kurang kerjaan sekali," kata Hayato lagi setelah itu Hayato kembali tertidur pulas tanpa rasa penasaran yang dalam. Sedangkan Sathoru masih terjaga dari tidurnya. Ia bergegas mengambil tas untuk dia amankan. Bagi Sathoru pisau kecilnya, tas yang ia temukan dan barang yang ada didalamnya harta berharga terakhir yang ia miliki. Setelah itu Sathoru mendekati pintu lalu dengan pelan ia membuka pintu. Shatoru berhasil melalui pintu tanpa terdengar Hayato. “ mana bayaranmu?" tanya Salah seorang dari mereka membentak pada sang pemilik penginapan. Si pemilik penginapan memasang wajah yang sangar dan geram pada berandalan itu. “ mengapa kau pasang wajah begitu? Kau benar-benar tidak mau membayarnya? Kau ingin berusaha mencari masalah dengan kami?!" Ucap salah satu berandal lagi. Shatoru terus mengulur waktu sembari memikirkan bagaimana ia dapat membantu pemilik penginpan untuk menghadapi berandalan sialan itu. Ketika saat itu shatoru tidak tahu harus berbuat apa. “ aku tidak punya banyak uang” ucap pemilik penginapan sembari memberikan beberapa logi pada berandalan tersebut. “kurang ajar sekali kau, logi segini tidak akan cukup untuk membayar pajak” ucap salah seorang berandal yang sedikit lebih tua, hampir saja memukul wajah pemilik penginapan, namun Shatoru lebih dulu melempar sebuah balok kayu pada tangannya. “apa kalian tidak pernah menyadari perilaku kalian pada orang lain! merampas hak orang lain secara paksa. Apa kalian tidak takut pada kaisar kalian jika kalian ketahuan maka kalian akan masuk jeruji kaisar yang susah sekali untuk kalian kembali keluar menghirup udara segar? kalian tidak beda jauh dengan pecundang," ujar Shatoru dengan nada yang memuncak. “sudahlah kau tak usah banyak bicara, kau hanya manusia rendahan yang tak punya apa-apa. Berani sekali kau pada kami, apa kau tak tahu kami!”. Ucap seorang berandal itu lagi. Hayato mendengar keributan yang terjadi diluar hingga ia terbangun dari tidurnya dan alangkah terkejutnya ketika ia membuka mata Shatoru tidak ada di tempat tidurnya. Hayato langsung bergegas menghampiri keributan dan melihat Sathoru berada diantara tiga laki-laki berandalan membuat Hayato takut dan cemas. “ hei kau, mana uangmu?kau pasti juga punya uang!” kata seorang berandal sambil menunjuk pada Hayato, Hayato semakin takut dan raut wajahnya berubah memerah, matanya sudah berkaca-kaca. “ sudah jangan kau ganggu dia, hadapi saja aku” timbal Shathoru “ kau menantang kami?” berandalan sudah geram dengan Sathoru hingga mengeluarkan pedang mereka. Shatoru masih memandangi berandalan sambil menelaah taktik apa yang akan dipakai berandalan itu. Hingga pada akhirnya Sathoru mengeluarkan pisau kecilnya dengan bersikap santai memegang pisaunya dengan penuh kendali dan fokus Sathoru memulai mengayunkannya. Sementara Hayato yang tak jauh dari tempat keributan tersebut masih memasang wajah yang takut akan terjadi sesuatu pada Sathoru. Perdebatan semakin mencekam namun sathoru masih bersikap santai menghadapi tiga berandalan tersebut. Hayato yang masih berdiri dibelakang sesekali menelaah gaya sathoru menghadapi berandalan itu. Tiba-tiba terdengar brukkk... Hayato sangat terkejut. Beruntung bukan Sathoru yang terjatuh. Salah satu dari berandalan itu dapat dijatuhkan Sathoru. “ berani sekali kau pada kami” celoteh salah satu berandalan sambil membantu temannya yang terjatuh berdiri. Sambil bergegas meninggalkan sathoru dan Hayato membawa temannya yang terluka parah. “lihat saja nanti apa yang akan terjadi pada kalian” sambil melangkah memapah salah seorang berandal yang terjatuh tadi. ” mengapa kau menatapku seperti itu” Tanya Sathoru pada Hayato Hayato yang diam tertegun dikejutkan dengan pertanyaan Sathoru. “ aku sangat terkesima melihatmu melawan berandalan tadi, bagaimana kau bisa mengalahkan mereka. Dari mana kau belajar bermain pedang? Tanya hayato Namun pertanyaan Hayato tak digubris oleh Sathoru. Untungnya sathoru ketika kabur dari sel jeruji berhasil membawa pedang sang penjaga sel mereka. Berkat pedang itu ia berhasil mengalahkan berandalan tadi. “hayato, ayook kita masuk beristirahat kembali. Besok pagi buta kita harus melanjutkan perjalanan agar tak bertemu dengan berandalan seperti mereka lagi ’’. Sathoru dan Hayato bergegas kembali ke ruangan kecil tempat tidur mereka. Namun bukannya tidur istirahat kembali Hayato diam melamun sedih. “ hey kenapa kau” Tanya Sathoru penasaran “tak apa” hayato jawab dengan singkat Sathoru berfikir mungkin hayato sedang merindukan orang tuanya. “lalu apa yang membuatmu melamun dan bersedih? Hayato diam membisu tanpa suara hanya menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca. Tak lama kemudian hayato membuka mulutnya “aku hanya terharu, kau orang asing yang aku tak kenali, wajahmu saja aku tak tahu tetapi mengapa kau sangat baik padaku? Kau membayar semua denda ini demi aku agar bisa beristirahat dengan nyaman, namun kau juga harus bertarung melawan berandalan tadi terlebih dahulu. Dan bukan itu saja, kau telah membantuku keluar dari penjara. Aku tak tau lagi kebaikan apa lagi yang akan kau berikan besok. Suasana berubah menjadi haru seketika. “sudah jangan kau pikirkan, ayok kita beristirahat dan kita lanjutkan perjalanan besok pagi. Kau harus menjadi laki-laki yang mandiri Hayato. Kau tidak bisa selalu bergantung pada orang lain sepertiku”. Jawab Shatoru dengan cuek Sebenarnya Sathoru merasa terharu juga namun ia tak pernah menunjukannya didepan Hayato. Agar Hayato tidak menjadi laki-laki yang lemah maka Sathoru harus terlihat tegas didepan Hayato. Namun seketika Sathoru pun merasa rindu dengan keluarganya yang hanya memikirkan kekaisaran tanpa memperdulikan dia. Tak terasa air mata keluar dari pelupuk mata Sathoru namun air mata Sathoru tak bisa terlihat oleh siapapun karena wajah sathoru yang tertutup rapat oleh tudungnya. Dibalik sifat Sathoru yang cuek namun Sathoru memiliki kepedulian tinggi terhadap Hayato. Sathoru sangat berniat kuat untuk melatih Hayato ketika nanti tiba didesa Yondama. Sathoru akan mengajarkan berbagai teknik bermain pedang. “siapkan dirimu Hayato, aku akan melatihmu dengan tegas dan sedikit keras” gumam Sathoru dalam hati sambil memandangi wajah Hayato yang masih lugu namun harus menanggung beban hidup yang berat seperti ini. Tak lama Sathoru perlahan merebahkan tubuhnya diatas tikar yang tipis ia memejamkan matanya untuk mengistirahatkan semua keletihannya setelah menghadapi berandalan tadi. Tak lama Sathoru pun masuk ke dunia mimpinya. Pemilik penginapan yang belum sempat berterima kasih pada Shatoru hanya mampu diam, akan ada masalah lagi pada penginapannya nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN