Berangkat Kerja

1665 Kata
Agam berjalan untuk membukakan pintu dan melihat apakah Syasya sudah berada di depan. Dan benar saja. Ia dapat melihat Syasya yang sudah keluar dari mobil yang ia bawa dan berjalan menuju Agam. Syasya tersenyum kepada Agam. "Selamat pagi, Pak Agam." Sapa Syasya kepada Agam. "Pagi Syasya." Balas Agam.  Syasya memberikan kunci mobil yang sudah ia pegang kepada Agam. "Ini pak kunci nya." Ucap Syasya ketika memberikan kunci tersebut kepada Agam. Agam pun langsung menerima kunci yang diberikan Syasya tersebut. Ia melihat sekilas mobil yang akan ia gunakan nantinya. Mobil tersebut kelihatan bagus dan besar. Agam menyukai mobil tersebut. "Terimakasih, Syasya." Ucap Agam kepada Syasya. Syasya hanya menganggukkan kepalnya. Detik berikutnya mereka berdu terdiam. Tidak tau harus membicarakan hal apa lagi. Syasya yang menyadari kecanggungan diantara dirinya dan Agam pun langsunng ingin mengundurkan diri untuk kembali ke rumahnya. "Hmm.. Kalau gitu saya langsung pulang aja ya, pak." Tutur Syasya. "Sama aja kita. Sekalian saya sama Freya juga mau keluar. Biar nanti kami antar kamu ke rumah. Gimana?" Ucap Agam menawarkan tumpangan kepada Syasya. Syasya terdiam sesaat. Ia sebenarnya ingin ikut, tetapi ia takut menganggu waktu Freya dan Agam nantinya. "Gak usah pak. Saya juga kebetulan mau belanja juga. Saya naik taksi  saja." Tolak Syasya dengan halus.  "Yaudah kalau gitu sekalian biar kamu nya diantar langsung untuk belanja." Balas Agam lagi. "Gak usah pak." Syasya melihat ke jam tangannya ia pun kembali menatap Agam. "Saya duluan ya, Pak. Takutnya nanti saya gak dapat belanjaan saya. Titip salam untuk mbak Freya. Permisi pak." Jelas Syasya. Belum sempat Agam membalas perkataan Syasya, ia sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan Agam dengan sedikit berlari. Agam yang melihat itu hanya mengehela napas panjang. Ia tidak mengerti kenapa Syasya terlihat seperti menghindari dirinya dan Freya. Agam pun kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Ia dapat melihat Freya yang sudah berganti pakaian. Freya seperti mencari keberadaan Syasya. "Tadi bukan Syasya, ya?" Tanya Freya kepada Agam. "Tadi Syasya kok. Dia ngantar mobil untuk kendaraan kita." Balas Agam. "Jadi Syasya nya mana? Kok gak lo suruh masuk?" Tanya Freya lagi. "Langsung pulang dia. Padahal tadi udah gue suruh untuk pergi sama kita aja. Tapi dia gak mau dan langsung pergi." Jelas Agam lagi. Freya yang mendengar itu terdiam sesaat. Kenapa Syasya tidak mau untuk pergi bersama dengan dirinya dan Agam.  "Kenapa dia langsung pulang? Aneh." Tutur Freya sambil menatap Agam. "Udahlah ngapain di pikirin. Mungkin dia emang lagi buru-buru. Gue ganti baju bentar, setelah itu kita langsung pergi untuk cek kandungan lo." Ucap Agam. Setelah itu ia  berjalan melewaati Freya dan menuju kamarnya untuk menganti pakaian.  Freya pun duduk di sofa untuk menunggu Agam. Ia masih  tidak mengerti mengapa Syasya begitu terburu-buru sehingga tidak mau berangkat bersama.  "Ayo kita berangkat!" Agam berjalan mendekati Freya sambil menenteng kunci mobil yang baru diberikan Syasya kepada dirinya. "Cepat bener lo ganti bajunya." Tutur Freya.  Agam tersenyum mendengar perkataan Freya. "Gue terlalu semangat untuk lihat anak lo di dalam perut lo itu. Pasti sangat mengagumkan." Balas Agam dengan semangat. Freya yang mendengar itu langsung bangkit dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Agam dan menatap wajah Agam. "Ayo cepat berangkat. Gue pengen makan lontong sekarang." Tutur Freya. Setelah itu ia pun berjalan mendahului Agam dan berjalan keluar dari rumah. Agam hanya tersenyum dan berjalan mengikuti Freya. Ia mengunci pintu rumah. Setelah selesai, Agam berjalan menuju mobil dan membukakan pintu mobil untuk Freya. Freya pun langsung masuk ke dalam mobil. Setelah itu ia pun berjalan ke samping mobil dan masuk. Agam menyalakan mesin mobil. Setelahnya ia pun menjalankan mobil dan pergi menuju rumah sakit untuk mengecek kandungan Freya. --- Agam tidak henti-hentinya memandang foto hasil usg Freya tadi. Ia tersenyum sambil melihat foto tersebut. Freya yang melihat itu hanya bisa ikut tersenyum. Freya merasa sangat bahagia. Setidaknya anaknya nanti mempunyai sosok om yang sangat menyayangi dirinya.  "Gue mau pajang ini foto." Ucap Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti jalan pikiran Agam. "Ngapain?" Tanya Freya. "Gue  baru sadar Frey, rumah ini masih belum ada satu pun foto yang terpampang di dinding. Jadi foto ini akan jadi foto pertama yang dipajang di rumah ini. Foto anak lo akan gue pajang." Ucap Agam dengan semangat. Freya yang mendengar itu merasa sangat terharu. Ia bahkan tiak pernah berpikir untuk memajang foto tersebut. Agam benar-benar perduli dengan anaknya ini. Freya sangat menyesal pernah berpikir untuk menghilangkan bayinya. Ini adalah anaknya. Darah dagingnya. Kenapa bisa ia pernah berpikiran hal buruk seperti itu. Freya duduk di samping Agam. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Agam. "Anak gue akan sangat beruntung punya lo nantinya. Ia mungkin enggak akan pernah dapat kasih sayang dari ayah kandungnya, tetapi gue sangat yakin. Anak gue akan sepenuhnya dapat kasih sayang dari lo. Makasih udah hadir buat gue dan anak gue." Tutur Freya kepada Agam. Agam mengelus lembut rambut Freya. "Anak lo akan jadi anak gue juga Frey. Kalau soal kasih sayang, lo gak usah takut. Gue akan jaga anak lo  sama seperti gue jaga lo selama ini." Balas Agam dengan lembut.  "Setelah gue lahiran nanti, gue akan cari pekerjaan untuk ngebantuin lo. Gue gak mau terus jadi beban lo aja nanti." Ucap Freya. "Terserah lo kalau soal itu. Nanti gue bantuin untuk cari pekerjaan buat lo." Balas Agam. Freya yang mendengar itu tersenyum. Ia jadi mengingat tentang Darel. "Gak usah.. Terakhir kali lo bantuin cari gue pekerjaan, malah gue ketemu sama orang yang udah buat hidup gue hancur. Nanti gue cari sendiri aja." Ucap Freya dengan senyumannya. Agam terdiam mendengar itu. Apa yang dikatakan Freya benar. Kalau saja ia tidak memasukkan Freya di club kemarin, mungkin Freya tidak akan pernah mengalami hal ini. Munngkin Freya masih Freya yang ia kenal dulu. Freya tidak akan menanggung beban ini di pundaknya. Mungkin Freya akan mendapatkan pekerjaan yang layak sekarang ini. Tetapi semua itu hanya kemungkinan yang tidak akan mungkin bisa ia rubah. Semuanya telah terjadi. Ia memang bersalah telah membuat Freya bekerja di sana. Tetapi kalau saja Freya tidak melanjutkan hubungannya dengan Darel, semua ini tidak terjadi. Freya yang melihat raut wajah Agam berubah, langsung tersenyum tipis. "Udahlah ngapain lo pikirin. Lagian semua itu bukan sepenuhnya kesalahan lo. Kalau gue gak tertarik sama ketmpanan Darel mungkin semua ini gak terjadi. Lo udah jadi sahabat yang baik dengan ngingatin gue sebelum semunyaterjadi. Tetapi guenya aja yang bodoh.. Terlalu mengagumi seorang Darel yang b******k itu. Gue pikir dia akan berubah. Berubah menjadi pribadi yang baik lagi. Jadi pria yang bertanggung jawab dengan apa yang perbuat. Tapi gue sadar Gam.. Gue gak bisa rubah dia. Seorang manusia gak bisa merubah manusia lainnya. Darel tetaplah Darel. Pria b******k yang lo ceritain ke gue. Pria yang udah lo ingatin sama gue untuk menjauh darinya. Tapi bukannya menjauh, gue malah menikmati setiap detik gue sama dia." Freya kembali mengingat kesalahan bodohnya saat itu.  "Freya.." Agam mencoba untuk mengigatkan Freya agar tidak mengingat sih b******k itu. Freya menoleh kearah Agam. Ia tersenyum dengan lebar. "Tapi gue gak pernah menyesalin nya Gam. Kalau gue gak ketemu sama dia, mana mungkin gue bisa milikin dia." Tutur Freya sambil mengelus perutnya. Darel memang b******k. Tetapi anak ini, anak yang sedang ia kandung tidak akan pernah meniru Darel nantinya. Anaknya akan menjadi seseorang yang tidak mirip dengan sifat Darel nantinya. Freya jamin itu. --- Freya bangun pagi hari ini. Hari ini adalah hari pertama Agam bekerja. Freya menyiapkan sarapan untuk Agam. Ia juga menyiapkan bekal untuk Agam di kantor nanti. Mood Freya hari ini sangat baik. Ia bahkan sekekali bersenandung lagu-lagu kesukaannya. Freya meletakkan semua makanan yang sudah ia buat di atas meja makan.  Ia hanya tinggal menunggu Agam keluar. Tadi ia sudah membangunkan Agam untuk bersiap-siap bekerja. Mungkin sekarang Ia lagi merapikan rambutnya.  Tidak beberapa lama kemudian, Agam keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi dan tas di tanganya. "Wah.. tumben Freya bangun sepagi ini." Sapa Agam sekaligus menyindir Freya.   "Mulai hari ini, gue yang akan buat sarapan pagi dan juga buat bekal untuk lo. Ta-da!" Freya menunjukkan bekal yang sudah ia isi dan tinggal di bawa saja. Agam yang melihat itu tersenyum. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi meja makan. "Makasih udah buatin gue bekal. Pasti akan gue habisin tanpa sisa masakan lo ini." Ucap Agam. "Terimkasih apanya. Lo udah mau biayayin semua keperluan gue. Jadi udah seharusnya gue ngelakuin semua ini. Lagian gue suka kok bangun pagi pagi dan langsung masak. Sekalian belajar masak kan gue. Biar rasa masakan gue semakin baik nantinya." Balas Freya. Ia pun ikut duduk dan meletakkan tempat bekal Agam di sebelahnya.  "Selamat makan." Ucap Freya. Mereka pun menikmati sarapan pagi mereka dengan damai. Agam sesekali mencuri pandang kearah Freya. Freya semakin hari semakin cantik ia lihat. Setelah selesai sarapan, Freya dan Agam berjalan menuju luar rumah. Freya memegang bekal Agam. Setelah sampai di depan pintu, Agam membalikkan badannya dan membua dirinya dan Freya berhadapan. Freya tersenyum dan menyerahkan bekal Agam.  "Makasih." Ucap Agam.  Pandangan Freya teralihkan ke dasi yang Agam pakai. Dasi tersebut sedikit berantakkan. Dengan cepat, Freya pun meletakkan tangannya di badan Agam untuk membenarkan dasi yang terlihat berantakan tersebut.  Agam yang melihat itu, seketika berusaha untuk menahan napasnya. Posisi Freya sekarang sangat dekat dengan dirinya. Wajah Freya membuatnya sedikit gugup. Setelah selsai, Freya pun menjauhkan tangannya dari tubuh Agam.  "Kerja yang baik ya. Biar lo dapat duit banyak dan bisa nafkahi gue sama anak gue." Tutur Freya dengan candaan. Agam yang mendengar itu tersenyum. "Gak usah lo suruh juga gue dengan senang hati mau nafkahi lo." Balas Agam. Freya hanya tersenyum mendengar itu. Tanpa berpkir hal lebih. "Gue berangkat ya." Ucap Agam. Freya pun menganggukkan kepalanya. Agam sedikit menundukkan badan nya dan membuat wajahnya berada di depan perut Freya yang masih rata itu. "Om berangkat dulu, ya.. Jaga mama kamu dengan baik." Tutur Agam. Freya tersenyum mendengar itu. "Hati-hati om Agam." Balas Freya.  Setelah itu, Agam pun berjalan memasuki mobil dan pergi meninggalkan Freya sendiri. Freya melambaikan tangannya. Ia masih tersenyum bahkan setelah kepergian Agam.  Setelah berdiri di depan pintu lumayan lama, Freya pun berjalan memasuki rumah dan menutup pintu rumah. Ia akan melanjutkan tidurnya lagi. --
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN