"Hai, aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apakah kamu anggota Sang Pemberontak?" Violet mendengar suara pelan di belakangnya, jantungnya hampir saja berhenti berdetak.
Dia tertangkap basah saat memeriksa pintu keluar menuju kolam rumah itu. Bisakah dia kabur dari pintu itu?
Violet berbalik untuk melihat wanita muda yang berbicara dengannya. Dia sepertinya masih remaja, tidak lebih dari lima belas tahun.
Mengapa seorang gadis semuda itu berada di pesta yang penuh alkohol dan orang dewasa? Arden tidak akan pernah mengizinkan hal seperti itu di istananya, pasti.
"Oh, halo!" Violet berusaha terdengar sopan dan tenang, meski kakinya seperti mau copot. "Ah... bukan. Aku datang dengan seorang teman, tetapi sepertinya kami terpisah." Violet tersenyum ramah pada gadis itu.
"Itu sering terjadi kepadaku ketika pergi keluar dengan temanku. Dia selalu meninggalkanku sendirian untuk bersama pria yang baru saja dia temui. Konyol sekali!"
Violet mengangkat alisnya. Gadis itu tampak sangat ingin berbicara dengan seseorang.
"Kedengarannya dia sama sekali bukan teman yang baik. Mengapa dia meninggalkanmu sendirian untuk bersama seseorang yang baru dia temui?"
"Iya, betul kan?" gadis itu tersenyum, merasa senang akhirnya ada seseorang yang memperhatikannya.
Violet merasa kasihan kepadanya dan ingin memberikan beberapa nasihat, tetapi dia tidak punya cukup waktu lagi.
Dia harus menemukan Jack.
"Kamu cantik. Maksudku, benar-benar cantik. Kamu seperti seorang putri." Violet mendengarnya berkata, dan itu menarik perhatiannya.
Bukannya dia belum pernah mendengar pujian seperti itu sebelumnya, tetapi jarang mendengar seseorang memujinya cantik tanpa ada niat di belakangnya.
Setiap kali ada yang memujinya, sepertinya mereka melakukannya semata karena dia adalah putri Arden, pemimpin Kawanan Berlian.
Seolah-olah Violet akan memberikan sesuatu yang berharga hanya karena mereka menyanjungnya.
Bukan juga karena dia merasa jelek, tapi dia tidak pernah menganggap dirinya seperti itu, wanita cantik.
Dia memang menyukai mata hijau dan rambut emasnya, itu saja. Dia selalu merasa bibirnya terlalu tebal dan bintik-bintik kecil di pipi dan hidungnya terlihat mengganggu.
Tapi senang rasanya menerima pujian seperti itu.
"Terima kasih, kamu sangat baik." kata Violet dengan tulus. "Apakah kamu anggota Sang Pemberontak?" dia bertanya dengan rasa penasaran.
"Ya, aku sepupu Jack. Aku datang mengunjunginya pada hari ulang tahunnya, karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Aku tinggal di pedesaan bersama nenekku. Namaku Gaia."
Violet mulai merasa mual lagi.
Sangat aneh berbincang dengan gadis itu, sepupu dari pria yang akan dia bunuh.
Dia harus segera pergi dari tempat itu. Atau dia bisa menyerah sebelum misi ini dimulai.
"Kau tahu, Gaia? Senang bertemu denganmu. Tapi aku harus menemukan temanku. Kita tidak ingin ada masalah di pesta sepupumu ini, kan? Dia tidak bisa sendirian terlalu lama." Kata Violet sambil masuk kembali ke dalam rumah.
Gaia terlihat sedikit kecewa, tapi Violet tidak bisa membiarkan dirinya memikirkannya.
Di saat seperti itu, dia sangat iri pada Gwen. Violet hampir tidak bisa mengedepankan logika dari emosinya. Dia sangat emosional, sementara Gwen sangat rasional.
Dan Violet sangat menderita karenanya.
Itu sebabnya dia tidak mau menerima misi ini sejak awal. Bagaimana dia bisa membunuh seseorang?
Tetapi setelah mendengar hal-hal mengerikan yang dilakukan Jack, dia memutuskan untuk berkawan dengan serigala liar dalam dirinya dan menegakkan keadilan di dunia.
Dia tidak akan membiarkan pria yang suka memanfaatkan orang lain, mencuri dari orang miskin dan berbuat sesuka hatinya itu hidup di dunia yang sama dengannya.
Jadi misi ini adalah sesuatu yang harus dia lakukan. Tidak ada pilihan lain.
Belati yang dia bawa telah diberi mantra oleh penyihir dari Kawanan Berlian untuk bisa membunuh manusia serigala. Ini adalah senjata yang sangat berbahaya, jadi Violet harus berhati-hati agar belati itu tidak jatuh ke tangan orang yang salah.
Dia hanya harus memastikan belati itu ditusukkan ke jantung Jack.
Setelah beberapa menit yang panjang dan membosankan, Violet menyadari bahwa Jack tidak ada di sana. Setidaknya dia tidak ada di tengah keramaian.
Yang Violet ketahui dari percakapan yang didengarnya sebelumnya, Jack tidak suka pesta. Pesta ini diadakannya hanya untuk anggota kawanannya dan tamu-tamu lainnya.
Jadi mungkin dia berada di suatu tempat yang lebih tenang di rumah besar ini.
Violet masuk lebih dalam ke rumah tersebut, mencari tempat di mana Jack bisa bersembunyi. Jika Jack bukan seseorang yang menyukai pesta, dia mungkin akan berada di tempat yang tenang, jauh dari kebisingan.
Dia naik ke atas, melihat ke dalam beberapa kamar yang pintunya terbuka.
Violet tidak menemukan apa-apa, kecuali beberapa orang yang menjauh dari pesta untuk bercinta dengan kekasih mereka, atau semacamnya.
Violet tidak mau tahu.
Dia hampir menyerah ketika tiba-tiba merasakan sensasi aneh di dalam tubuhnya.
Sensasi yang sama sekali berbeda dari yang pernah dia rasakan sebelumnya.
Rasanya jantungnya seperti terbakar dan menekan dadanya. Mungkinkah serangan jantung?
Tapi dia tidak merasa sakit. Sebaliknya, sensasi yang dia rasakan hangat dan menyenangkan.
Dan kemudian, Violet tiba-tiba mengerti.
Saat dia kembali ke pesta, matanya tertuju pada seorang pria di tengah-tengah lingkaran kerumunan orang, berbicara dan tertawa ramah.
Pria itu membelakanginya, tapi Violet seakan sudah mengenalinya sejak lama.
Benarkah? Padahal dia tidak bisa melihat wajahnya.
Dalam sekejap, seakan pria itu bisa merasakan mata Violet yang mengamatinya dari belakang, dia menoleh ke arahnya.
Dan nafas Violet tercekat.
Pria itu sangat tampan. Sangat menakjubkan.
Rambutnya segelap malam, matanya tajam dan menghipnotis. Violet tidak bisa melihat apakah warna matanya hijau atau abu-abu, dia tidak peduli.
Proporsi tubuh pria itu sempurna, seperti dipahat langsung oleh Tuhan.
Violet tidak tahu berapa lama dia mematung di sana, hanya menatapnya. Tiba-tiba dia sadar, dan terbangun dari angan-angan kotornya.
Dia tidak butuh orang pintar untuk memberitahunya apa yang sudah dia ketahui.
Tidak salah lagi.
Ini adalah momen yang selalu dia coba hindari. Momen yang selalu dia takuti akhirnya datang juga.
Violet telah menemukan jodohnya.
Dan pria itu berjalan ke arahnya.