Vanila, menatap langit – langit kamarnya dalam diam, matanya terlihat fokus menatap cahaya lampu, sedangkan pikirannya tidak berhenti merenungkan kehupannya sendiri. Dari mulai kepergian ibunya, kepergian neneknya, penolakan dari ayah kandung dan ibu sambungnya, dan terakhir penolakan dari suaminya sendiri. Saat itu, Vanila merasa jika dia mungkin terlalu hina hidup di tengah – tengah orang, dia mungkin tidak pantas di sayang dan dicintai, karena hadirnya dia dalam kehidupan seseorang hanya untuk membawa sial. Pemikiran dangkal itu tiba – tiba muncul di kepala Vanila, hingga membuat air mata jatuh dari pelupuk matanya. “Kenapa ada yang ngetuk pintu kamar ? bukannya di rumah ini cuma ada aku aja, terus itu siapa ?” gumam Vanila, sambil menatap pintu kamarnya sendiri